"Situs Banten Lama
ini adalah situs tata kota modern terbesar di Indonesia yang bentuknya masih
bisa terlihat," suara pemandu terdengar masih bersemangat di tengah
siraman sinar matahari terik siang itu.
Saya sedikit
menyangsikan penjelasannya. Ah, masa iya situs kota modern terbesar? Bukannya
Situs Trowulan, ya?
Seperti melihat
keraguan di wajah saya, pemandu melanjutkan penjelasannya, "Situs Trowulan
adalah situs tata kota dari zaman Hindu dan budha, sedangkan Situs Banten Lama
adalah yang terbesar yang ditemukan dari Kerajaan Islam di Nusantara."
Wow! Saya semakin
tertarik menjelasan mengenai sejarah keberadaan Situs Banten Lama, yang
meliputi daerah Keraton Kaibon, Benteng Surosowan, Masjid Agung Banten Lama,
Benteng Speelwijk, Vihara, Tasikardi, juga Pelabuhan Karangantu. Sejak
menginjakkan kaki 15 tahun lalu di Banten, saya selalu merasakan ketertarikan
yang kuat. Menurut saya, Banten Lama ini jika dikelola dan dikembangkan lebih
jauh, bisa menyamai ketenaran Kota Tua Malaka. Ah, saya jadi berandai-andai.
Perkembangan Pariwisata Indonesia & Kendalanya
Saya pernah
berkesempatan mengunjungi negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam. Ketika ketika menginjakkan kaki kembali di bumi pertiwi,
beribu pertanyaan berseliweran di kelapa saya. What’s wrong with this country? We have everything here! Kita punya
Raja Ampat yang ngga kalah dari Phi Phi Island, Bintan yang ngga kalah cantik
dari Phuket ataupun Langkawi, juga Borobudur sebagai candi Budha terlengkap dan
terbesar di dunia, serta banyak destinasi wisata lainnya yang belum tersentuh.
Indonesia punya banyak
potensi wisata yang jauh lebih indah dan bervariasi yang bisa diperkenalkan
kepada dunia internasional. Tapi
dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kunjungan wisatawan ke Indonesia
masih kalah. Sebagai perbandingan, pada tahun 2015 walaupun jumlah kunjungan
wisatawan asing mencapai target yaitu sekitar 10 juta turis, tetapi masih kalah
jika dibandingkan dengan wisatawan yang mendatangi Singapura (15 juta) dan
Malaysia (27 juta).
Diakui bahwa pariwisata
merupakan salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya.
Oleh karenanya, pariwisata tetap menjadi primadona dalam program pembangunan
nasional, karena pariwisata yang berhasil dapat menggerakkan roda perekonomian,
mendatangkan devisa, menciptakan lapangan pekerjaan, juga mengembangkan usaha
setempat.
Indonesia mencanangkan
pertumbuhan kontribusi terhadap PDB menjadi 15% di tahun 2019 dari 9% di tahun
2014. Hmmm, suatu target yang fantastis yak. Itu berarti dalam 5 tahun target
kedatangan wisatawan mancanegara harus meningkat dari 9 juta orang menjadi 20
juta orang. Ambisius? Ya! Tapi bukan berarti mustahil kan?
Indonesia juga
mentargetkan indeks daya saing pariwisata Indonesia menjadi 30 pada tahun 2019
dari nilai 70 di tahun 2014. Pencapaian indeks pariwisata yang dikeluarkan oleh
World Economic Forum dalam Travel & Tourism Competitiveness Report, tahun
2015, Indonesia menduduki peringkat ke-50, naik 20 tingkat dibanding tahun
2014. Masih jauh di bawah Singapura (peringkat ke-11), Malaysia (peringkat
ke-25) dan Thailand (peringkat ke-35).
Pemerintah telah menetapkan lokasi 10 destinasi pariwisata prioritas, yaitu: Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Lombok), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Pulau Morotai (Maluku Utara).
Pemerintah mempunyai
program untuk membenahi infrastruktur terkait transportasi laut, darat dan
udara, terutama di 10 daerah prioritas tersebut di atas. Masih ingat di awal tahun ini, renovasi dan pengembangan Bandara Komodo
di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur telah rampung. Sekarang
bandara ini memiliki kapasitas yang lebih besar dan fasilitas yang lebih
modern, untuk menyambut kedatangan para wisatawan. Itu adalah salah satu contoh
progress perkembangan infrastruktur
untuk mendukung pariwisata.
Pembangunan prasarana
jalan pun terus digenjot. Prasarana menuju Tanjung Lesung yang merupakan salah
satu daerah prioritas wisata, saya lihat sejak tahun lalu telah digarap. Saya
terkejut dengan kemajuan pembangunan pariwisata menuju Tanjung Lesung. Selain
itu juga, Kawasan Banten Lama pun terus bersolek. Jalanan menuju Pelabuhan
Karangantu pun diperbaiki, diperlebar dan dibeton. Dermaga perahu untuk menuju
Pulau Burung, Pulau Dua dan pulau-pulau lainnya pun dibangun.
Saat ini ASDP juga
berbenah, banyak kapal-kapal ferry buatan dalam negeri telah ikut mewarnai
perjalanan traveler. Beberapa kapal
pesiar juga melayani rute-rute favorit, seperti menuju ke Kepulauan Karimun Jawa,
walaupun harganya untuk ukuran wisatawan domestik tetap sedikit mahal.
Perkembangan di bidang
perkeretaapian juga cukup menggembirakan. Pelayanannya semakin nyaman. Saya merasakan
kondisi kereta ekonomi pun sangat nyaman dan bersih. Pemberlakuan sistem
pembelian online tiket juga diharapkan mengurangi praktek calo tiket. Walaupun
sebenarnya jika saya bandingkan, untuk tiket jarak jauh agak lebih mahal jika
dibandingkan dengan negara tetangga.
Dalam 2 tahun terakhir
ini pembangunan sarana menuju daerah-daerah tujuan wisata terasa perbaikannya.
Dalam hal promosi
wisata, angin segar sepertinya sudah mulai berhembus dengan berseliwerannya
promosi-promosi wisata di berbagai media. Indonesia sudah mengambil langkah
lebih aktif untuk mempromosikan potensi-potensi wisata yang ada. Hastag wonderfull Indonesia pun berkeliaran di
timeline. Kementerian Pariwisata pun mulai melakukan promosi dengan mengadakan kegiatan-kegiatan pariwisata, termasuk menggandeng para influencer sosial media, termasuk dari
luar negeri, yang tentunya mempunyai followers banyak di dunia maya. Seperti
yang dilakukan beberapa waktu lalu, Kemenpar mengadakan Trip of Wonders dengan mengundang 25 travel blogger, photografer,
adventure, lifestyle blogger dari berbagai negara, antara lain Amerika Serikat
(7 orang), Inggris (5 orang), Jerman (1 orang), Prancis (4 orang), Belanda (2
orang), Afrika (1 orang), Spanyol (1 orang), Brazil (2 orang), Polandia (1
orang) dan Hungaria (1 orang). Trip of
Wonders ini menjelajahi Bandung, Yogyakarta & Jawa Tengah, Raja Ampat
serta Lombok.
Saya pikir promosi
seperti ini juga ada perlunya untuk memperkenalkan atau menjual pariwisata Indonesia
ke dunia luar. Tetapi terkadang saya merasa iri dengan kemampuan soft selling Korea Selatan melalui drama
dan filmnya. Bagaimana kita digiring untuk melihat keindahan budaya juga
tempat-tempat budaya Korea, tanpa kita sadari. Ah, seandainya dunia sinematografi
Indonesia bisa juga mengintegrasikan film dengan destinasi-destinasi wisata
Indonesia.
Di bidang sarana
telekomunikasi, beberapa waktu lalu, saya pernah menghadiri acara lauching
produk salah satu provider telekomunikasi yang berencana merampungkan
pembangunan 1.000 BTS untuk meng-cover
area Banten di tahun 2016. Ini merupakan program yang cukup bagus dari
Kementerian Komunikasi dan Informasi, untuk bersinergi dengan Kementerian
Pariwisata.
Selain pembangunan
saran fisik, pemerintah juga merevisi atau membuat kebijakan-kebijakan seperti
penambahan bebas visa bagi 45 negara (Peraturan Presiden No. 69/2015, Bebas
Visa Kunjungan), sehingga saat ini total ada 90 negara yang bisa tinggal di
Indonesia maksimal 30 hari. Peraturan baru mengenai kapal pesiar & yacht,
memungkinkan kapal-kapal internasional bisa menaikan dan menurunkan penumpang
di 5 pelabuhan Indonesia yaitu di Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan,
Soekarno Hatta, Benoa.
Tetapi Indonesia masih mempunyai catatan-catatan yang harus diperbaiki berkaitan dengan aspek safety & security, health and hygiene, environment sustainability, juga infrastuktur yang memadai (ground and port infrastucture, tourist service infrastructure).
1.
Kesiapan Sumber Daya Manusia & Informasi Tempat Wisata
Di kota-kota besar,
atau destinasi wisata yang sudah terkenal seperti Bali, para pelaku wisata
telah sadar mengenai pentingnya pelayanan yang prima terhadap pelanggan.
Prilaku menghadapi pelanggan juga kemampuan Bahasa Inggris untuk memudahkan
komunikasi.
Lain halnya di
daerah-daerah, di mana penduduk asli masih kesulitan untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa asing. Kemampuan berbahasa asing yang rendah menjadi
kendala. Mungkin jika ada semacam program pembelajaran bahasa asing di
kampung-kampung wisata akan menambah daya tarik wisatawan.
Informasi dan petunjuk
mengenai tempat wisata akan menambah nilai tersendiri. Masih terdapat
tempat-tempat yang sebetulnya berpotensi untuk dijadikan tempat wisata tetapi
tak jarang informasi mengenai akses sulit diperoleh,
2.
Health & Hygiene
Sudah menjadi rahasia
umum jika masalah health dan hygiene di Indonesia ini masih memerlukan
perbaikan. Terkadang masalahnya bukan karena area wisata tidak menyediakan
fasilitas yang memadai, tetapi karena rendahnya kesadaran dari para pengunjung
itu sendiri.
Sanitasi air bersih
sering menjadi kendala. Pernah saya berada di suatu tempat wisata, dimana
fasilitas MCK-nya boleh dibilang terrible!
Padahal tempat itu berhasil menarik wisatawan asing untuk berkunjung ke situ.
Saya sempat malu, saat antri di kamar mandi untuk buang air kecil, seorang
turis asing bilang kepada saya, “It’s so
dirty! No water here!”
Dan saya lihat memang
air tidak keluar, pengunjung yang sudah kebelet pun tidak peduli, buang air
besar tanpa disiram.
Satu hal lagi yang
terkadang membuat saya agak sedikit "tersinggung", adalah saat sebagian orang asing
yang saya tahu menolak untuk mencicipi makanan di pinggir jalan ataupun
warung-warung makan. Mereka memang tidak bilang bahwa itu tidak sehat atau
tidak bersih, tapi dari penolakan atau pun ekspresinya, tersirat, “is it hygiene?
Kementerian Pariwisata
bisa bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, pengelola wisata, pengelola
wisata kuliner untuk terus mengkampanyekan mengenai health & hygiene.
3.
Kesadaran Masyarakat dalam Membantu Pelestarian Lingkungan &
Cagar Budaya
Sering saya menemukan,
saat berkunjung ke suatu tempat wisata, sampah-sampah terserak tidak pada
tempatnya. Terkadang pengunjung tidak peduli, melempar sampah ke laut, danau
ataupun tanah. Saya terkadang hanya bisa mengelus dada melihat prilaku seperti
ini. Bukannya kita tidak bisa membuang sampah pada tempatnya, toh saat berada
di luar negeri, kita sanggup kok turut serta menjaga kebersihan. Masalahnya
kenapa jika di negeri sendiri, kita tidak peduli? Mungkin karena tidak ada
ketegasan aturan seperti di Singapura, jika meludah sedikit pun kena denda.
Belum lagi kesadaran
untuk turut menjaga cagar budaya. Contoh sederhana adalah vandalisme di area
cagar budaya Benteng Surosowan, Keraton Kaibon, ataupun Benteng Speelwijk di
Kawasan Banten Lama. Jika kita sempat memperhatikan, banyak sekali
tulisan-tulisan tidak bertanggung jawab di situ. Mereka tidak mengerti bahwa
sebuah coretan bisa merusak bebatuan situs.
Saya juga pernah
mendengar saat berencana mengunjungi Taman Nasional Gunung Ciremai, yang
ternyata ditutup semantara karena sejak dibuka dan membludaknya animo
masyarakat menyebabkan banyak tanaman yang rusak.
Kesadaran untuk ikut
serta memelihara dan melestarikan lingkungan sepertinya perlu mendapat
perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah. Pemerintah diharapkan bisa
menggandeng semua elemen masyarakat untuk mengedukasi secara terus menerus
dampak perilaku yang ditimbulkan. Bisa juga dengan memasang papan-papan
petunjuk yang informatif di sekitar lokasi wisata atau penerapan aturan yang
konsisten.
Salah satu contoh yang
cukup baik adalah kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kepurbakalaan Banten
dengan acara Jelajah Cagar Budaya, mengundang para pelajar, mahasiswa dan umum
sebagai bagian dari proses edukasi dan untuk menumbuhkan rasa memiliki.
4.
Promosi Wisata
Saat ini sudah promosi
wisata sudah cukup baik dilakukan. Dengan menyentuh pada pelaku sosial media
untuk turut serta mempromosikan daerah tujuan wisata. Banyak orang menjadi tahu
mengenai potensi wisata yang tidak kalah dibandingkan dengan wisata luar
negeri. Ibaratnya, ngga perlu jauh ke Maladives, jika kita punya Pulau Derawan
yang elok.
Promosi wisata bisa
dilakukan lebih gencar dengan memanfaatkan semua kanal yang ada, memberikan
informasi mengenai petunjuk panduan menuju daerah tujuan wisata, akses yang
dapat ditempuh, transportasi, hotel, termasuk informasi mengenai makanan halal.
Semua informasi tersebut dapat dikemas secara komprehesif, sehingga memudahkan
para wisatawan.
5.
Permasalahan Lahan & Pedagang Kaki Lima
Ini juga hal yang
sering menjadi sengketa. Seperti halnya lahan di kawasan sekitar Banten Lama. Permasalahan
ini mungkin membuat para investor atau pun pemerintah enggan untuk masuk
melakukan pengelolaan, belum lagi permasalahan hak waris dari para keturunan
kesultanan Banten yang menjaga peninggalan bangunan bersejarah.
Masalah pedagang kaki
lima pun masih memerlukan perhatian, walaupun kini kita bisa melihat bahwa sudah
ada usaha dari pemerintah untuk melakukan pengaturan para pedagang ini, dengan
cara merelokasi tempat.
6.
Infrastruktur & Transportasi
Saya sendiri menyadari bahwa dalam hal infrastruktur, Indonesia masih berada di belakang. Infrastruktur yang memadai mungkin hanya di area Jakarta dan Bali, walaupun Jakarta tetap terkendala dengan kemacetan. Bali pun walaupun secara infrastruktur cukup bagus dan layak jika dibandingkan tempat wisata lainnya, transportasi umum agak sedikit lebih sulit, kita hanya bisa mengandalkan rental mobil atau taxi untuk berkeliling tujuan-tujuan wisata di Bali.
Satu hal yang saya rasakan
pada saat traveling di Singapura ataupun Malaysia, mereka mempunyai
infrastruktur yang sudah cukup baik, jalanan besar dan lebar, pun demikian
dengan akses transportasi. Mereka mempunyai Mass Rapid Transport (MRT) dan di Malaysia
terintegrasi antara MRT, KRL juga terminal bus. Pelayanan bus pun memuaskan
dari segi ketepatan waktu, setiap jam ada jadwal keberangkatan, termasuk bus
antar kota. Penuh maupun tidak penuh jika jadwal keberangkatan tiba, bus akan
melaju. Ini kenyamanan yang jarang saya temui di Indonesia. Transportasi umum
tidak bisa terlalu diandalkan, jadwal bisa molor berjam-jam lamanya karena bus
harus menunggu penumpang. Saya tidak tahu sistem seperti apa yang diterapkan di
negara-negara tersebut, apakah sistem penggajian supir seperti halnya Trans
Jakarta, sehingga tidak ada namanya bus “ngetem” nunggu
penumpang.
Infrastruktur di
wilayah Timur Indonesia juga perlu mendapat perhatian serius, agar wisatawan
banyak tertarik mengunjungi daerah ini.
Indonesia Timur mempunyai
potensi wisata yang eksotis. Walaupun banyak orang mengakui itu sangat indah,
masih banyak yang berpikir dua kali untuk menuju daerah Indonesia Timur. Ya,
bisa dibayangkan jika harga ke Indonesia Timur lumayan menguras kantong. Saat
ini untuk penerbangan termurah pulang pergi Jakarta – Sorong saja sekitar Rp
3,2 juta untuk low session, masih lebih mahal dibanding tiket promo
Jakarta – Osaka yang hanya Rp 2,5 juta.
Orang bilang harga
transportasi ke Indonesia Timur memang mahal, karena biaya mengangkutan bahan
bakar ke pelosok daerah juga memerlukan biaya.
Tentunya hambatan-hambatan
di atas bukan sebagai kelemahan, tetapi kesempatan untuk terus melakukan
perbaikan. Apalagi sekarang dunia pariwisata sudah bergerak ke arah pengembangan
wisata berkelanjutan atau sustainable tourism.
Pembangunan Wisata Berkelanjutan
Perkembangan pariwisata
tidak dipungkiri dapat memberikan dampak positif dengan bertambahnya
pembangunan infrastruktur juga bisa menciptakan lapangan kerja. Tetapi di sisi
lain, menimbulkan dampak negatif, seperti halnya peningkatan kadar CO2 di udara
akibat meningkatnya penggunaan transportasi, pengurangan air bersih karena
pemakaian air bersih meningkat, hewan dan tumbuhan langka berkurang, kebutuhan
pemakaian energi semakin meningkat, peningkatan jumlah kendaraan, juga
kerusakan terumbu karang.
Dalam hal sustainable
tourism atau pariwisata berkelanjutan, saat ini Indonesia menempati posisi
ke-130 dari 144 negara. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa ini adalah
penilaian dunia dan memalukan, karena Indonesia dianggap tidak peka terhadap
lingkungan dalam pembangunan wisata berkelanjutan.
Menteri Arief Yahya
juga menyatakan Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan
ini. Kemenpar bekerjasama dengan organisasi pariwisata dunia (UNWTO), Global
Sustainable Tourism Council (GSTC) yang nantinya akan menerbitkan Sustainable
Tourism Certification (STC). Dimana sertifikasi ini akan dinilai melalui 4
kriteria, yaitu manajemen berkelanjutan, dampak sosial ekonomi, dampak budaya
dan dampak lingkungan.
Saat ini sebagai proyek
percontohan pembangunan wisata berkelanjutan, pemerintah menetapkan daerah
Pangandaran, Kulon Progo dan Mandalika.
Ngomong-ngomong apa sih
sustainable tourism itu? Ada yang belum tahu?
Jadi sustainable
tourism itu adalah sebuah konsep mengunjungi suatu tujuan wisata atau tempat
sebagai wisatawan dan berusaha untuk hanya membuat dampak positif terhadap
lingkungan, masyarakat dan ekonomi.
Berat ya kelihatannya?
Yup, karena konsep sustainable tourism
ini bukan hanya melibatkan wisatawan ataupun instansi pemerintahan, tetapi
semua stake holder, pengelola lingkungan dan masyarakat. Semua harus bekerja
sama dan sadar akan pentingnya pariwisata berkelanjutan ini. Setiap orang
mempunyai peranan dalam mewujudkan sustainable tourism ini.
Pemerintah juga
diharapkan bisa menggandeng para pelaku industri setempat. Saat ini, para
pelaku industri ini banyak yang melakukan kegiatan CSR, diantaranya
mengembangkan kawasan konservasi mangrove di area-area dekat pantai, kegiatan
biodiversity dengan penanaman terumbu karang di sekitar perairan, penanaman
pohon dan lain-lain. Pemerintah harus bisa merangkul dan bekerja sama secara
sinergis dengan mereka, bukan malah membebani para pelaku industri dengan pungutan-pungutan
yang memberatkan. Hilangkan opini bahwa pemerintah adalah mesin pemeras dengan
cara melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan para pelaku industri
di kawasan setempat.
Dalam hal kebijaksanaan
pengembangan sarana transportasi dan juga hunian untuk wisatawan, pemerintah
bisa menggandeng Kementerian Sumber Daya & Energi untuk memberikan edukasi
mengenai kesadaran hemat energi. Saat ini telah banyak hotel yang mengusung konsep
green hotel.
Hmmm, banyak juga pekerjaan
rumah yang mesti diselesaikan. By the way,
yuk ah, kita juga dukung program-program pemerintah mewujudkan wisata
berkelanjutan.
Apa Peranan Kita Untuk Mendukung Pemerintah Mewujudkan Pariwisata
Berkelanjutan?
Nah, sementara pemerintah
berkomitmen membangun pariwisata yang berkelanjutan dan melakukan
program-programnya, ada baiknya kita sebagai individu, wisatawan, traveler atau
pun blogger, juga ikut berkontribusi terhadap sustainable tourism. Kenapa?
Karena kata Scorpion, “cause we all live
under the same sun, walk under the same moon.”
Kalau bukan dari
kesadaran kita sendiri untuk kelangsungan bumi demi kehidupan generasi
selanjutnya, siapa yang akan peduli. Jadi, walaupun sedikit, beberapa andil
yang bisa kita lakukan sebagai wisatawan yang sadar lingkungan adalah sebagai
berikut:
1.
Bawa tempat sampah sendiri saat traveling untuk menampung
sampah-sampah kita, dan buanglah pada tempatnya. Ngga mau dong disebut sebagai
wisatawan yang ngga peduli lingkungan?
2.
Pilih makanan lokal, seperti seafood jika pergi ke daerah pantai.
Mengapa? Selain membantu menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat, kita
juga berarti telah berperan serta dalam mengurang 4 – 5 % gas rumah kaca yang dihasilkan
untuk membawa suatu produk ke tempat lain.
3.
Suka snorkeling? Jangan sekali-kali menyentuh terumbu karang yak,
karena itu sama dengan membunuh terumbu karang. Dampaknya? Besar sekali
walaupun hanya satu sentuhan tangan. Bisa menimbulkan abrasi pantai, populasi
ikan berkurang, tangkapan nelayan pun berkurang jadinya.
4.
Pemuda & pemudi bisanya suka gatal deh, mengabadikan momen kebersamaan
dengan cara menulis namanya di dinding atau pun pohon. Itu namanya Vandalisme.
Apalagi kalau menulisnya di batuan situs cagar budaya. Please, don’t do that!
5.
Siapa yang suka bawa oleh-oleh sampai over bagasi? Ah, ngga apa, kan saya bisa bayar. Nah,
mind set seperti ini harus diubah, selain kena biaya tambahan, setiap penambahan
1 Ton bagasi, pesawat memerlukan tambahan 35 kg bahan bakar/jam.
Itulah beberapa gambaran
mengenai perkembangan, kendala, juga opportunity dalam perkembangan pembangunan
Indonesia dalam bidang pariwisata. Semoga, pemerintah bisa mewujudkan targetnya
di 2019 nanti, mencapai 15% terhadap PDB dengan nilai 275 triliun dan
menciptakan kesempatan kerja 13 juta orang.
Sumber rujukan:
1. Industri Pariwisata Indonesia, www.indonesia-investment.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051
2. Paparan Deputy BPDIP, www.kemenpar.go.id
Sumber rujukan:
1. Industri Pariwisata Indonesia, www.indonesia-investment.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051
2. Paparan Deputy BPDIP, www.kemenpar.go.id
Pariwisata Indonesia memang sangat indah dan keren. Supaya semakin berkembang kedepannya, memang penting sekali kerjassama berbagai pihak, baik itu pemerintahan dan masyarakatnya. Di daerah tempat tinggal saya sendiri, ada tempat wisata yang banyak dikunjungi, kalau weekend dan hari besar dan liburan sekolah, itu padet banget. Tapi sayang kurang diperhatikan, terutama kebersihannya, padahal kalau di tata dengan baik akan semakin menarik, bahkan wisatawan akan semakin banyak.
BalasHapusTulisan ini bermanfaat sekali mba, keren banget. Semoga pariwisata Indonesia semakin maju ya.
Bener Mbak, belum tereksplore semua yak. Masih banyak tempat-tempat yang menunggu untuk ditemukan. Xixi. Masalah kebersihan betul Mbak, mungkin saya dan semua masih perlu meningkatkan kesadaran lingkungan. Karena kan itu balik lagi ke kita ya. Ngga sadar lingkungan ya akan berakibat banjir misalnya.
HapusSaya sepakat. Tulisannya mengulas sisik melik dunia pariwisata kita dengan cukup terperinci. Terimakasih mba
BalasHapusSebetulnya akhir-akhir ini saya lihat pemerintah juga gencar mempromosikan daerah-daerah wisata. Dan mereka mempunyai program-program prioritas. Ya, pasti lah yak, untuk membangung infrastruktur dan pariwisata memerlukan investasi dan iklim yang kondusif. Mudah-mudahan kita makin terus berkembang.
HapusKalo bisa dimaksimalkan, pariwisata Indonesia ini pasti bikin rakyat kita sejahtera. Gereget deh. Kapan ya bisa kayak gitu. Biar rakyat gak ada lagi yang nganggur...
BalasHapusIya, saling berhubungan yak. Pariwisata berkembang, pasti akan berdampak ke pendapatan masyarakat sekitar juga membuka lapangan pekerjaan.
HapusBagus sekali ulasan mbak ini. Untuk poin no 1 disini ada sebuah pulau yang dulu masih belum terjamah pemerintah tapi banyak wisatawan asing yg datang kesana. Rata2 bule mereka datang lewat Malaysia,Singapore, Thai bahkan Vietnam. Ini karena prasarana dikiranya masih kurang. Kalo segi bahasa kayaknya Ndak terlalu, meski gak bisa bahasa Inggris sedikitpun penduduknya, nyatanya dulu tempat itu lumayan rame dikunjungi asing ketimbang wisatawan lokal. Untuk wisatawan lokal nih, seringnya yang #maaf buang sampah sembarangan. Masih sedikit sadar lingkungannya.
BalasHapusWah ternyata wisatawan asing malah lebih tahu lebih dahulu yak? Iya, terkadang kita mau ke suatu tempat kan harus tahu informasinya yak di sana bagaimana, harus naik apa, prasarana seperti apa. Apalagi kalau jauh. Informasi-informasi seperti ini sangat berguna bagi traveler.
HapusBtw, di pulau apa itu?
Saya malah mupeng dengan jalan-jalan di Situs Banten Lamanya Mbak, haha. Duh keren banget pasti itu menjejaki situs permukiman Islam klasik terbesar di Indonesia. Dipandu langsung oleh BPCB pula, hehe.
BalasHapusKesadaran dalam mengunjungi tempat wisata memang mesti dimulai dari kita sendiri, dan kalau mau mengubah perilaku orang, harus berawal dari perilaku kita yang berubah dulu. Menurut saya sih begitu, hehe. Mungkin dengan memulai traveling dengan kendaraan umum alih-alih kendaraan pribadi ya. Kecuali buat tempat yang remote banget sehingga harus bawa kendaraan sendiri, hehe.
Sebetulnya sih begitu yak. Kalau public transportation nya bagus, pasti orang juga ga sungkan untuk menggunakannya. Tapi terkadang naik umum lama di perjalanannya. Ngetem nyari penumpang, dll. Kalau bis, kereta sih mungkin ga terlalu yak, saat ini karena saya lihat di bidang transportasi kereta api banyak perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan
Hapusemang ngeselin klo nemuin vandalisme ditempat wisata bagi saya itu kampungan bgt mba merusak sekali view yang ada :(
BalasHapusbtw gudluck y mba ^^
Entahlah, sebetulnya itu mungkin bagian dari sisi menginginkan pengakuan yak. Xixixi. Tapi tidak paham dampaknya, apalagi terhadap bangunan cagar budaya.
HapusThank banget infonya mbak. Saya jadi bersemangat lagi ngeblog, karena salah satu tujuan saya ngeblog adalah ingin mempromosikan tempat-tempat wisata di Indonesia.
BalasHapusWah, keren!! Semoga kita bisa terus mempromosikan pariwisata Indonesia yak. Ngeblog tentang traveling adalah salah satu cara untuk sharing informasi yang siapa tahu diperlukan oleh orang yang hendak traveling yak.
HapusWow bener sekali mbak... lengkap dan sangat bermanfaat. Mudahan pemerintah terus berbenah sehingga tercipta tempat yang nyamaan tuk wisatawan
BalasHapusAamiin. Semoga pariwisata Indonesia tetap maju yak. Dan kearifan-kearifan lokal juga bisa menjadi daya tarik untuk wisatawan lokal dan mancanegara.
HapusMasalah toilet umum dan tempat sampah, suka miris :(
BalasHapusBukan hanya kesediaan pemerintah, tapi juga kesadaran masyarakat pengunjung.
Btw, foto-fotonya keren kak!!!
Iya, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama. Kalau ingin pariwisata sukses.
HapusMbak, aku share ke dinas pariwisata, ya? Ajib banget tulisannya, memang di sini perlu banyak pembenahan.
BalasHapusSubhanallah, ini tulisannya lengkap banget mbaaa.. suka deh :)
BalasHapusSemoga maju terus yaa pariwisata Indonesia :)
Suka banget bacanya, super lengkap :)
BalasHapusBener nih.. Untuk urusan sampah sama Vandalisme itu yang paling gampang bikin saya geram. Bagus juga ide Jelajah Cagar Budaya ya.. pendekatannya apik! ^^
BalasHapusIya dg adanya pariwisata, perekonomian masyarat sekitar mudah2an meningkat juga ya. Entah sewain kamar penginapan, kuliner, tour guide, atau jasa ojek.
BalasHapussuka gemes & sedih klo liat sampah & vandalism di tempat wisata :(
BalasHapussungguh sangat mendetail penjelasan mengenai situs banten lama dan hal-hal mengenai kendala dan upaya pemerintah khususnya yang terkait dengan pariwisatadalam menjadikan obyek dan destinasi wisata kita sebagai pendulang devisa...
BalasHapusbuat vandalisem. sadarlah kalian, sebelum kusadarkan pake bogem mentah
ijin follow blognya, semoga berkenan folbal samablog bututku
BalasHapusGila yaaaa , negara kita luas dan komoditi pariwisata nya banyak + lengkap tapi total kunjungan turis nya masih kala sama sing & thai ihik ihik ihik
BalasHapusIndonesia ini kaya budaya dan tempat wisata potensia, kalau pemerintah bisa garap semuanya bakal luar biasa bangsa ini ya mbak :D
BalasHapusFoto2nya cakeeep... Soal pariwisata Indonesia memang seharusnya tidak kalah dari negara Asia lainnya. Tapi IMHO, kurang diperhatikan dan kebiasaan lama yg susah hilang. Begitu banyak org datang, langsung ada tukang palak bertebaran di sekitar situ yang akhirnya bikin orang males lagi ke sana.
BalasHapusKenapa ya bisa gitu. Padahal upaya promosi sudah gencar dilakukan. Tapi tetep aja, paling cuma Bali beserta tempat wisata-nya yang dikenal para turis.
BalasHapusApa mungkin medium 'tulisan' kurang powerful dari segi pemasaran? Kalau gitu, mungkin medium visual seperti film dokumenter, film travelling harus diperbanyak. Hehe.
Sungguh luar biasa ya Indonesia kita, gak kalah bagusnya sama luar negeri. Semoga pengololaan pariwisata dalam negeri semakin lebih baik.
BalasHapus