Nah, masih ingat cerita
sebelumnya, tentang kami sekeluarga mencari rumah hobbit dan gembok cinta di
Farm House Lembang? Ini, kisah bagian kedua mengenai perjalanan kami. Bagi yang
belum membaca bagian pertama, baca di sini yak: Mencari Rumah The Hobbit & Gembok Cinta di Farm House Lembang,Bandung (Part-1)
Setelah puas menikmati
gembok warna-warni yang bergerumul di pagar-pagar kawat dan area sekitarnya, kami pun melanjutkan
menjelajahi Farmhouse Lembang. Terlihat beberapa bangunan yang bergaya western
atau Eropa tempo dulu. Berjalan di sini serasa berjalan di Eropa. Tapi pengunjung
yang kebanyakan berwajah Asia, mengembalikan saya ke alam sadar, bahwa sekarang
sedang di Farmhouse Lembang.
Bangunannya imut dan lucu.
Banyak spot menarik untuk dijadikan tempat selfie. Tapi saking banyaknya
pengunjung hari itu, membuat saya pun ill feel, karena untuk sekedar berfoto,
kita harus mengantre. Belum ditambah sebel gara-gara diserobot antrean. Hmmm, itu
menandakan bahwa saya masih di Indonesia.
Berjalan Bak Noni Belanda di Farm House Lembang
Di samping toko jus buah,
terdapat tangga yang tinggi. Di ujung bawah tangga terdapat patung Noni Belanda
dengan pakaian khasnya, mirip cewek yang di kaleng Danish Butter Cookies.
Rupanya itu patung bukan tanpa maksud ditaruh di situ, tetapi menunjukkan toko
di atas adalah tempat penyewaan baju Noni Belanda atau baju bergaya Eropa sih sebenernya.
Macam-macam
komentar yang berseliweran yang tertangkap telinga, saat segerombolan
perempuan-perempuan menuruni tangga dengan baju khas Eropa tempo dulu, dengan
bagian rok yang lebar mirip payung karena disangga dengan kawat lingkaran.
Dengan topi lengkap dan payung berenda di tangan, lengkap sudah, penampilan
mereka mirip gadis-gadis yang pernah saya lihat di drama Amerika Latin “Little
Missy”.
Ini sepertinya toko buah-buahan. Di depannya dipajang bunga dan buah-buah artificial. Lucu untuk tempat selfie, sayang selalu antriannya panjang |
Tangga di samping menuju ke tempat penyewaan kostum Eropa. Sayang di atas sudah antre. Harganya Rp 75.000/2 jam (naik kali yak). |
“Lu
berani ngga pakai baju kayak gitu keliling Farm House?” Terdengar suara pria
yang berkomentar di belakang saya. “Berani lah. Kalau Elo?” Kawan-kawannya
balik bertanya. “Hayuk lah pakai baju model gitu,” sahut si pria mengajak
teman-teman perempuannya, “Elo aja tapi, gue kagak.” Dia pun tertawa
terbahak-bahak.
Berpakaian ala Eropa. Kostum ini bisa dipakai selama mengelilingi Farm House selama 2 jam. Cocok sih, dengan dekorasi Eropa di sekitarnya. |
Azka
dan Aisya langsung mupeng melihat
anak-anak kecil yang berpakaian ala noni Belanda tersebut. “Buuu, pengeeen,”
rayunya dengan suara memelas. Hmmm, bukannya menghambat kreativitas atau
keinginan mereka, tapi selain antre, waktu sudah menunjukkan pukul 10.00, yang
berarti paling lama tinggal 1 jam lagi kita berada di sana. Sedangkan harga sewa
baju itu adalah Rp. 75.000/2 jam. Langsung deh otak ekonomi (baca: pelit),
mulai mengkalkulasi untung ruginya. “Nanti aja yak, lain kali kita ke sini
lagi. Rugi tau, cuma sebentar pakai bajunya,” rayu saya pada mereka. Dan
untungnya mereka langsung satu ide dengan saya. Hahaha.
“Ayo
cepetan! Kita ke rumah Hobbit dulu!
Antre tau!” Tiba-tiba terdengar suara perempuan gemerusuh di belakang saya, yang langsung mengirimkan alarm ke
kepala: oh, iya, kita kan ke sini salah
satunya ingin melihat rumah hobbit. Dari tadi berjalan, tapi tidak bisa
menemukan rumah hobbit yang menjadi maskot dari Farm House Lembang ini. Suara
tersebut menghilang dengan cepatnya, begitu pula dengan penampakan badannya. Aiih, kemana mereka pergi? Saya pun
celingukan kanan kiri depan belakang.
“Nyari
apa sih?” Tanya ayahnya anak-anak, alias si Bebeb.
“Nyari
rumah Frodo Baggins. Bantuin sih cari,” sahut saya, “tanyain dong Ku, ke
penjaga.”
“Ke
mushola dulu aja yuk,” ajaknya. Dia mah memang gitu orangnya, ngga dimana pun
yang diinget sholat, ngga kayak saya, xixixi. “Tuh, ada mushola,” tunjuknya, “Dhuha
dulu.”
Mushola
terletak di samping toko souvenir yang bergaya Eropa. Ada anak tangga menuju ke
mushola dan toilet. Sebetulnya di bawahnya ada toilet juga, bentuknya dan
dekorasinya lucu. Tapiii, saat saya menuju toilet yang di bawah (belum tahu
kalau di atas juga ada toilet), tidak ada air sama sekali. Air tidak mengalir
dari keran. Kondisi toilet berantakan, dan kotor. Sayang sekali, padahal toiletnya
bagus, dan ada toilet khusus untuk anak-anak. “No water! No water!” Seorang pria berbadan tinggi besar dan
berumur, keluar dari dalam toilet. Dari penampakannya sepertinya pria tersebut
berkebangsaan Arab, India atau Pakistan. “Dirty!”
Dia memandang ke arah saya, dengan mengangkat kedua tangan dan bahunya. “No water?” Pertanyaan retorika yang
tidak mesti dijawab, karena secara kasat mata pun sudah terlihat dari genangan
kekuningan di toilet yang menandakan tidak tersiram air. “Yes,” sahutnya, masih dengan muka kesal, dan dia pun berlalu dari
hadapan saya.
“Ke
atas aja yuk, susul Ayah,” ajak saya pada anak-anak. Kami tidak jadi buang air
kecil di situ. Saat kami menaiki anak tangga, saya melihat ternyata ada toilet
lain di atas. Posisinya berseberangan dengan mushola. Kondisi toilet di sini
lebih baik. Air pun mengalir dengan cukup layak. Oalah, mungkin yang di bawah
sedang dalam perbaikan kali yak, dan tidak banyak yang tahu bahwa toilet yang
berfungsi ada di atasnya. Mungkin ada baiknya diberi petunjuk bahwa toilet
sedang dalam perbaikan dan silahkan gunakan toilet di atas.
Ini menuju toilet bawah, di atas ada toilet lagi yang beseberangan dengan mushola. |
Setelah
selesai sholat, kami pun masih penasaran untuk menemukan rumah hobbit Frodo
Baggins. Berkeliling-keliling tidak juga menemukannya. Sampai akhirnya kami
menyerah dan hampir di ujung jalan masuk pertama. Jalur di sebelah kiri kami
adalah awal masuk tadi, sedangkan jalur di kanan kami terlihat deretan
toko-toko. Di toko yang terdekat dengan kami berdiri terdapat papan yang
bertuliskan tempat penukaran kupon. Ah, ternyata kupon bisa ditukar di sini
juga. “Tukerin kuponnya dulu, Ka, dengan susu atau sosis,” ajak saya.
Yang mau beli oleh-oleh olahan susu juga ada nih, namanya dodol susu. Lucu yak kemasannya. Jadi pengen beli. |
Nah, akhirnya 2 tiket masuk ditukar dengan susu botol ini. 1 kupon dapat 3 botol susu kecil ini. Lebih awet sih jika ingin dibawa pulang. |
“Oh,
boleh, Bu.” Dia pun memberikan tiga botol kecil susu untuk setiap satu kupon
yang ditukarkan. Kami menukar dua kupon dari empat kupon yang kami punya. “Dua
kupon lagi ditukar sama sosis, ya Bu,” kata Azka.
Beli wortel dulu untuk memberi makan kelinci di kandang sebelah. Satu ikat wortel harganya Rp. 5.000 |
Wortel-wortel yang telah diikat pada kotak jualan. 1 ikat terdiri dari 3 wortel. |
Sebenernya
bukan zoo sih, hanya ada kura-kura,
kelinci, landak, dan kambing. “Ibuuu, beli wortelnya di sana!” Aisya menunjuk
ke arah warung yang berjualan makanan untuk binatang-binatang tersebut.
Terlihat ikatan wortel bergelantungan di warung itu.
“Berapa
Mbak, 1 ikatnya?” Tanya saya.
“Rp.
5.000/ikat,” jawabnya.
“Beli
2 ikat, Mbak,” saya mengangsurkan uang Rp. 10.000 ke Mbak penjual wortel.
Azka
& Aisya masing-masing membawa 1 ikat wortel, dan langsung lari menuju
kandang kelinci. Berhubung sudah banyak yang memberi makan, sepertinya kelinci-kelinci
tersebut sudah kekenyangan.
Hmmm, kelinci yang mana ya yang mau dikasih makan wortel? |
"Kelinciiii, keluar dong. Aku punya wortel nih. Iiih, kok pada ngga mau keluar sih? Males banget sih ini kelinci!" |
"Ayo dimakan wortelnya, kelinci. Enak kok." |
Rumah kelinci, mirip rumah tradisional di mana yak? Kayak di Papua kalau kata Aisya. |
“Ibuuu,
kelincinya ngga ada yang mau makan wortelnya!!!” Teriak Aisya frustasi. Haha,
kelincinya cuma sedikit, anak-anak yang memberi wortel berjibun. Azka sendiri,
dengan sedikit takut-takut, akhirnya berhasil menemukan kelinci yang mau
memakan wortelnya. Aisya pun murung, karena tidak mendapatkan kelinci yang bisa
diberinya makan.
“Lama,
ngasih makan kelinci mah, ganti aja kasih makan kambing,” usul ayahnya.
“Emang
kambing makan wortel, Yah?” tanya Aisya.
“Ya,
dicoba dulu aja,” jawab ayahnya sambil menggandeng lengan Aisya dan Azka menuju
kandang kambing. Waaah, ternyata benar! Kambingnya di sini pada brutal. Wortel
satu langsung dilalapnya habis. Kambing yang lain pun menyerbu. Azka ketakutan,
sekaligus penasaran memberikan makan kambing. Dia melempar wortel dari kejauhan
dan terus lari menghindar.
Yeee, akhirnya wortelnya diberikan pada kambing. Kambing lebih doyan wortel ketimbang kelinci. Xixixi |
"Iiiih, Ayaaaah. Kambingnya jangan didekatin!!" Azka berlarian menghindari kambing yang mendekat. |
Di
area feeding animal ini memang
menjadi idola anak-anak. Nuansa di sini pun mirip-mirip daerah pedesaan. Ada rumah
Indian, dan rumah-rumah dengan hiasan tempo dulu. “Eh, itu kan rumah the
hobbit!” Seru saya, melihat rumah yang dicari-cari sejak tadi. Rupanya rumah
ini terletak di dekat kandang kura-kura.
“Foto
dulu yuk!” Seru saya. Dan, inilah rumah Frodo Baggins, the hobbit. Ah, finally,
saya menemukannya. Memang untuk berfoto di sini perlu perjuangan, selain antrean panjang, juga kadang terhalang oleh orang yang lalu lalang. Haha. Rupanya rumah Frodo seperti ini yak. Sayangnya, rumahnya tidak bisa dimasuki, coba yak masuk, mungkin bisa jadi daya tarik tersendiri. Tapi ya itu, berarti yang masuk harus diatur, supaya ngga terjadi penumpukan.
Jadi, tidak hanya ada di New Zealand buat lihat rumah the hobbit, cukup ke Lembang saja berarti (edisi menghibur diri, karena belum kesampean ke negeri kangguru, haha). Mirip-mirip lah, setidaknya pintunya yang bulat memang merupakan ciri khas dari rumah Frodo Baggins dan kawan - kawan. Eh, ngomong-ngomong hobbit, tau ngga sih konon kabarnya sebetulnya manusia hobbit ini asalnya dari Flores.
Waktu pun hampir menunjukkan jam 11.00, waktunya untuk segera pergi dari farm house Lembang, Bandung untuk menuju ke Trizara Resort untuk pembagian kunci kamar. Arrrgh, udah ngga sabar nih, pengen explore Trizara lebih lanjut. Ini dia rumah Frodo Baggins, the hobbit. Mirip lah yak..., aku suka dengan bunga kuningnya. |
Di depan rumah Frodo Baggins, the Hobbit. Antre loh buat foto di sini. |
"Ikutan foto juga aaah, siapa tahu bisa lihat rumah the hobbit yang di New Zealand." |
Sebelum keluar, kami menukarkan tiket yang tersisa dengan 2 gelas susu. Anak-anak sih sebetulnya pengen menukarnya dengan sosis bakar. Berhubung antre, juga takut mereka tergoda dengan harumnya sosis bakar, jadi ayahnya menyarankan untuk menukarnya dengan susu.
Nah, bagi yang ingin mendatangi rumah hobbit, atau ingin ikutan berjalan ala noni
Belanda, atau tertarik berfoto di antara love padlock, datang saja ke Farm House
Lembang, Bandung. Ngambek, pengen nuker tiket dengan sosis bakar. Kan puasa, neng. |
Tempat penukaran susunya lucu yak, mirip botol susu. |
Nah, 2 tiket terakhir ditukar dengan 2 gelas susu ini. Fotonya ala-ala, sebenernya sih ngga diminum. |
Alamat:
Jalan Raya Lembang No. 108, Lembang, Bandung Barat,
Jawa Barat
(Terletak
di jalur utama Jalan Bandung – Lembang, cukup mudah menemukan lokasinya)
Telepon :
(022) 8278 – 2400
Jam Operasional :
09.00 AM – 09.00 PM
Tiket Masuk :
Rp 20.000/orang (ditukar susu segar atau sosis)
Tiket Parkir :
Rp 5.000 (motor), Rp. 10.000 (mobil)
Sewa Kostum : Katanya sih Rp. 50.000/2 jam, tapi pas liat di bannernya Rp 75.000/2 jam.
Sewa Kostum : Katanya sih Rp. 50.000/2 jam, tapi pas liat di bannernya Rp 75.000/2 jam.
Yaampun keren banget yaah :'D
BalasHapusKalau yang suka selfie atau foto-foto sih keren...hehehe.
HapusSuasana baru. Banyak spot asyik juga sih untuk sekedar duduk-duduk sambil menikmati pemandangan Bandung dan sejuknya udara Lembang.
Kapan ya bisa kesitu huhuhu... ntar orang2 udh pada rame posting di medsos gue baru dateng, telaaaaat
BalasHapusHahaha...ini saya juga ngga nyengajain ke sini. Udah ngeper duluan liat antriannya. Kebetulan ada acara di daerah Lembang yang bertepatan waktunya. Jadi deh mampir...
HapusJijay!! Itu lah kelemahan Indonesia mba, padahal taman wisata nya termasuk baru ya. Tapi toilet sudah kotor amburadul menjijaykan!! Hhiiyyy.. Jadi males soalnya aku orang nya suka buang air kecil hehehe.. Btw mungkin jangan kesini kalau weekend or hari libur kali ya biar gak crowded
BalasHapusItu dia Mbak, memang ada sih toilet di atasnya lagi yang layak. Hanya saja mungkin orang ada ngga tahu, jadi tetap maksain yang di bawah, jadinya ya kayak gitu. Padahal toiletnya bagus sih. Malah ada yang didesign khusus untuk anak-anak. Mungkin enaknya dikasih papan petunjuk yang lebih jelas yak, atau informasi, bahwa toilet tidak bisa digunakan, silahkan gunakan yang di atas.
HapusIya, sepertinya sih lebih enak saat bukan weekend. Crowded banget Mbak..
Hahahaha... saya ketawa mbak baca "...karena untuk sekedar berfoto, kita harus mengantre. Belum ditambah sebel gara-gara diserobot antrean..." Haha.. bisa juga ya mau selfie aja pake ngantre.
BalasHapusIya, antreee..kayak mau beli tiket nonton film ajah...
HapusBtw, bagaimana acara ke Acehnya?
Tinggal di Bandung tapi saya belum pernah ke fram house soalnya kata temen antrianya selalu mengular saat mau masuk ;(
BalasHapussalam kenal dr blogger ala2
Hiiii..., wah kalau Budi blogger ala2, trus saya bogger apa dong??
HapusAh, saya selalu ingat sama Budi, inget kaosnya yang bertuliskan: Ini Budi. Iya kan?
Iya nih, farm house antre banget. Jadi kebayang juga tempat-tempat wisata lain di Bandung sseperti Kampung Bambu, dsb yak...
seru banget dong jika lebaran ini menyempatkan maen ke Lembang, manaan dari Cilembu mah cuman butuh waktu 2 jam doang, maen ke rumah hobit ah..beli domba buat di piara di Cilembu...mahal nggak, coba?
BalasHapusWkwkwk...saya ngga tahu domba di farm house dijual apa ngga.
HapusBtw di Cilembu bukannya yang terkenal itu Ubi Cilembu yaaak?
Salam kenal ya Mang Lembu..
kayaknya seru banget nih, hingga terus terusan sampe part 2, pengen kesana tapi kejauhan euy..
BalasHapusHihi..iya karena kepanjangan. Banyak ceritanya sihh..jadi terpaksa dibagi dua. Yang satu tentang gembok cinta, satu lagi tentang rumah the hobbit sebagai fokus utama.
Hapusseneng banget bisa jalan jalan dengan keluarga dan mengenalkan anak pada alam, tanaman dan tumbuhan. pasti seru dan menyimpan banyak kenangan disini ya mas
BalasHapusBersama anak-anak dan keluarga lebih hidup jalan-jalannya. Sama pasangan juga asyik tuh...sambil pasang gembok cinta..biar cintanya tergembok. Hahaha..
HapusEh, ada part 2-nya :D hihihi
BalasHapusketahuan serunya sih pasti :D apalagi tempatnya selfiable banget ya mbak :))
Tempatnya iya selfiable banget. Tapi kalau kesana weekend penuh banget.
HapusTernyata dalamnya bagus ya mbak, kmren pas ke Lembang cuma lewat doang, next time mampir ah pengen foto ala Noni Belanda.
BalasHapusjadi mupeng nih, kadang takut ke sana itu takut macet
BalasHapushuhuhuh saya belum pernah kemari.. T______T ini baru buka yah kak? lagi happening yah tempat ini T____T Woaaahhh
BalasHapusRumah hobbit itu ga bisa diinepin ya teenyata
BalasHapusaku kesana kok ga notice ada feeding zonenyaaa huhu. Tapi rumah hobbitnya gabisa dimasukin ya mba? kukira bisaa haha
BalasHapusXOXO, Cilla
http://mkartikandini.blogspot.com/
Wiiih kereeen. Makin pingin ke Lembang deh. Banyak tempat yang kulist buat dikunjungi
BalasHapus