Akhir-akhir ini
sebetulnya saya galau.
Peraturan mengenai
perpanjangan usia pensiun setiap beberapa tahun yang memungkinkan perusahaan
mempekerjakan pekerja berusia 60 tahun.
Kebayang dong di
masa depan lowongan pekerjaan akan semakin susah. Saat ini aja cukup sulit
untuk mencari pekerjaan. Katanya di masa depan, orang-orang yang kreatif lah
yang akan berhasil.
Kemarin-kemarin
juga saya baca mengenai anak remaja yang bunuh diri. Saya tidak ingin
menyalahkan mereka, hanya saja saya berpikir mungkin kita sebagai orang tua,
atau kita selaku orang-orang disekitarnya turut berperan serta.
Kebayang anak-anak
saya di masa depan, jika tanpa ada orang yang selama ini melindunginya, akan
seperti apa mereka?
Saya sebagai ibu
dari dua orang anak yang dua-duanya merupakan perempuan, terkadang masih
terbawa emosi menghadapi kelakuan mereka. Kebetulan kedua anak saya usianya
tidak terpaut jauh, layaknya bagai si kembar. Terkadang saya merasa bahwa hal
ini ada keuntungannya, karena mereka bisa menjadi teman. Tetapi ada kalanya
pada saat berantem, bisa membuat kegaduhan seisi rumah. Belum lagi masalah jeaoulesy
si kakak ke adiknya yang tak jarang membuat kening saya berkerut-kerut. Duuuh,
bisa tua sebelum waktunya deh.
Apa yang bisa saya
lakukan untuk mereka, sebelum akhirnya menjadi terlambat?
Setiap orang tua
pasti mengharapkan anak-anaknya mempunyai masa depan yang lebih baik. Yakin
deh, ngga ada orang tua yang ingin anaknya lebih buruk darinya. Pemikiran ini
yang mendasari saya menerima ajakan mengikuti seminar parenting “Peran Orang
Tua dalam Mengembangkan Kemampuan si Kecil menjadi Generasi Maju” yang
merupakan bagian dari dukungan SGM Explore bagi orang tua Indonesia.
Acaranya sendiri
dilakukan di Hotel santika Premier Slipi, Jakarta, pada tanggal 29 Juli 2017.
Upgrade ilmu Parenting bersama para Moms kece dan SGM Explore |
Nah, sekarang apa
sih yang disebut GENERASI MAJU?
Ciri anak generasi
maju menurut Psikolog Anak, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Psi yang hadir dalam
acara SGM Explore, adalah sebagai berikut:
1.
Anak
yang bertubuh sehat karena asupan nutrisinya terpenuhi,
2.
Anak
cerdas, kreatif sesuai dengan tingkatan usianya
3.
Anak
yang mempunyai emosi baik, mandiri, sehingga mampu untuk bersosialisasi.
Untuk menciptakan
anak yang cerdas, kreatif, dan kemampuan sosialisasi yang baik, yang pertama
harus dipenuhi adalah nutrisinya. Jadi sebagai orang tua kita tidak boleh lalai
dalam memperhatikan asupan nutrisi si kecil.
Ciri-ciri Anak Generasi Maju |
1.
Kedekatan
dengan orang tua
Ikatan kasih
sayang antara si kecil dengan Ayah Bunda dapat membangun rasa percaya diri
anak. Kedekatan atau attachment ini berbeda dengan bonding di mana bonding
lebih satu arah.
Mbak Nina, sapaan
dari Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Psi, memberikan tipsnya bagaimana
mengembangkan kedekatan antara orang tua dan anak yaitu orang tua perlu
sensitif pada kebutuhan si kecil, saling menatap dan memeluk, beri kesempatan
anak bermain sendiri, jangan berbohong pada si kecil, bersabar terhadap prilaku
si kecil.
Ada yang pernah
bilang: “ayo makannya dihabiskan, kalau ngga habis nanti disuntik dokter, lho!”
Menurut Mbak Nina,
kata-kata seperti ini justru akan membuat si kecil tidak percaya pada kita
sebagai orang tua, karena saat habis dan tidak habis makanannya, dokter datang.
Jangan pernah
memberikan kata-kata yang mengawang-ngawang, nasihatnya.
Hmmm, jadi ingat
cerita salah satu teman, yang kalau anaknya lagi bandel, dia bilang, “hilangin deh setan ditubuhnya yang bikin
Ade bandel”. Sampai sekarang anaknya penakut dan merasa setan selalu
mengikutinya.
2.
Rasa
percaya kepada orang tua
Agar si kecil
pandai bergaul, mandiri dan percaya diri, fondasi pertama adalah mengembangkan
rasa percaya (trust) si kecil pada
lingkungannya sejak usia dini. Dari rasa percaya ini akan muncul self
confidence.
Bagaimana membangun
rasa percaya diri anak? Tips dari Mbak Nina adalah ketika si kecil menangis
berikan tanggapan segera dengan cara digendong, dipeluk ataupun memberikan
kata-kata menenangkan; berikan aturan sebelum aktivitas dilakukan; tepati janji
yang sudah diucapkan kepada si kecil; dengarkan dengan seksama ketika si kecil
sedang berceloteh.
Contoh kecil saat
akan bermain, di awal sudah dibilang bahwa nanti setelah bermain, mainannya
dibereskan kembali. Peringatannya jangan dilakukan di akhir ya.
Hmmm, jadi inget
saya suka marah-marah kalau rumah berantakan gara-gara mainan anak-anak. Ini kenapa rumah berantakan! Beresin! Bubu
ngga suka lihat berantakan seperti ini!
Aduh, jadi pengen
tepok jidat.
3.
Mandiri
Tentunya bangga ya
punya anak yang mandiri. Teman saya ada yang pernah cerita bahwa teman anaknya
seusia SMP tinggal sendiri di rumahnya, mengurus kepentingannya sendiri,
sementara orang tuannya tinggal di luar kota. Terus terang saya tidak bisa
membayangkan bagaimana anak seusia itu sudah mandiri mengurus segala
kepentingannya sendiri. Saya bertanya-tanya bagaimana orang tuanya membentuk
kepribadiannya.
Anak Generasi Maju memiliki emosi yang baik dan sehat, seperti kemandirian |
Jadi selalu
ekspresikan penghargaan atas keberhasilan si kecil.
4.
Mengenal
emosi
Tahap selanjutnya
yang perlu dikembangkan adalah mengendalikan emosi. Menurut Mbak Nina, emosi
itu sebetulnya ada emosi positif ada emosi negatif. Jangan salah, emosi itu
tidak melulu dikaitkan dengan marah. Emosi itu bisa juga perasaan senang,
gembira, sedih dan lain sebagainya. Yang perlu kita pahami adalah mengenalkan
berbagai emosi tersebut kepada si kecil.
Misalkan ketika si
kecil sedang gembira, katakan: “wah kamu lagi SENANG!”
Atau sebutkan
emosi yang sedang kita rasakan, misalnya: “Bunda jijik nih melihat piring kotor
berantakan. Bunda cuci piring dulu, ya.”
Ajak juga si kecil
mengenal emosi orang lain, “sepertinya anak yang berbaju biru itu sedih karena
ditinggal ayahnya.”
Bisa juga orang
tua menggunakan boneka dan menyebutkan berbagai macam emosi.
5.
Menjaga
diri sendiri
Menjaga diri
sendiri juga perlu diperkenalkan kepada si kecil. Rumah sebisa mungkin disetting
ramah anak, misalkan dengan electricity plug di atas yang sulit terjangkau anak
kecil, atau dengan memberikan cover.
6.
Kemampuan
berkomunikasi
Kemampuan
berkomunikasi juga tak kalah pentingnya. Ada kan di dalam kehidupan
bermasyarakat orang yang nyinyir dan nyebelin. Atau ada Bunda yang merasa, kok
anak saya pendiam sekali dibandingkan temannya yang lebih aktif berceloteh di
kelas?
Nah, dari sejak
kecil anak-anak harus diajarkan bagaimana menyampaikan dengan baik sehingga
tidak mengganggu orang lain ataupun dirinya sendiri.
Jadi untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi si kecil, kita harus mengajaknya
berbicara, bercerita dan bernyanyi sebagai tahap awal. Untuk tahap selanjutnya
pancing dengan pertanyaan sehingga dia mau bercerita dan dengarkan cerita si
kecil dengan seksama.
7.
Fokus
/ Konsentrasi & Imajinasi
Fokus /
konsentrasi serta imajinasi anak juga perlu dikembangkan. Hal ini berfungsi
supaya si anak berorientasi pada pekerjaannya sampai selesai juga membangun daya
kreativitasnya.
Cara meningkatkan
konsentrasi dapat dimulai dengan mematikan televisi / radio, menjauhkan Hp,
mengurangi omelan. Kemudian bujuk si kecil untuk menyelesaikan kegiatannya
sebelum melakukan yang lain. Dan tak kalah pentingnya pastikan si kecil
melakukan aktivitas fisik untuk melatih syaraf-syaraf motoriknya.
Sedangkan untuk
meningkatkan imajinasi, ajak si kecil membuat cerita dari gambar atau boneka,
bermain pura-pura tamu-tamuan sambil memperkenalkan si kecil etika bertamu,
ketika mendongeng ajak si kecil meneruskan cerita dongeng sesuka dia.
8.
Empati
Empati juga perlu
diajarkan pada si kecil supaya mereka bisa bersosialisasi dengan baik.
Lebih lanjut Mbak
Nina menjelaskan 8 keterampilan sosial yang perlu dikuasai oleh si kecil dan
bagaimana mengajarkannya, seperti: berteman & bekerja sama, berkompetisi
dengan sehat, sabar menunggu (antre), sopan santun, mendamaikan pertengkaran,
marah tanpa mengganggu orang lain, mengikuti aturan, peduli pada orang
sakit/kekurangan.
Untuk mengembangkan
8 keterampilan sosial ini, saya ceritakan terpisah ya, pada artikel
selanjutnya.
Selain seminar
parenting, SGM Explore juga melakukan konferensi pers terkait dengan dukungan
SGM Explore dalam mendukung perjuangan para orang tua Indonesia mempersiapkan
si kecil menjadi anak generasi maju.
Menurut Marketing
Manager SGM Explore, Astrid Prasetyo, banyak kegiatan yang dilakukan SGM
Explore guna mendukung orang tua Indonesia, yaitu melalui road show parenting
di berbagai kota, melalui Mobi Aku Anak SGM yang berkeliling ke berbagai
daerah, juga melalui aset digital seperti facebook Aku Anak SGM juga yang baru di
launching adalah website www.akuanaksgm.co.id
agar orang tua mempunyai tempat untuk mendapatkan ilmu dan tips terkait dengan
nutrisi dan pola asuh Anak Generasi Maju. Oya, untuk layanan facebooknya sudah
dilengkapi live chat dengan para ahli nutrisi dan parenting lho! Jadi pengen
nyoba live chat, secara anak saya kan alergi, jadi saya cukup kerepotan untuk
memenuhi asupan nutrisi yang diperlukannya. Padahal asupan nutrisi ini sangat
penting dalam pertumbuhan anak.
Ditambahkan pula
oleh Naomi Jamarro, Connection Manager SGM Explore, pada website baru SGM Explore
ini, orang tua dapat memperoleh informasi melalui 3 pilar utama, yaitu: pilar
nutrisi, pilar edukasi dan pilar parenting. Para orang tua juga bisa berbagi
video cerita inspirasi mengenai perjuangannya dalam membesarkan anak sehingga
dapat menginspirasi para orang tua lainnya untuk terus berjuang menjadikan si
kecil Anak Generasi Maju.
Mantap ilmunya mbak.
BalasHapusSemoga anak-anak masa depan makin bagus. Amin...
PR banget nih buta para orang tua. Bagaimana bisa mendidik anak supaya bisa memiliki masa depan yang baik
BalasHapus