Dalam hidup, tidak ada
yang namanya kebetulan. Semua telah ada yang Maha Pengatur. Beberapa bulan yang
lalu, saya terpukau mendengar cerita Bang Richard, guide tour kami selama di
Raja Ampat, tentang raja-raja yang memerintah di Waigeo, Salawati, Batanta dan
Misool. Bahwa raja-raja ini memerintah di bawah kekuasaan Sultan Tidore. Apa yang
ada di pikiran saya waktu itu? Sungguh hebat benar Sultan Tidore ini!
Tidore? Di mana letaknya? Hmmm, samar-samar saya mencoba
membongkar ruang-ruang tersembunyi di kepala dimana sel-sel kelabu berada.
Namanya terdengar tak asing di telinga. Namanya sering di sebut dalam pelajaran
sejarah. Ternate dan Tidore, dua kata yang tidak terpisahkan. Saya hanya ingat
bahwa kedua tempat ini adalah penghasil rempah-rempah dunia di masa lampau.
Letaknya? Saya lupa! Sepertinya saya harus membuka peta.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya lupa mengenai percakapan
mengenai Tidore yang menguasai Raja Ampat. Sampai sekitar dua bulan yang lalu,
saya kembali diingatkan mengenai Tidore, dalam percakapan hangat di malam yang
dingin di Trizara Resort. Cerita Mbak Annie Nugraha, membongkar ingatan dan
keingintahuan saya tentang Tidore lebih dalam.
"Nanti ikut saja mendaftar blogger gathering di Fola
Barakati," kata Mbak Katerina, waktu itu. "Diumumkan kok di media
sosialnya Visit Tidore," imbuh Mbak Annie.
Tanpa berpikir dua kali, ketika ada pengumuman pendaftaran dibuka,
saya langsung mendaftar. Masalah tempatnya jauh, urusan belakangan. Ada supir
pribadi yang pasti luluh mendengar rengekan istrinya.
Mempunyai kesempatan untuk mengenal Tidore, walaupun hanya melalui
penuturan, sungguh menjadi kebahagian tersendiri. Saya patut berbangga karena
penuturan ini datangnya dari Ngofa Tidore, alias anak-anak Tidore, di Fola
Barakati. Pun saya berkesempatan bersua dengan Yang Mulia Sultan Tidore beserta Perdana Menteri, dan para pejabat penting lainnya. Serta bonus menyaksikan
pertunjukan Bambu Gila dan tarian Tidore yang dinamis, menyentak relung kalbu,
membangkitkan semangat.
Tertawan hati oleh Ngofa Tidore! |
"Tidore itu wilayahnya kecil. Tapi wilayah kekuasaannya dulu mencakup sampai
ke Papua," jelas Mbak Anita Gathmir, pemilik Fola Barakati yang juga masih
berdarah Tidore. Penjelasannya persis seperti yang saya dengar dari Bang Icha,
bahwa dulu Raja Ampat, Papua termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore.
Saya semakin tertarik mendengar kisah sejarah Tidore selanjutnya.
"Dulu kala, Tidore itu berdiri sendiri. Tidak masuk dalam
wilayah kekuasaan Indonesia. Tapi ketika Presiden Soekarno meminta Tidore untuk
menjadi bagian dari Indonesia, Sultan memutuskan untuk ikut bergabung,"
papar Mbak Anita. "Tidore juga banyak berperan dalam perjuangan Bangsa
Indonesia, seperti pada Operasi Trikora, untuk pengembalian Irian kembali ke
pangkuan bumi pertiwi. Tapi, sekarang Tidore seolah terlupakan. Sedih kan?"
Mungkin apa yang dibilang Mbak Anita bahwa Tidore seperti
terlupakan, benar juga. Saya yang mengaku hobi traveling, merasa malu karena
tidak ingat dimana letak pastinya. Yang saya ingat Ternate dan Tidore adalah penghasil
rempah-rempah yang melimpah, sehingga menjadi rebutan Spanyol dan Portugis.
Ternyata Tidore tidak hanya sekedar itu. Di Fola Barakati pada
saat lauching lomba blog "Tidore Untuk Indonesia", saya baru
menyadari banyak daya tarik yang dimiliki Tidore. Dan entah sudah berapa ribu
purnama saya lewatkan dengan ketidaktahuan mengenai sejarah Tidore yang pernah
menjadi salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara ini.
Saat mendengar penuturan Yang Mulia Sultan Husein Syah, yang
merupakan Sultan Tidore ke-37, membuat saya serasa terlempar ke belakang.
Tentang Bangsa Indonesia yang mulai kehilangan identitas. Tentang cita-cita
untuk berdiri secara sejajar dengan bangsa-bangsa lain, karena dahulu Sultan
Nuku dari Tidore pun pernah membuktikan bahwa kita tidak kalah dengan bangsa
luar. Tentang khasanah budaya dan kearifan lokal yang membuat hati saya kembali
terhentak-hentak ingin mengunjugi Tidore.
Awalnya, Pulau Tidore dikenal dengan nama "Limau Duko"
atau "Kie Duko" karena di pulau tersebut terdapat gunung berapi.
Adalah Kie Marijang, gugusan pulau tertinggi kepulauan Maluku, yang berdiri
tegak di sana. Namun kini gunung tersebut sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore
sendiri berasal dari rangkaian kata dalam Bahasa Tidore "To Ado Re"
yang mempunyai arti "Aku Telah Sampai".
Tidore merupakan pulau kecil di Kepulauan Maluku Utara. Saking
kecilnya, Pak Sofyan Daud, sastrawan kelahiran Tidore menyebutnya sebagai Pulau
Noktah yang mempunyai selat dengan keindahan eksotik nan magis, terutama pada
saat pergantian malam ke pagi atau pun sore ke malam, mampu menyihir setiap
orang yang memandangnya.
Tidore merupakan salah satu kerajaan dalam "Moluku Kie
Raha", bersama Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailoho dan Kerajaan Ternate.
Adapun letak Tidore bersebelahan dengan Ternate. Tak heran jika Tidore selalu
disandingkan dengan Ternate. Bak saudara, mereka hanya terpisah selat berjarak
1 mil laut atau 10 menit perjalanan menggunakan speedboat dan Pulau Maitara.
Keindahan pemandangannya diabadikan dalam uang kertas Rp. 1000, di mana
terlukis Maitara yang berada di antara keduanya.
Menurut Mbak Annie Nugraha, pulau kecil ini sebetulnya bisa
dikelilingi dalam waktu singkat. Luasnya hanya sekitar 50 km persegi. Masih
menurut cerita Mbak Annie, kehidupan masyarakat di sana tenang dan santai.
Kebanyakan penduduk mencukupi keperluan makan sehari-hari dengan hasil
tangkapan ikan. Selain ikan, olahan sagu menjadi khas Tidore lainnya. Hmmm,
melihat foto-foto pembuatan roti sagu di atas tungku, saya jadi bertanya-tanya,
bagaimana caranya dengan peralatan sederhana seperti ini bisa menghasilkan roti
yang terpanggang secara merata.
Dan saya pun menjadi berandai-andai. Seandainya saya mempunyai
kesempatan mengunjungi Tidore, saya . . .
1. Ingin mengetahui serba-serbi kehidupan di Tidore
Bagi saya, Traveling tidak asyik jika hanya tinggal di hotel dan
menikmati pemandangan. Bagi saya, traveling asyik adalah bagaimana kita bisa
berbaur dengan masyarakat setempat dan mencoba merasakan sentuhan kehidupan dan
kearifan lokal.
Peralatan tradisional sehari-hari yang digunakan di Tidore |
Termasuk kehidupan di Gura Bunga, yang terkenal dengan sebutan
Negeri Atas Awan-nya Tidore. Tempat ini seringkali diselimuti oleh kabut yang
menimbulkan kesan magis. Di sini pula para sohowi , yang menjadi penghubung
Kesultanan Tidore dengan roh para leluhur, menetap.
Gura Bunga merupakan desa tertinggi di Tidore, berada di lereng
Gunung Kie Matubu yang mempunyai ketinggian 1.730 meter di atas permukaan laut,
yang menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Maluku Utara. Memerlukan 4 jam
perjalanan dari Gura Bunga untuk mencapai puncak Kie Matubu.
Ah, menyaksikan video kawan-kawan Ngofa Tidore yang berada di
puncak tertinggi Kie Matubu, seolah saya merasakan hembusan angin, bisikan
bunga-bunga rumput yang bergoyang, memanggil jiwa-jiwa yang haus petualangan.
Nun jauh di sana, terlihat Gunung Gamalama yang menjulang, Pulau Maitara, Pulau
Ternate dan atap langit yang biru cemerlang, dihiasi lukisan gerombolan awan
putih. Indahnya Indonesia, Tanah Air Beta! Rindu membuncah, memenuhi relung
kalbu. Rindu bau air laut. Rindu birunya langit Timur. Rindu ketenangan dan
kesunyian suasananya.
Di Gurabunga juga, kita bisa menyaksikan rumah asli Tidore.
Kelurahan yang berada di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut ini
dihuni oleh 5 marga dengan rumah adat masing-masing warga, menjadi simbol
persatuan keanekaragaman adat budaya. Tidak heran jika Sultan Tidore
mengatakan, "datanglah ke Tidore, jika ingin memahami praktek kebersamaan
dalam keanekaragaman."
2. Ingin menyusuri rekam jejak sejarah Tidore
Sebagai seorang penggemar sejarah dan budaya (walaupun saya
lulusan kimia ), Tidore tidak boleh terlewatkan! Sejarahnya bukan hanya
tercatat dalam kisah Indonesia, tapi mengguncang dunia sebagai titik pembuktian
teori Heliosentri-nya Copernicus.
Benteng Tore, Benteng Tahula, juga Kedaton Kerajaan adalah
destinasi wajib dikunjungi. Benteng Torre dan Tahula peninggalan Bangsa
Portugis, menunjukkan bukti bahwa salah satu bangsa besar Eropa pernah berada
di pulau kecil ini.
Benteng Tahula yang dibangun pada abad 17, berada di atas sebuah
bukit yang menghadap ke arah kota Soasio. Sedangkan Benteng Torre mempunyai pemandangan
menghadap ke Gunung Kie Matubu. Cerita kawan-kawan mengenai kepayahan menaiki
tangganya, membuat jiwa petualang saya tertantang. Seperti apakah gerangan
tangga yang harus didaki untuk menikmati peninggalan sejarah masa lampau
ditambah bonus pemandangan spektakuler.
Sungguh penasaran ingin melihat langsung tempat yang menjadi titik
akhir pembuktian dunia itu bulat. Teori dan pembuktian yang penuh dengan
pengorbanan bahkan nyawa harus mengalir. Copernicus, sang pemikir teori
Heliosentris yang mengatakan bahwa Matahari adalah pusat tatasurya, tewas
karena pemikirannya yang menentang pandangan gereja waktu itu. Mendorong
Magelhaens melakukan ekspedisi dengan membawa 5 kapal layar. Namun sayangnya
dia tidak pernah mencapai Tidore. Ekspedisi dilanjutkan oleh Navigatornya, Juan
Antonio de Elcano, yang berhasil mencapai Tidore pada tahun 1521. Ekspedisi ini
hanya menyisakan 2 kapal dari 5 kapal yang dibawa Magelhaens. Trinidad dan
Victoria. Walaupun akhirnya hanya tinggal satu yang berhasil kembali ke Eropa dengan
membawa penuh rempah-rempah, serta beberapa orang Tidore.
Rempah-rempah yang menjadi rebutan bangsa-bangsa besar Eropa |
Tidak hanya ikut mewarnai sejarah dunia, Tidore pun menjadi saksi
perlawanan Sultan Nuku bersama rakyatnya mengenyahkan dominasi Spanyol dan
Portugis di Ternate dan Tidore. Sultan Nuku menjadi simbol bahwa manusia di
seluruh muka bumi mempunyai derajat yang sama. Sultan tidak pernah sekali pun
tunduk pada bangsa barat. Selama Sultan berkuasa, para pendatang dari luar
menaruh hormat. Semangat yang sama dibawa pula oleh para penerus beliau, sampai
Sultan yang bertahta saat ini pun mengatakan bahwa kita harus bangga, tidak
boleh merasa rendah diri di hadapan bangsa lain.
Sejarah kemerdekaan pun mencatat bahwa Tidore pernah memberikan
kontribusi yang berarti pada saat Operasi Trikora. Tidore menjadi ibukota
perjuangan perebutan Irian Barat.
Ah, begitu banyak sejarah Tidore yang saya baru tahu
sekarang.
3. Ingin menyaksikan keunikan seni budaya dan
tata nilai lokal
"Adat mo toto agama, Kitabullah se sunnah Rasul, ma darifa
Papa se tete" itulah dasar tata nilai masyarakat Tidore, yang artinya:
adat bersendikan agama, Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, yang merupakan kearifan lokal masyarakat Tidore. Mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Selain terkenal dengan kearifan lokalnya, Tidore juga mempunyai ciri khas seni budaya yang menarik.
Di Fola Barakati, saya terpana menyaksikan tarian Soya Soya Seli, atau
tarian selamat datang yang dinamis, menghentak semangat yang dilakukan oleh
penari yang didatangkan langsung dari Tidore. Mereka menari lincah dalam
balutan pakaian berwarna-warni ceria. Saya suka dengan iringan kendang tifa dan
alunan musik yang bersemangat serta ramah.
Ada juga tari Kapitan, tari perang Tidore yang dilakukan untuk
penyambutan Sultan Tidore di Fola Barakati. Sayangnya saya tidak sempat
menyaksikannya.
Tapi beruntungnya saya bisa menyaksikan atraksi bambu gila. Azka pun
sampai terheran-heran menyaksikan bagaimana bambu bisa menjadi berat dan
bergerak ke segala penjuru.
"Kok bisa, Bu?" Tanyanya keheranan. Saya pun takjub
menyaksikannya. Kata Mbak Annie, "ini masih belum ada apa-apanya
dibandingkan yang di Gurabunga." Wow, jadi penasaran.
Atraksi bambu gila ini sangat menarik, karena ternyata di dalamnya
juga terdapat filsafat kerja sama. Dahulu kala, hal seperti ini dilakukan untuk
meringankan pekerjaan, seperti memindahkan benda-benda berat.
Penasaran seperti apa permainan bambu gila di tempatnya langsung? Visit Tidore Island!
4. Tak sabar menikmati kuliner lokal di tempatnya dan berburu ke
pasar tradisional
Pergi ke suatu tempat, tidak sah jika belum mencicipi kuliner
lokal ataupun pergi ke pasar tradisional. Di tempat-tempat seperti ini biasanya
kita bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari dan interaksi masyarakat
lokal.
Bermacam penganan khas Tidore |
Sebut saja Apang Coe, Kopi Dabe, Guruka dengan taburan biji
kenari. Popeda, makanan khas Timur yang terbuat dari sagu dimakan dengan kuah
kuning. Tak sabar menikmati lagi kue-kue dan minuman pada foto di atas.
5. Bermanja ria di pulau - pulau yang melingkupi Tidore
Secara geografis, luas Pulau Tidore kurang lebih 13.862 Km2,
yang terdiri dari 9.116 Km2 daratan 4.746 Km2 lautan.
Pulau Tidore memiliki 12 pulau besar dan kecil.
Tidore, Epicentrum Kebudayaan di Timur Indonesia (Sofyan Daud). Foto peta @Visit.TidoreIsland |
Ya, Pulau Tidore dikelilingi pulau pulau seperti Failonga, Pulau
Mare, Pulau Maitara, Pulau Tamong, Pulau Pasi, Pulau Woda, Pulau Joji, Pulau
Guratu, Pulau Sibu. Masing-masing pulau menawarkan keindahan alam yang susah untuk
ditolak.
Jangan kalian tanya keindahan keanekaragaman hayati laut Timur.
Sukar dilukiskan! Air laut yang bagaikan cermin, membuat dunia kalian jungkir
balik, awan putih tidak hanya berkeliaran di langit tetapi juga di air
laut.
Pulau Failonga yang terletak di antara Ternate dan Tidore terkenal
dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang indah. Cocok untuk tempat
berekreasi, memancing, diving dan snorkeling.
Keindahan pantai & bawah laut yang mempesona (foto by Annie Nugraha) |
Orang Jepang bilang, dimana ada onsen (mata air panas) di
Indonesia? Hei, di Tidore, sumber mata air panas justru bukan berada di daerah
pegunungan, tapi berada di tepi pantai. Ake Sahu namanya.
Jika ingin menyaksikan para penduduk lokal membuat gerabah,
katanya kita bisa pergi ke Pulau Mare. Selain sebagai surga buat para diver dan
snorkeler, di Pulau Mare kita bisa menyaksikan Lumba-Lumba.
Hmmm, jadi kepengen Visit Tidore Island!
6. Menyaksikan perhelatan ulang tahun Tidore ke-909
Hari jadi Tidore dilangsungkan pada tanggal 12 April, yang
bertepatan dengan Revolusi Tidore.
Revolusi Tidore adalah saat Sultan Nuku kembali ke Tidore dan
merebut kembali tahta kesultanan, dengan kekuatan armada lautnya.
Membaca kisah perjuangan Sultan Nuku, membuat bulu kuduk saya
berdiri, pipi saya pun terasa panas, merinding saya dibuatnya. Tak heran jika
kemudian Sultan Nuku memperoleh gelar pahlawan nasional.
Setiap tahun, pada tanggal 12 April, di Tidore dilangsungkan
berbagai kegiatan adat. Termasuk di antaranya Lufu Kie yaitu perjalanan laut
atau pelayaran ritual adat Hongi Tau Moy Se Malofo, sebagai ungkapan rasa syukur
Sri Sultan Se Babato atas terciptanya kedamaian dan ketentraman kehiduoan
rakyat Tidore. Pada acara Lufu Kie ini, diadakan kirab mengelilingi Tidore
dengan menggunakan Perahu Kagunga dan Kora-kora.
Juga Paji Nyili-Nyili, yaitu prosesi napak tilas 215 tahun
perjuangan Sultan Nuku. Dimana diperagakan kekuatan armada angkatan perang
Kesultanan Tidore.
Sungguh merupakan kesempatan yang langka jika dapat mengunjungi
Tidore, bertepatan di hari jadinya. Pastinya akan banyak kegiatan adat
dilangsungkan di sana. Dipastikan akan sulit tidur!
Ready? Yuk,
Visit Tidore Island!
Hanya perlu waktu 3,5 jam penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta
di Jakarta menuju Bandara Babullah di Ternate. Dilanjutkan perjalanan sekitar
15 - 30 menit menuju Pelabuhan Rum di Tidore.
Wahai angin, sampaikan angan saya mencapai Tidore. Wahai awan,
bergeraklah menuju nun jauh ke Timur di Tidore, bawalah sejuta rindu untuk
Tidore. Wahai burung, terbanglah melintas samudera, panggilan nama saya supaya
kelak raga bisa sampai di Tidore, The
Magic Island, Negeri Yang Bertaburkan Kearifan dan Tradisi Leluhur.
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog – Tidore Untuk Indonesia
Wow, indah2 banget, Sukses lombanya ya Mbak :)
BalasHapusbaca ini nambah lagi wawasan yg ga aku tau mba hahaha emang indah y mb indonesia timur smg bisa kesana. gudluck mba
BalasHapusWah ternayata ini lebih komplit ya penjelasanya!... akurasa memang sudah saatnya kita pergi bareng2 kesini ya mbak!...
BalasHapusSemoga ya kita bisa pergi bareng ke sini buat eksplore indonesia timur lagi.
BalasHapuspenasaran sama atraksi bambu gilanya tidore mbak... :)
BalasHapussaya sempet baca di internet, katanya dulu bambu gila juga sempet digunakan untuk membantu meringankan pekerjaan masyarakat tidore yg berat2, seperti mindahin kapal buat berlayar dilautan.
Tidore memang menjadi tujuan wisata yang banyak di kunjungi
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus sekali. Belum pernah jalan ke Indonesia bagian tengah dan timur.
BalasHapusHareuh jadi pengen kesana
BalasHapusKeren isinyaaa jadi penasaran sama Tidore ❤
BalasHapusKeren isinyaaa jadi penasaran sama Tidore ❤
BalasHapusTidore, satu keindahan sisi Timur Indonesia yg begitu menggoda utk dijelajahi
BalasHapusKereen Vin...go go go
BalasHapusAduh, baca ini aku jadi nggak sabar pengen ke sana.
BalasHapusPengen nyicipin kopi dabe terutama yang katanya sedap banget. Selama ini tahunya cuma kopi susu sama kopi jahe, tapi kopi dabe ada campuran rempah-rempahnya jadi penasaran kaya apa sedap dan hangatnya minuman ini.
Iyaa... Aku juga pengen ke sana. Gara-gara sering baca postingan tentang Tidore dan dikirimi bukunya. Kemarin dah minta keproduserku supaya ditugaskan bikin film tentang ulang tahunnya. Cuma sampai hari ini blum nulis proposal. Kumat malesnya. Salam kenal ya mbak?
BalasHapusDuh pantai pantainya Tidore, kece beud! Good luck blog competitionnya ya mbaaak
BalasHapus