Sakit Itu Menyedihkan, Jenderal!

Siapa yang pernah berharap sakit?

Sepertinya hanya saya deh yang pernah berharap ingin jatuh sakit. Duluuu sekali, saya pernah iri dengan orang yang gampang sakit, sedikit-sedikit pingsan. Dalam bayangan saya, enak sekali jadi orang seperti ini.

Bagaimana tidak enak? Bayangkan saja, giliran saya kepanasan latihan upacara bendera untuk persiapan 17 Agustus, dia enak-enak berteduh, ditangani pasukan P3K. Pada saat saya harus berdiri tegak di barisan pasukan pramuka dan dibentak-bentak kakak angkatan, dia langsung pucat, mau pingsan, sehingga langsung digotong para kakak panitia. Ah, enak sekali jadi orang berpenyakitan, begitu pikir saya.

Dan herannya, sekeras apapun saya mencoba, misalnya tidak sarapan dahulu sebelum upacara bendera, tetap saja saya tidak pernah jatuh pingsan. Pernah sekali waktu agak pusing-pusing, saya langsung girang.

"Duh, Kak. Saya pusing," saya pernah pura-pura kesakitan memegangi kening. Pecah telor nih, bisa gabung di P3K, pikir saya dengan senyum licik. Kik-kik-kik-kik-kik.

Eh? Tapiii, kenapa peningnya berangsur-angsur hilang? Ah, gagal deh, mau adegan drama jadi orang sakit. Dan akhirnya saya pun menyerah setelah mencoba beragam cara.

"Anak yang aneh! Yang lain pengen sehat, ini kok malah pengen sakit," begitu teman sekolah bilang waktu itu. Saya pun cuma bisa nyengir kuda.

Di puncak keemasan, tubuh yang sehat membawa melihat dunia dari puncak gunung.

Sampai memasuki usia dewasa, bekerja dan menikah, saya termasuk jarang sakit. Kalaupun terkena serangan, paling sebatas flu yang sehari langsung sembuh.

Semakin beranjak usia, rupanya tubuh juga sudah tidak bisa diajak bohong yak. Jika dulu jarang terkena penyakit, sekarang sudah mulai merasakan yang namanya sakit linu, pegel, pusing dari hanya sekedar cekot-cekot sampai migren akut. Penyakit lain yang sering menyerang adalah batuk. Kalau sudah kena penyakit yang satu ini, duh tersiksanya minta ampun.

Kebayang harus presentasi di depan bos-bos besar pada saat batuk kumat. Tenggorokan gatal, pengen batuk sekencang-kencangnya. Saking gatalnya terkadang suka frustasi, rasanya menggaruk tenggorokan dengan biji kedondong.

Selain batuk, yang saya sering derita lainnya adalah flu disertai badan meriang, panas dingin. Badan rasanya mau remuk dan kepala seperti ditusuk-tusuk. Biasanya emosi saya campur aduk, bawaannya ingin nangis. Entah kenapa kalau lagi sakit, suka ingat Ibu. Kok rasanya nelangsa gitu, jauh dari Ibu. Belum lagi anak-anak kadang suka tidak mengerti bahwa ibunya sedang sakit. Maunya malam-malam cari sesuatu keluar harus bersama saya, tidak mau hanya dengan ayahnya.

"Ibu, ayo. Sama Ibu perginya," rengekannya tambah membuat kepala cekot-cekot.

"Sama Ayah dulu ya, Sayang. Ibunya lagi meriang," sahut saya berusaha agar emosi tidak meningkat. 

"Ibu, ayooo . . . ," rengeknya tiada henti, sambil mengoyang-goyang tangan saya. Saya pun hanya bisa memejamkan mata sambil membaca Istigfar dalam hati, sampai akhirnya saya pun setengah tertidur. Ah, sudah tidak terdengar lagi rengekan anak-anak, mungkin anak-anak bersama ayahnya. Sampai terdengar suara . . .

"Ibu . . . "

Dan saya pun emosi.

"Apalagi? Sama Ayah dong. Ibu kan lagi pusing!" Bentakan pun keluar dari mulut saya yang langsung saya sesali.

Dia hanya memandang ketakutan. "Maaf, Bu. Dede hanya mau pijit Ibu," jawabnya pelan.

Hiks! Jadi orang sakit memang menyedihkan. Emosi pun tidak terkontrol. Anak yang ngga tahu apa-apa malah jadi korban. Segera saya merangkulnya.

"Maafin Ibu, ya. Ibu sakit kepala, jadi sedikit emosi," jelas saya menghiburnya. Anggukan kecilnya membuat hati saya terenyuh dengan perasaan bersalah membuncah di dada.

Ternyata, menjadi sakit itu menyedihkan, Jenderal! Emosi bisa tidak terkontrol. Lebih enak jadi orang sehat, ya.

Duh, menyedihkan jika si cantik jadi sasaran emosi saat sakit melanda. Sesal setinggi gunung. 

Ngomong-ngomong tentang kesehatan, ibarat uang, kita baru mengetahui itu harga setelah kehilangan. Saat kita sakitlah, kita merasakan nikmatnya sebuah kesehatan.

Ada satu kisah haru dari seorang teman. Dia bercerita tentang salah seorang tetangganya yang sudah tidak mempunyai kekhawatiran finansial. Istilah saya untuk orang seperti ini adalah money doesn't matter. Mau ke ujung dunia sekalipun, detik itu juga, cuma tinggal bawa diri ke bandara. 

Rumahnya jangan ditanya seperti apa. Luas banget!  Seluas samudera (agak lebay sih). Tabungan, harta kekayaan, portofolio dan lainnya berjibun.

Bukan! Bukan karena dia mendapat harta warisan, atau anak pejabat. Awalnya dia hidup dengan ketakutan finansial. Bersama suaminya dari nol, membangun bisnis. Jatuh bangun dia jalanani, berdua dengan suaminya. Tak jarang dia kerja sampai larut malam, menyelesaikan segala jenis pekerjaan, sementara suaminya mengerjakan bagian operasional yang mengharuskannya sering bepergian ke luar kota. Karena kerja kerasnya yang tidak mengenal lelah, suami istri ini bisa sukses. 

Tapi, kemudian si istri jatuh sakit. Penglihatannya perlahan buram dan bertambah parah sampai akhirnya mendekati kebutaan. Dokter bilang karena adanya kerusakan pada syaraf mata. Berbagai pengobatan sudah dijalaninya. Pergi ke berbagai belahan dunia sudah dijalani demi kesembuhan matanya.

Dia bilang kepada teman saya, "apalah arti uang banyak. Walaupun sekarang saya bisa dan sering pergi ke luar negeri, tapi saya tidak bisa menikmatinya." 

Ngomongin masalah nikmat yang tidak dapat dibayar dengan uang sekalipun, saya pernah betul-betul merasakan pada saat beribadah haji beberapa tahun yang lampau. Di hari menjelang keberangkatan, saya harus bergelut dengan batuk, pilek serta gigi impaksi yang berulah. Saya ragu, sanggupkah 40 hari bertahan di negeri gurun pasir, yang kondisi cuacanya berbeda. Belum lagi mengenai cocok tidaknya makanan selama di sana.

Rasa khawatir membuat saya melakukan persiapan matang. Semua obat-obatan dan vitamin saya minta ke dokter.

"Dok, jangan lupa diresepkan Vitamin C, untuk menjaga stamina tubuh. Dosis tinggi ya, Dok."

"Oya, Dok. Sekalian juga Vitamin B kompleksnya ya, untuk pegal-pegal dan otot."

"Obat maag, obat batuk, obat pilek, flu, gatal-gatal . . . ," saya pun nyerocos ngga henti, sampai dokternya bingung.

"Bu, yang penting makan teratur, banyak minum air putih, sayuran dan buah-buahan," Dokter menjelaskan sambil tetap menuliskan obat dan vitamin yang saya minta.

Saya mesem, malu.

Arab Saudi cuacanya berbeda dengan Indonesia. Selain panas dan beberapa kali terjadi badai pasir, sehingga udara pun diselimuti kabut pasir. Dalam kondisi seperti itu, manusia sangat rentan sekali terkena penyakit saluran pernafasan atas (ISPA).

Untuk menjaga stamina tetap prima, supaya dapat melakukan ibadah haji dengan maksimal, setiap hari saya meminum Vitamin C, Vitamin B secara bergantian. Makan juga teratur, ngga ada deh ceritanya pilih-pilih makanan. Minum jus buah secara rutin, Alhamdulillah di sana surganya buah-buahan.  Plus bonus bisa minum Air Zamzam sepuasnya. Tidak lupa setiap keluar, kita mengenakan masker untuk mencegah debu pasir masuk ke pernafasan.

Sungguh kesehatan merupakan anugrah yang berharga saat menghadapi ibadah fisik ini.

Hmmm, boleh bangga dong. Di saat orang lain pada tumbang, terserang batuk dan pilek, saya dan suami diberi nikmat kesehatan yang luar biasa. Padahal cuaca sangat panas, juga debu pasir yang pekat mengganggu terhadap kesehatan jema'ah haji.

Di saat orang menghindari makan buah anggur, karena katanya bisa menyebabkan batuk, saya dengan rakusnya memakan buah anggur hijau yang dijual murah di Arab Saudi.

“Serius nih, ngga mau makan anggurnya?” Terkadang saya mengiming-imingi teman satu group dengan anggur hijau yang manis. Mereka dengan tatapan sebal, menggelengkan kepala. Saya pun menyeringai manis: asyiiik, ngga ada saingan!

Ketika orang menghindari minum Air Zamzam yang dingin, saya dengan entengnya mereguknya berkali-kali. Alhamdulillah, biasanya batuk dan pilek langganan mampir, selama hampir 40 hari tanda-tanda penyakit itu datang tidak tampak sama sekali.

Tapi, dasar manusia. Setelah selesai prosesi ibadah haji, ketika menyadari hanya kami yang tidak terganggu kesehatan, timbul penyakit berbangga hati. "Deu, Alhamdulillah yak, kita tidak terserang penyakit seperti orang lain," kata saya suatu ketika, di dalam kamar hotel.

Kata-kata yang saya sesali. Walaupun terlihat seperti bersyukur, tetapi ada setitik perasaan berbangga hati. Dan, besoknya entah karena perkataan kemarin atau bukan, saya terkena batuk, sampai suara serak hampir hilang. Obat batuk pun sudah tidak ada, karena sudah kami bagikan kepada jema'ah lain yang terkena batuk pilek. Euuh, nasib.

Alhamdulillahnya masih ada Vitamin C dan Vitamin B. Saya bombardir saja dengan vitamin, makanan, buah-buahan dan air Zamzam. Ditambah taubat nasuha, karena penyakit berbangga hati.

Vitamin memang sangat membantu dalam menjaga stamina tubuh, lho. Yang saya rasakan paling nyata sih, hilangnya pegal-pegal dan badan serasa ringan setelah meminum vitamin. Sampai saat ini pun saya sering mengkonsumsi vitamin, terutama jika badan mulai terasa greges-greges.

Jika saya dulu mengkonsumsi Vitamin C dan Vitamin B secara terpisah, kini tidak usah lagi repot, karena ada multivitamin Theragran-M, Multivitamin - Mineral.

Theragran-M, Multivitamin - Mineral. Eh, ada logo halalnya lagi! Love, Love deh.

Komposisi Theragran-M: setiap tablet Theragran-M mengandung Vitamin A 10.000 SI, Vitamin D 400 SI, Vitamin B1 10 mg, Vitamin B2 10 mg, Vitamin B6 5mg, Vitamin B12 5mcg, Niasinamida 100 mg, Kalsium Pantotenat 20mg, Vitamin C 200 mg, Vitamin E 15 SI. Ditambah kandungan mineral Iodium 150 mcg, Besi 12mg, Tembaga (II) 2 mg, Mangan (II) 1 mg, Magnesium 65 mg, dan Seng 1,5mg.

Theragran-M diklaim dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral pada masa penyembuhan setelah sakit. Jadi Theragran-M mengandung vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan.

Saya tidak akan membahas fungsi dari masing-masing vitamin dan mineral yang terdapat dalam Theragran-M. Tapi, karena keluhan utama saya adalah sering pegal-pegal dan kesemutan, saya hafal sekali dengan jenis vitamin yang saya perlukan. Vitamin B! Yak, vitamin ini berguna untuk otot dan sistem syaraf. Satu tablet Theragram-M, cukup membantu saya mengatasi kelelahan setelah seharian beraktivitas berat. 

Saat badan terasa segar dan enak, bisa menemani anak-anak berjalan di pagi hari menghirup udara segar pada waktu weekend. Sambil menemani mereka, saya mengagumi binatang-binatang kecil dan bunga-bunga di sepanjang jalan yang saya lalui. Saya pun mengabadikannya melalui lensa kamera phonecell saya.  Indahnya alam ciptaan-Nya ini. Saya pun diliputi kesadaran, bahwa sehat itu adalah hadiah yang terindah dari-Nya. My healthiness, my precious moment.

Menikmati jalan pagi dengan anak-anak, sambil hunting foto makro pakai phonecamera.

Hmmm, tiba-tiba saya teringat si cinta yang habis melakukan aktivitas annual shutdown maintenance, terlihat kesehatannya agak menurun nih. Doi sering pulang malam selama hampir sebulan ini.

“Beb, kamu mau ngga kalau dikasih hadiah?” Saya senyum-senyum.

“Hadiah apa?” Tanyanya curiga

“Nih, hadiah istimewa. Theragran-M, vitamin untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit. Cobain deh.” Si Bebeb pun mengambilnya, dengan pandangan ragu.

“Jangan sampai over dosis yak. Cukup 1 tablet sehari,” saya memberi instruksi, “Oya, jangan diminum barengan sama susu yak, apalagi dicampur Baygon. Diminumnya pagi saja saat mau beraktivitas. Lah, kalau malam-malam, malah nanti badan seger ngga bisa tidur.” Saya terus ngoceh. Si Bebeb hanya menjawab dengan hmmm, hmmm, hmmm.

Hadiah buat si Bebeb yang habis kelelahan akibat aktivitas berat selama sebulan lebih.

Dua hari kemudian . . .

“Bagaimana? Sudah enak ngga badannya?”

“Iya, pegelnya lenyap. Thanks ya, hadiahnya. Sakit itu ngga enak! Mendingan sehat!”

Yeeee, emang siapa yang mau sakit kaleee . . . ups!

So, ngga mau menjadi menyedihkan? Yuk jaga kesehatan dari saat ini juga! Dengan cara apa? Ini cara saya berupaya untuk tetap sehat: 

1.] Positive Thinking 
Saya pernah baca bahwa ada penelitian yang menyimpulkan sakit itu 90% disebabkan karena pikiran, hanya 10% karena pola makan. 

Menurut penelitian tersebut sakit itu ada hubungannya dengan pikiran kita. Pemikiran yang negatif justru menarik penyakit untuk bersarang di tubuh. Jadi, saya berusaha untuk selalu positive thinking, menghilangkan rasa khawatir berlebihan, mengurangi marah-marah (yang ini masih sih, terkadang), mengurangi rasa takut berlebihan, stress, kebencian, dan emosi negatif lainnya. 

Let it be. Whatever will be, will be. 

2.] Healthy Life Style 
Nah, kalau bicara gaya hidup sehat, saya suka merasa: ah klise! Makan sehat, minum air putih yang banyak, tidak merokok, olah raga dan sederet aturan-aturan lainnya. 

Menurut saya walaupun klise, gaya hidup sehat tetap perlu. Makan dan minum tidak berlebihan termasuk juga dalam gaya hidup sehat. Nabi juga bilang kan, berhentilah makan sebelum kenyang. Hmmm, paling yang susah buat saya dalam rangka gaya hidup sehat adalah mengurangi konsumsi gorengan. Ya, minimal kurangi makanan yang bisa memberikan efek buruk pada tubuh. You know your body well, gals.

Tapi, olahraga itu penting. Saya pernah merasa lesu dan sering pusing kepala. Dari pemeriksaan hasilnya tidak bermasalah. Dokter memberikan resep multivitamin dan menyarankan untuk olahraga 15 menit setiap hari atau dua hari sekali. Eh, iya loh. Saat saya rutin olahraga, badan rasanya ringan dan segar, semangat untuk melakukan aktivitas. 

3.] Bersyukur dan Berdoa 
Terakhir, jangan lupa untuk selalu bersyukur dan berdoa. Karena pada dasarnya, Tuhan yang menganugerahi kita kesehatan. 

Nah, itu tiga cara utama saya. Jangan lupa ditambah minum multivitamin untuk membantu memulihkan daya tahan tubuh.

-------

"Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho."