Salah
satu tempat yang wajib dikunjungi saat kita ke Ho Chi Minh, Vietnam adalah Ben
Thanh Market. Tempat ini merupakan pasar besar yang terletak di Distrik 1, atau
di pusat kota Ho Chi Minh.
Di
Ben Thanh Market kita bisa menemukan beragam jenis barang kerajinan lokal,
makanan khas Vietnam dan aneka macam souvenir. Hmmm, mendengar kata souvenir,
langsung deh radar berjalan. Saatnya beli oleh-oleh! Dan, katanya murah-murah.
Euh, tambah semangat 45.
Tapi,
berhubung kita tidak ada waktu untuk berburu oleh-oleh di siang hari, maka
satu-satunya kesempatan adalah di malam hari. Nah, kebetulan Ben Thanh Market
ini buka 24 jam. Eh, sebetulnya sih kalau yang di dalam gedung, sore hari sudah
tutup, tapi para pedagang di luar gedung yang masih tersisa.
Akhirnya
setelah berembug berempat, akhirnya nekat malam-malam pergi ke Ben Thanh
Market. Dari Lotte Legend Hotel Saigon kita berangkat menggunakan taksi
Vinasun. Sebetulnya agak was-was juga sih, tapi ternyata tidak seperti dugaan
saya. Vinasun ini mirip-mirip dengan bluebird lah. Dia ngga muter-muter cari
jalan yang susah supaya argonya besar. Dari Lotte Legend Hotel ke Ben Thanh
Market kami membayar sekitar 80.000 VND atau kira-kira Rp 48.000, jadi Rp
12.000/orang. Oya, di Vietnam, jika menyebutkan harga 80, tambahkan ribuan
dibelakangnya, jadi berarti 80.000 VND.
Suasana
malam di pasar yang dibangun tahun 1870 oleh Perancis ini justru terlihat
hidup. Tenda-tenda berdiri di kanan kiri jalan, membentuk street market. Berbagai macam barang dijual di sini. Kaos-kaos
bertuliskan Vietnam yang bisa dijadikan sebagai souvenir, barang-barang
kerajinan seperti vas bunga, toples kayu dengan lukisan cantik, piring-piring
lukis Vietnam, lukisan cat air, gelang-gelang cantik, kopi Nguyen Trung khas
Vietnam, lampion cantik dan juga tenda-tenda penjual makanan yang ramai oleh para turis asing.
Asyik
juga mengamati kehidupan malam di Ben Thanh Market ini. Selain para penjual
yang mempunyai tenda, terlihat juga beberapa pedagang makanan yang menggunakan
sepeda atau motor. Mereka menawarkan buah-buahan seperti manggis dan durian,
jajanan pasar, dan lainnya. Yang khas dari para penjual makanan keliling ini
mereka mengenakan topi caping (topi segitiga dari anyaman bambu) yang
sepertinya merupakan ciri khas Vietnam. Untuk makannya walaupun sepertinya
menggiurkan, saya tidak berani mencoba, lagi pula perut kami sudah full terisi.
Yang
lebih menarik lagi, para penjual di tenda-tenda ini kebanyakan adalah
perempuan. Mereka masih muda dan cantik-cantik dengan pakaian yang sedikit
bebas.
Kami
akhirnya berhenti di sebuah toko souvenir yang terlihat cukup lengkap. Barang
yang dipajangpun membuat mata kami dipenuhi bunga-bunga.
“How much?” Saya menunjuk sebuah piring
kotak kecil yang bisa dijadikan hiasan gantung berlukiskan perempuan Vietnam.
“350.000
Dong,” si cantik menawarkan harga yang membuat kami terperanjat. Ha? Piring
hiasan kayak gini doang Rp 210.000? “Are you kidding me?”
“This is good quality!”
Dia mencoba meyakinkan. “Malay?” Dia
bertanya. “No, Indonesian,” jawab
teman saya. “Too expensive,” teman
saya mengangkat bahu, kemudian mengetuk-ngetuk piring hiasan, memastikan
kualitas bahan dengan muka seolah tidak minat. Dia mulai mengeluarkan jurus
negosiasi.
“Kakak, this is good quality. How
many do you wanna buy? I give you special price.”
“100.000 Dong,”
tawar teman saya. Awalnya dia keberatan memberikan harga segitu, akhirnya kami
pura-pura ngeloyor, dan dia pun memanggil kami kembali. “Okay, 150.000 Dong, last offering,” katanya. Yah, masih ngga
sesuai harapan. Ya kalau 100.000 Dong (VND) sih masih lumayan lah. “No. We want it for 100.000 VND each.”
Masih dengan muka sok ngga tertarik.
Akhirnya
dia mengalah memberikan sesuai dengan harga yang kita minta. Teman saya yang
satu lagi jadi tertarik membeli piring lukisan yang lebih besar dan lukisan.
Dan kurang ajarnya, itu lukisan yang lebih besar dia kasih harga 400.000 VND.
Padahal ukurannya dua kali lipat yang kami beli tadi. Cuma beda 50.000 VND.
Teman saya itu akhirnya bisa mendapatkan piring lukisan yang lebih besar dengan
harga 100.000 VND juga. Walah! Dasar kucrut!
Kata teman yang lelaki yang membeli awal bareng saya.
Gara-gara
bisa dapat lebih murah lagi, eh, kita malah ikut-ikutan nawar barang yang lain.
Ada magnet kulkas yang berbentuk pasangan Vietnam. Lucu deh. Awalnya si kucrut
ini juga nawarinnya tinggi, sekitar 300.000 VND. Dia bilang, “Look Kakak, this is 20 pieces! I give you
good price!”
300.000
VND berarti sekitar Rp 180.000 buat serentet magnet kulkas dong? Halah! Mabok
nih orang nawarinnya. Langsung deh teman saya yang cowok bereaksi lagi. “Are you kidding? What did you eat for
dinner? Have you take dinner?” teman saya bercandain di neng geulis satu
itu. “Yes, why?” Katanya dengan muka
bingung, kenapa tiba-tiba nanya udah makan apa belum, dia belum sadar
dibercandain. “Because you offer me high
price. I worry that you haven’t take dinner,” jawab teman saya dengan muka
lucu dan Bahasa Inggris logat Sunda banget. Wanita penjual itu pun tertawa
tergelak-gelak, sambil memukul teman saya,
Iya
sih isinya banyak 20 biji. Eh, 10 pasang. Kita ngga kapok, nawar lagi 100.000
Dong untuk magnet kulkas pasangan orang Vietnam. “You always say 100.000!” katanya sambil ketawa. Tapi akhirnya sih
dikasih juga. “You are mafia!”
Katanya sambil tertawa-tawa.
Baru
selesai kami transaksi, yang termuda di antara kami datang membawa satu set
tatakan gelas yang terbuat dari kulit kerang. “How much?” Tanyanya to the point, menunjuk benda yang dibawanya. “That one? I give you 400.000 Dong,”
jawab si kucrut (duh, lupa nanya namanya, tapi karena nawarin harga ngga
kira-kira, kita sebutnya si kucrut). “Mahal!
Expensive!” Kata si bungsu dengan muka lempeng. “50.000 Dong, I buy 2 set,” tawarnya lagi. “Oh, my God, another mafia come!” Serunya, “You, you mafia,” katanya menunjuk saya dan teman yang lelaki, “and you also another mafia, oh, my God. I meet
mafia team today,” lanjutnya lagi dengan mulut terbuka lebar dan mata
dibesarkan. “This is from sea shell. You
have good eyes.” Akhirnya eyel-eyelan pun terjadi, dia keukeuh ngga mau
turun, kita keukeuh ngga mau naik. “We
buy many stuffs from you. So give us cheaper price,” rayu kita. Akhirnya
dia pun menyerah dengan rayuan maut 4 orang gila. “Oh, my God, today I got Mafia Team here,” mulutnya komat-kamit
sambil membungkus barang-barang yang kita beli, sesekali dia tepok jidat. Kita
ngekek berempat.
Kalau
ke Ben Thanh Market, ini tenda souvenir saya rekomendasi deh. Harganya setelah
tawar habis-habisan harganya jauh lebih murah dibanding di airport. Ngga rugi
beli di sini. Oya, di sebelahnya dan di depannya ada toko kaos dan baju. Di
situ juga saya rekomendasi. Harganya lumayan murah, kaos-kaos berkisar antara
Rp 30.000 – Rp 60.000 tergantung bahannya. Kami yang mempunyai anak perempuan
membeli Ao Dai (pakaian tradisional Vietnam) seharga 100.000 Dong, atau sekitar
Rp 60.000/baju anak.
Udah
senang banget tuh dapat harga murah-murah. Kepedean dong, berhasil nawar
semurah-murahnya. Nah, gara-gara kepedean ini pula, akhirnya kita nyengir
sendiri kalau ingat kejadiannya.
Ceritanya,
salah seorang teman yang laki ingin membeli kopi khas Vietnam. Sebetulnya sih
yang perempuan ngga tertarik nih beli kopi Vietnam, takut mengandung sianida.
Hihihi. Tapi nih gara-gara dua bapak-bapak ini, akhirnya kita ikutan beli.
Katanya murah abis. Nama kopinya Nguyen Trung. Kopi asli Vietnam dan konon
katanya yang terenak. Setelah tawar-menawar ceritanya kita deal di harga
200.000 VND/500 gram. Katanya teman saya itu murah banget. Maklumlah saya
jarang beli kopi ya percaya saja pas di penjualnya maksa supaya saya beli juga.
Alesannya baru kali ini dia jual seharga itu, nanti kalau balik lagi mungkin
dia udah ngga mau kasih harga sama. Karena yang jualan ini ramah dan tampang
kasihan gitu, jadi deh saya termakan bujuk rayunya.
Tapi,
ada yang aneh yang membuat saya kembali ragu, saat dia bilang, “if you find
other offering cheaper price, 60.000 VND, that is fake. The real one is with
hologram like this,” jelasnya sambil menunjukan hologram yang ada pada bagian
kemasan atas. Dalam hati sih bilang, ah nyari hologram kayak gini sih banyak,
bisa tinggal tempel saja. Karena dia ngelihat saya mencoba mencabut
hologramnya, dia bilang, “this is cannot move,” sambil memperagakan bahwa
hologramnya itu nyatu sehingga ngga bisa dicopot. Ya akhirnya kita percaya.
Saat
melihat sebuah toko yang menjual aneka macam kopi dengan fixed price, kita iseng
melihat harga kopi yang sama, 250 gram. Harga yang tertera sekitar 70.000 - 80.000 VND. “Oh, iya. Ini
palsu nih, ngga ada hologramnya,” kata teman saya. Kita pun dengan bangganya
membawa pulang kopi Nguyen Trung yang asli dengan hologram. Tapi, tetap
terbersit di hati, palsu atau ngga yak?
Saking
penasarannya, teman saya searching di internet. Ah, ternyata kecurigaan kami
betul. Harga aslinya USD 7.95 atau sekitar Rp 100.000/500 gram. Nguyen Trung
sendiri sebetulnya ada beberapa jenis. Yang kami beli adalah jenis yang paling
termurah. Ah, buaya kok dikadalin.
Pedagang
di Ben Thanh Market ini sebetulnya berasal dari beragam etnis dan bangsa.
Contohnya penjual yang kita panggil “kucrut” itu asalnya dari Thailand, terus
yang kita sangka adiknya ternyata malah orang Vietnam. Rata-rata menyangka kami
datang dari Malaysia, mereka selalu meminta ringgit. “Okay, I give you cheaper price, just give me 2 ringgit for bonus,”
ada juga yang minta tambahan 2 ringgit karena dia udah kasih harga murah
banget.
Buat
orang Indonesia, belanja di sini kayaknya surga banget deh. Puas tawar menawar
di sini. Harganya pun murah-murah. Malah teman saya sampai curiga barangnya
setengah nyolong karena saking murahnya. Bayangkan saja kaos jersey bola aja di
sana dijual hanya sekitar Rp 60.000 dengan kualitas bahan yang bagus. Kalau dilihat
sih semuanya made in Vietnam. Kami belum menemukan made in China. Sepertinya
Vietnam lebih maju dari kita dalam hal kecintaan terhadap produk lokalnya.
Atau, mereka ganti label ya, jadi made in Vietnam?
Buat
kamu yang tertarik belanja di Ben Thanh Market, berikut tips belanja ala kami,
mafia team:
1.
Belanja di Ben Thanh Market wajib nawar. Negosiasi harga
sekitar 1/3 atau 1/4 dari harga awal yang ditawarkan. Pada umumnya penjual di
Ben Thanh Market menawarkan harga awal yang melambung tinggi yang ngga masuk
akal menurut pemikiran kita.
2.
Cobalah teknik negosiasi dengan cara bercanda atau tersenyum.
Mereka mau kok bernegosiasi. Ngga ada salahnya juga mengajak mereka ngobrol,
seperti menanyakan darimana asalnya, pernah ke Indonesia atau belum, dan
lainnya. Oya, tapi pilih yang kira-kira penjualnya ramah. Terkadang di Ben
Thanh Market penjualnya menjual dengan cara memaksa. Bahkan kalau kita
menanyakan harga, terus kita ngga mencoba nawar langsung pergi, mereka
menarik-narik tangan kita dengan keras.
3.
Para pedagang di Ben Thanh Market menerima juga pembayaran
menggunakan dolar, juga ringgit. Menurut saya sih, saat berbelanja lebih enak
menggunakan Dong, mata uang Vietnam (VND), daripada dolar. Btw, saya bingung
juga kok rupiah ngga yak? Hahaha. Gagal fokus.
4.
Walaupun saya pribadi merasa nyaman dan aman berbelanja di
Ben Thanh Market. Ada baiknya sih tetap hati-hati membawa barang bawaan kalian.
Hmmm, rata-rata review yang saya pernah baca sih katanya ngga aman, bahkan
orang-orang yang kami kenal di sana (orang Vietnam) pun sebetulnya ngga rekomen
kami ke sini. Mereka bilang kalau foreigners sih rata-rata cuek, melenggang
dengan nyaman di sini. Bukan cuek kali yak, tapi nddablek.
Pernah sekali mewakili kampus ke Thailand. Tapi ngk ke Vietnam, memang pernah memiliki rencana kesana mba tapi mengingat waktu yang tidak terlalu banyak akhirnya dipentingkan dulu hehe
BalasHapusVietnam ternyata asyik juga buat dikunjungi. Awalnya saya pikir kayaknya gimana gitu...kriminalitas tinggi dan lainnya. Tapi setelah ke sana, saya pikir perkembangan Vietnam sangat pesat juga. Bisa-bisa malah kita ketinggalan...
HapusNgakak OMG I meet Mafia Team today :D
BalasHapusTapi keren ih bisa nawarnya mba jadi pengen kesonoooo moga ada yang baik hati bayarin *mimpi* :p
Iya saya aja ngakak juga dia nyebut kita mafia team. Lagian nawarinnya ga kira2 Mbak...mosok nawarin pirin kecil gitu 350.000 VND, kalau dirupiahkan kira-kira 0.6x nya, sekitar Rp 210.000, itu sih namanya nodong...haha.
HapusHehehehe saya jadi ngebayangin gimana itu ekspresinya yaak. Ditawarnya 100 terus x)) tapi dari tulisan ini saya jadi belajar nih. Soalnya saya ga pernah nawar kalo belanja. Sepertinya saya kalo travel kudu bawa temen yang jago nego dan nawar ya.
BalasHapusHabis nawarin harga awalnya ga kira-kira Mbak...jadi ya harus tega2 an, ngga tau juga sih harga aslinya berapa. Tapi kalau masih dikasih, berarti kan minimal masih masuk di modalnya dia..., bukannya ga kasihan sih, kalau ngga gitu malah kita yang kemahalan.
HapusIya, enak ramai-ramai. Biasanya jurus negonya keluar juga. Hehe.
Hehe, sampai dibilang grup mafia. Namanya pasar, apalagi di daerah wisata, sepertinya di mana saja mesti menawar dengan harga rebah ya Mbak (bukan harga miring lagi). Soalnya pasar suvenir di Bali juga rata-rata seperti itu, kan. Kurang cocok bagi saya sebab saya sama sekali tak bisa menawar, orangnya gampang banget luluh. Mungkin mesti ajak Mbak dan teman-teman kalau mau belanja suvenir? #eh
BalasHapusIya namanya daerah wisata pasti nawarinnya ga masuk akal. Sebetulnya lebih enak jika pergi ke supermarket atau toko yang harganya fix. Kalau ditempat kayak gini kita ngga tau apa kemahalan atau malah kita jadi raja tega kemurahan. Tapi biasanya sih mereka juga punya standard minimalnya harus dijual berapa. Soalnya ada juga yang pas ditawar lagi, dia bilang bener-bener ga bisa ngasih kalau segitu, ngga nutup di modal dia. Baru kita naik lagi dari harga offering kita. Sampai sama-sama enak dealnya.
HapusSaya juga sebetulnya termasuk yang luluhan sih. Cuma kemarin teamnya kompak banget nih...haha, beraninya keroyokan yak.
Seru nih nawarnya gila-gilaan. Memang harus tahu harga ya daripada dikadalin kopi vietnam :D
BalasHapusIya, kalau ngga gila-gilaan nawar, harganya ngga reasonable sih Mbak. Hahaha, tapi masih kena kadal pas beli kopi ... sebel juga sih.
HapusAku kok malah bacanya kacrut sangking bacanya cepet wkwk
BalasHapusHihihi, kucrut teh panggilan buat si cantik penjualnya itu. Panggilan sayang, hahaha. Di bilang kucrut gara-gara nawarin tinggi banget, eh ditawar rendah masih mau, udah gitu temen yang beli terakhir malah barang yang sama dapat lebih murah lagi. Hihihi. Kesel deh yang beli pertama.
HapusWoww seruuu, ternyata belanja disana sama juga belanja disini ya mbak Levi, harus pandai-pandai nawar. Yang istimewa, udah dapat harga murah, suvenir dari luar negri lagi, belum tentu dijual di tempat kita hehe
BalasHapusHahaha buaya kok dikadalin, sekali-kali buaya dikancilin dong :)
Iya Mbak, yang seru nawarnya. Biasa emak-emak, ngga jauh-jauh dari nawar. Yang saya salut sih barang-barangnya tertulisnya made in Vietnam. Entahlah apa itu memang asli Vietnam atau barang dari luar cuma di re-brand.
HapusAsyik banget ya mba. Tipsnya juga ok banget neh. TFS mba
BalasHapusKalau urusan nawar selalu asyik Mbak. Tapi ya lihat-lihat sih, kalau memang harganya memang worth segitu sih ya saya biasanya ngga nawar lagi, apalagi kalau yang jualan barang dagangannya ga laku-laku. Fiuuh, kalau itu saya suka kasian, bukan nawar, kadang saya lebihin. Tapi kalau nawarin di awal udah tinggi banget, biasanya sih saya tawar abis. Hehe.
Hapuswkwkw sampai bilang mafia, tapi emang harus ditawar sampai 50 /705 nya sih di sana, duh jadi kangen hcmc :(
BalasHapusBudy | Travelling Addict
Blogger abal-abal
www.travellingaddict.com
Samaaaa. Baru nyampe sehari di Indonesia, udah kangen HCMC. Makanan-nya itu lho yang bikin aku suka banget. Duuuh, kebayang-bayang masakan di D'Nyonya.
Hapusbelum pernah ke Vietnam, pengen banget deh.. liat foto2 di sini tambah mupeng :D
BalasHapusSaya pertama kali juga sih Mbak. Kalau saya sih suka melihat dan mengamati interaksi orang di pasar malam. Ngga tau kenapa yak? Hahaha. Seneng aja lihatnya. Orang tawar menawar, penjual makanan tradisional keliling pasar, para pejalan kaki, dll. Suasananya itu gimanaaa gitu.
HapusAku malah kurang suka belanja di sana euy. Mungkin karena udah keburu ilfeel duluan ama Ho Chi Minh jadi mau belanja di sana gak gitu nafsu. T.T
BalasHapusWaah, kenapa ill feel? Cerita dooong. Mungkin karena saya baru di sana jadi kalau saya sih seneng liat suasana kehidupannya. Pagi, siang, malam. Tempatnya juga enak buat jalan kaki di malam hari.
Hapusbun, ini proses tawar menawar di pasar vietnam gak jauh beda ya dgn di indonesia jg.
BalasHapuspura" ngeloyor stelah nawar 100.000 dong akhirnya bs dpt jg ya bun meski sempet ditarif 150rb dong yak :D
ih jd pengeeenn ke vietnam jg.
kmren jd mampir ke Macau bun??
Jagoan ih nawarnya :)
BalasHapusSelalu penasaran deh sama Vietnam, terutama sama makanan - makanannya, kapan ya bisa kesana hihi
BalasHapuswow...banyak borong nih mba...bagi donk magnet kulkas hehehe.....moga suatu saat bisa sampe ke vietnam jg
BalasHapusWow sudah tua juga ya pasarnya.
BalasHapusDicatet tipsnya, biar gak dibohongin waktu belanja di sana.
Semoga suatu hari bisa jalan-jalan ke Vietnam.