Seminggu
menjelang Lebaran biasanya merupakan hari yang ditunggu-tunggu. Tak terkecuali
dengan saya, walaupun sedikit jaim (jaga image), pura-pura ngga butuh.
“Eh,
udah kelihatan belum hilalnya?”
“Hilal
apaan? Lebaran masih lama.”
“Iiih,
kudet amat sih. Kodeeee . . .”
“Kode
apaan?”
“Ampuun
deh, itu hilal Teh-Ha-Er udah tampak belum?”
Hihihi,
jangan diladeni, hanya obrolan orang-orang galau ketika si THR belum tampak
tanda-tanda turun.
Tahu
ngga bahwa sebenarnya THR itu sudah dikenal sejak zaman pemerintahan Presiden
Soekarno, tahun 1951. Hanya saja waktu itu THR diperuntukan khusus untuk para
pamong praja. Namun sekarang, THR alias Tunjangan Hari Raya dibagikan kepada
seluruh karyawan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Ada
yang bilang bahwa sebetulnya THR ini adalah gaji ke-13, dan setiap orang mempunyai
cara yang beragam untuk memanfaatkan dana tambahan ini. Nah, bagaimana cara
saya menghabiskan uang THR?
1.
THR
Emaknya Azka & Aisya
Setelah
dihitung-hitung ternyata pendistribusian terbesar THR yang saya terima adalah
untuk keperluan THR yang mengasuh Azka & Aisya. Selain THR, tentu saja saya
harus memberinya ongkos untuk pulang mudik beserta anaknya. Belum lagi baju
juga kue-kue dan parsel Lebaran.
Biasanya saya juga
siapkan bingkisan kecil untuk para ronda yang bertugas keliling menjaga keamanan
lingkungan perumahan di RT, plus bapak pengambil sampah. Tidak banyak sih, tapi
semoga bisa diterima sebagai tanda terima kasih saya.
2.
Keperluan
Lebaran
Saya juga ngga
suka beli kue-kue Lebaran seperti nastar, sagu keju, dan teman-temannya. Nunggu
kiriman dari si Mamih saja. Hahaha. Lebih hemat, karena Mamih biasanya bikin
sendiri sekaligus banyak, karena untuk dibawa balik sama anak cucunya. Irit
kan? Pelit sama irit bedanya tipis yak. Gubraak!!
Cakep kan Lidah Kucing Rainbow karya si Mamih? Enyaaak lagi . . . |
Saya ngga masak special untuk hari raya, gara-gara pernah sakit hati. Coba saja bayangkan, udah capek masak opor, gulai, plus ketupat, eladalah . . . anak-anak minta dibikinkan Indomie rebus di saat Lebaran!!! Sakit hati ngga siiih, melihat hasil kerja seharian dianggurin di atas meja? Wkwkwk. Nasiiib deh yang ngga pinter masak.
Untuk keperluan Lebaran, saya hanya menyisihkan untuk keperluan baju anak-anak. Hmmm, namanya anak-anak, pasti lihat temannya punya baju Lebaran, pasti mupeng juga yak. Saya sendiri
jarang menyengajakan membeli baju baru untuk Lebaran. Pro dan kontra sih. Bagaimana
yak, soalnya kan baju yang dipakai untuk Lebaran itu dipakainya pun jarang-jarang,
beda dengan baju sehari-hari. Tahu kan baju yang model-model kaftan, atau gamis
yang glamour? Itu pasti kepakainya cuma sekali saat Lebaran, dan Lebaran
berikutnya pasti masih bagus. Dengan catatan, ngga jorok nyimpennya yaa . . .
Buat saya, beli
baju atau barang tergantung keperluan. Kalau memang perlu ya mau tidak mau
harus beli. Terlebih lagi saya tertohok setelah membaca kisah khalifah Ali bin
Abi Thalib, beberapa waktu lalu. Dikisahkan teman-teman beliau prihatin dan
bertanya pada beliau mengapa di hari raya, beliau hanya menggunakan pakaian
sederhana dan makanan yang sederhana.
Kostum saya saat Lebaran. This is the best dress I have. |
Jawaban Khalifah
Ali betul-betul membuat saya berpikir ulang dan bercermin ke dalam diri sendiri:
“Ya benar, sekarang adalah hari raya. Dan setiap hari dimana ketaatanku bertambah,
bagiku adalah hari raya,” seraya mengucapkan, “Hari Raya bukanlah bagi orang
yang memakai pakaian baru, akan tetapi hari raya bagi yang bertambah ketaatannya.
Hari Raya bukanlah bagi orang yang memperindah dirinya dengan pakaian dan
kendaraan, akan tetapi hari raya bagi orang yang dosa-dosanya mendapatkan
ampunan. Hari Raya bukanlah bagi orang menyantap makanan lezat, tetap hari raya
bagi orang yang diterima taubatnya.
Kayaknya saya
masih dalam ketegori yang perlu dicerahkan, hiks. Ramadhan kemarin sepertinya
banyak telah saya lewatkan dalam hal yang sia-sia.
3.
Mudik
Saat Lebaran saya
selalu menyempatkan diri untuk mudik. Entah itu Lebaran Idul Fitri atau Idul
Adha. Yang pasti dalam setahun harus ada satu kali mudik saat Lebaran.
Mudik adalah
waktunya bersilaturahmi dengan keluarga. Memang sih banyak kendala, seperti
kemacetan, biaya yang lebih tinggi, dan lainnya. Tapi, Lebaran adalah momen
dimana setiap orang dipaksa untuk bisa berkumpul. Kalau bukan saat Lebaran, jarang
banget ada event yang bisa membuat semua anggota keluarga untuk berkumpul.
Spaghetti homemade, lebih murah, lebih terjamin dan katanya lebih enak, wkwkwk |
THR harus
disisihkan untuk transportasi mudik, makanan, penginapan (jika kepepet), biaya
tak terduga seperti sakit ataupun seperti kejadian macet kemarin yang diluar
dugaan, biaya bbm pun membengkak.
Untuk menghemat biaya
mudik, salah satunya adalah mempersiapkan makanan dan minuman dari rumah,
sehingga ngga perlu jajan di luar yang biasanya lebih mahal. Jika ingin traveling, pergilah ke tempat-tempat asyik yang gratis, seperti taman-taman kota. Hehe.
Pilihlah tempat-tempat wisata yang keren dan gretong. Nih, cakep kan Islamic Centernya? |
4.
Orang
Tua
Saat Lebaran, saya
juga ingin memberikan sesuatu pada orang tua. Biasanya saya sisihkan juga
sebagian dari THR untuk mereka. Walaupun kadang orang tua suka menolak, karena
mungkin tahu bahwa keperluan sekolah anak-anak di depan mata. Tapi saya suka
meyakinkan mereka, bahwa uang sekolah anak-anak sudah disisihkan. Senang
rasanya bisa memberikan sesuatu pada mereka, walaupun sedikit.
5.
Angpau
Angpau, atau
bagi-bagi uang. Sebetulnya tradisi ini bukan hanya ada saat Lebaran. Di Jepang,
saat tahun baru ada otoshidama, dimana anak-anak mendapatkan uang dalam amplop
cantik yang disebut pochibukuro. Bangsa China pun sama, setiap tahun baru China
suka ada pembagian angpau.
Dulu saat saya
kecil, setiap selesai sholat Ied, selalu duduk manis untuk mendapatkan uang dari
orang tua sebagai hadiah sudah tamat puasa sebulan penuh. Biasanya yang
setengah hari dihitung setengah pula. Setelah itu keliling ke tetangga dan
kerabat, kami pun mendapat angpau. Biasanya isi uang tergantung dari usia. Jika
anak SMP tentunya akan memperoleh lebih besar dibanding anak SD. Hahaha.
Dulu masih suka bikin amplop angpau sendiri seperti di atas. Ini namanya pochikuburo. |
Sekarang, saya pun
melakukan hal yang hampir mirip. Hmmm, untungnya keponakan-keponakan saya yang
kecil-kecil tidak banyak, jadi lebih hemat dalam hal ngasih angpau. Azka dan
Aisya yang malah ketiban durian runtuh, banyak yang ngasih angpau. Xixixi.
Curang yak.
6.
Tabungan
Nah, beberapa
tahun ini, Lebaran berdekatan dengan tahun ajaran baru. Jadi THR harus dihemat
betul-betul, kalau tidak nanti tidak bisa membayar uang sekolah. Kasihan
anak-anak kan.
Itu
saja sih mengelola THR ala saya. Alhamdulillah sih, sekarang ini lebih ter-manage. Tidak seperti dulu-dulu, habis
Lebaran gigit jari, sedih membaca buku tabungan. Wkwkwk.
Semoga
tahun-tahun mendatang saya bisa lebih bijak memanfaatkan THR. Nah, itu cerita
tentang THR saya, bagaimana THR kamu? Sharing yaaa . . .
Note:
mohon maaf ya yang belum saya balas komennya atau belum blog walking. Insya
Allah, setelah agak longgar, saya membalas dan berkunjung balik. Mohon maaf
sekali lagi, jika akhir-akhir ini sedikit kacau manajemen waktu saya.
Yah apalagi saya mba ya g tinggal di Indonesia timur, bayangin aja tiketnya berapa harganya. Ngerantau di negri orang cuma buat nabung mudik aja jadinya T_T
BalasHapusbetul ongkosnya aja lumayan yak. kalau cuma seorang mungkin masih bisa dipaksakan yak... tapi kalau udah berbuntut bisa tambah lelah hayati liat ongkosnya aja. kalau itu sih mendingan pulangnya agak lama mbak, kalo mudiknya bentar mah rugi di ongkos yak.. xixixi
HapusTHR saya buat kebanyakan buat beli baju anak2 sama buat angpau. Kebetulan sy tdk mudik, tp rumah kami adalah rumah induk yg jadi tujuan pulang. Jd tidak ada alokasi utk mudik.
BalasHapusAda budget kumpul2 juga ngga mbak sebagai rumah yang jadi tujuan mudik? hihihi... kabuuur ah.
HapusTHR habis dipake buat daftar ulang sekolah :D...tetap nikmaat.
BalasHapusiyaaa... terpaksa dikekepin dulu buat bayaran sekolah, daftar ulang anak-anak.
HapusNaksir lidah kucingnya euy ... *komen gagal fokus
BalasHapusHaha.. rainbow juga ya.. ngga mau kalah ama cake ya.
HapusAku juga termasuk yang nggak belanja kue Lebaran dan nunggu hibahan dari ibu. Hehehehe...
BalasHapuswww.talkativetya.com
sama dong ya kita Mbak.... nunggu lemparan. Xixi. Selain nunggu lemparan, sebenernya sih krn kue buatan ibu lebih maknyos yak.
HapusHahaha betul mbak... kalau aku emang ngaku ilmu baking-nya masih cetek deh.
HapusSemakin dewasa, semakin sedikit orang yang ngasih angpau, karena masih sekolah, dan biasanya habis untuk dibelikan peralatan sekolah dan tergiur untuk menghambur-hamburkannya di brang-barang yang dulu ingin sekali dibeli. Mumpung ada uang, istilahnya. Salam kenal :D
BalasHapusTHR emang banyak tempat ngalirnyaaa yaaa, cepet abis
BalasHapus