Rasanya
di zaman serba digital ini, trend belanja online semakin meningkat. Banyak
alasan kenapa belanja online semakin mendapat tempat di hati masyarakat
digital.
“Belanja
online itu enaknya kita ngga mesti keluar rumah, Mbak,” kata Reni (bukan nama
sebenarnya), yang saat ini senang berbelanja di salah satu e-commerce yang
mempunyai brand belanja melalui handphone.
“Kita
juga ngga boros, Mbak,” timpal Sari (bukan nama sebenarnya juga), “kalau pergi
ke mall kan, selain beli keperluan yang memang diperlukan, minimal kita mampir
beli makan siang lah, atau makan malam. Belum lagi kalau anak-anak ingin mampir
tempat permainan.”
“Semua
yang kita inginkan ada, hanya dengan satu sentuhan,” sambung Rara (bukan nama
sebenarnya). “Banyak diskon lagi.”
Terlepas
dari berbagai kemudahan belanja online, terkadang terselip kekhawatiran, aman
tidak sih belanja online itu? Bagaimana kalau kita tertipu?
Saya
pernah baca, sebuah e-commerce pun bisa
kecolongan sistem security-nya, sehingga kartu kredit pengguna bisa dibobol
orang untuk berbelanja di e-commerce tersebut. Tapi terus terang, selama saya
berbelanja online, hingga detik ini belum pernah sih kalau sampai kena tipu.
Ya, ada beberapa kali kecewa, tetapi masih dalam tahap wajar, karena e-commerce
yang bersangkutan merespon dengan cepat keluhan saya.
Pengalaman paling
menyakitkan sih pas kartu kredit saya ketinggalan dan digunakan orang untuk
transaksi gestun alias gesek tunai di sebuah pet shop di kawasan Cilegon. Tapi
itu pun akhirnya beres, karena saya sempat melapor kehilangan dan minta
pemblokiran, hanya saja ternyata tidak diblokir. Dengan demikian kesalahan bukan di pihak
saya. Lagipula, transaksi gestun adalah transaksi ilegal. Untungnya, bank
sekarang punya fasilitas canggih (menurut saya sih), jadi ketika ada transaksi,
langsung ada pemberitaan melalui sms. Alhamdulillah, pihak bank pun koperatif.
Kembali
lagi ke belanja online, beberapa kali belanja online, saya ngga berani
pembayaran melalui kartu kredit, kecuali saya yakin benar bahwa itu aman.
Misalnya, sebelum pembayaran dilakukan, ada notifikasi kode pengaman terlebih
dahulu melalui sms yang harus kita masukan di websitenya. Kecil kemungkinan kalau sampai bisa dibobol orang, karena bank mengirim sms ke nomor yang memang kita
daftarkan di bank tersebut. Ya kecuali hilang bersama handphonenya.
Trik
berbelanja online lainnya adalah, saya lebih memilih untuk transfer ke rekening
bersama, jika barang yang kita beli dijual perorangan. Saya baru berani
melakukan pembayaran langsung ke rekening personal setelah kita tahu bahwa
penjual tersebut memang trusted. Saya beberapa kali ada beli boneka barbie muse
untuk anak-anak, dan selama ini tidak pernah bermasalah, walaupun beberapa orang pernah kena tipu juga. Untuk boneka-boneka ini biasanya ada komunitas tersendiri yang bisa dipercaya, dan sesama mereka biasanya memberikan info jika ada penjual yang untrusted. Jadi sebelum memutuskan membeli, lebih baik tanya sama adminnya dulu, mesti ngga jamin ngga kecolongan, karena biasanya account penipu ini suka menyusup dengan menggunakan nama lain.
contoh barang yang dibeli online (lebih murah). Beberapa second hand tapi masih bagus. |
Untuk
barang-barang sih selama ini saya cukup puas, berbeda dengan berbelanja
makanan, terutama makanan frozen yang memang harus 1 hari sampai. Nah, kalau
ini, saya ngga pernah mau sekali-kali lagi membeli makanan frozen. Lho kok?
Kenapa? Ngga enak rasanya? No, no, sama sekali bukan. Lebih ke arah saya
beberapa kali kecewa karena ekspedisi pengiriman yang janji tiba dalam waktu 1
hari, ternyata ngga sesuai janjinya. Walhasil, makanan frozen saya pun sudah
meleleh dan basi. Hiks! Kapok ceritanya.
Eh,
ada satu lagi yang masih saya ragu untuk membelinya, kecuali saya tahu asli
bahwa barang tersebut mempunyai merk yang berkualitas. Apa itu? Pakaian dan
Tas. Karena pernah beberapa kali kecewa, sampai saat ini ngga berani beli
online untuk barang-barang tersebut. Hmmm, pengalaman saya beli pakaian sih
memang bukan di e-commerce, tapi lebih ke arah seller-seller personal.
Gambarnya apa, yang datang jauh banget dari gambarnya. Protes pun ngga ada
gunanya, karena selain salah size, ngga bisa diganti. Ada juga pengalaman lucu
teman saya. Salah seorang teman kami membeli pakaian gamis lengkap dengan harga
murah, Rp 100.000 sudah lengkap dengan hijabnya. Menurut saya sih barangnya
bagus, juga menurut teman-teman yang lain, sehingga banyak teman lainnya ikutan
ingin beli, termasuk beli model lainnya. Pas datang, ternyata selain model yang
dipesan teman yang pertama kali beli, semuanya ZONK! Saking kesalnya, teman
akhirnya memodifikasi pakaiannya dengan cara dipotong-potong, sehingga bisa
dijadikan dalaman untuk gamis. Haha.
Ada
lagi yang lucu sekaligus miris. Saya membeli sesuatu barang, yang sebetulnya
harga barangnya tidak seberapa. Lama ditunggu, barang tersebut ngga
datang-datang. Setelah dicek, ternyata barang tersebut telah dikirim sejak
lama, dan telah diterima oleh seseorang yang namanya tidak saya kenal. Saya pun
“murka” lah ceritanya. Duh, kata-kata murka kayaknya ngga cocok deh, saya mah
lemah lembut dan tidak sombong, penuh kasih sayang lagi. Cuh, pfuih! Kumat deh over
confidence-nya. Saya telepon tuh pengirimnya.
Ealah,
siang-siangnya ada bapak datang yang mengaku sebagai kurir. Dia bilang, waktu
itu sebetulnya tugas dia, cuma karena dia merasa ngga enak badan akhirnya dia
menitipkan barang tersebut ke temannya.
“Saya
ngaku salah, Bu, saat itu ngga konfirmasi lagi,” jelasnya, “saya lagi bertanya
sama teman saya, sebetulnya barangnya dikirim ke mana. Saya lagi cari nih, Bu.
Soalnya kalau ngga ketemu, saya akan dipecat gara-gara kehilangan barang itu.”
Deg.
Saya
pun terdiam. Ya, Allah, padahal harga barangnya ngga seberapa. Hanya gara-gara
saya melakukan pengaduan, si bapak ini terancam tidak bekerja lagi. Singkat
cerita, si bapak akhirnya menemukan barang itu. Ternyata dititipkan di tetangga
yang beda satu blok. Saya pun lega, juga menginformasikan kepada penjual bahwa
barang yang dikirim sudah saya terima, dan semua itu murni kesalahan saya,
karena memang rumah saya ngga ada belnya, jadi kadang orang teriak-teriak
bertamu di luar pun ngga kedengaran.
Oya,
saat menerima barang ada baiknya kita foto resi dan barang yang kita terima.
Terkadang ini bisa sebagai bukti jika ada masalah dengan penerimaan barang.
Pastikan semua barang yang kita beli telah lengkap. Saya pernah mengalami, barang
yang saya terima kurang satu jenis. Saya pikir itu berbeda toko, jadi saya
terus menunggu (salahnya saya, ngga check email). Ternyata, barang tersebut
menurut pihak e-commerce telah lengkap terkirim dan diterima. Tapi saya ngga
merasa menerima barang tersebut. Pihak e-commerce pun meminta bukti foto resi
plus barang saat kita terima. Ya, amplop deh! Tobat! Kalau masih sehari dua
hari mungkin masih ada, tapi ini telah berminggu-minggu. Drama ngotot-ngototan
pun berakhir dengan baik, dan e-commerce bersedia bertanggung jawab. Duh,
sumpah deh, saya ngga bohong, barang tersebut memang tidak saya terima.
Contoh barang unik murah meriah, free ongkir lagi, bikin kalap. |
Belanja
online memang menyenangkan, tapi hati-hati tetap perlu. Salah satu teman saya
yang lain, kemarin dia kena tipu. Dia tertarik membeli boks bayi di salah satu
e-commerce. Di e-commerce itu, setiap pedagang mempunyai lapak atau toko.
Setelah deal dengan penjual, melalui SMS dan BBM, teman saya mentransfer
sebesar Rp 400.000 sebagai tanda jadi, sisanya akan dibayarkan setelah
barangnya diterima. Nah, ternyata dia kena tipu, barang yang dijanjikan tidak
datang-datang. BBM-nya pun diblokir.
Teman
saya ini pun akhirnya mencoba mencari informasi dari bank tujuan transfernya.
Singkat cerita, dia bisa mendapat nomor telepon juga salinan rekening pelaku
penipuan. Ternyata, selain dia, banyak dana masuk tiap harinya ke rekening
tersebut dan selalu diambil melalui atm. Teman saya pun berang, meminta uangnya
kembali. Tapi si ibu yang ditelepon ini pun malah bilang bahwa dirinya adalah
korban juga.
Si
ibu ini menceritakan bahwa beberapa waktu lalu dia diminta temannya, sebut saja
namanya Evie, membuat rekening atas nama ibu ini. Dia bersumpah, saat itu dia
membutuhkan uang untuk anaknya yang sedang sakit, yang menyebabkan dia menerima
tawaran temannya dengan imbalan uang Rp 200.000. Dia ngga rela kalau dibilang
penipu, karena dia merasa dirinya tidak pernah memakan uang sepeser pun dari
rekening itu. Tabungannya dan ATM dipegang oleh temannya.
Si
Ibu mengaku bahwa dirinya gaptek dan handphone yang dia pegang pun jadul. Tapi
dia punya facebook account dan juga bbm. Saya tidak tahu, si Ibu ini pembohong
yang ulung atau bagaimana. Tapi saat dia bertanya posisi teman saya ada di
mana, dan ketika dijawab Cilegon, dia seolah kaget, “belanja kok jauh amat?”
Dia sampai bersumpah, bahwa dia tidak punya account Facebook ataupun BBM.
Sampai
saat ini, ceritanya masih menggantung di sini. Tidak tahu kelanjutannya akan
seperti apa.
Hmmm,
kalau cerita si Ibu ini betul, ngeri juga yak. Teman bisa menjadi penyakit yang
bisa menghancurkan kita. Istilahnya
makan tulang kawan mungkin yak, artinya teman yang kita percaya malah
menggerogoti diri kita.
So,
dengan kejadian ini apa saya kapok belanja online?
Hmmm,
ngga juga sih. Saya masih tetap melanjutkan kesenangan saya berbelanja online,
apalagi membeli pernak-pernik untuk mendekorasi rumah. E-commerce yang sudah besar relatif lebih bisa diandalkan, karena mereka sudah mempunyai sistem, dan tentunya didukung oleh IT yang handal. Oya, hari ini saya menemukan
karpet lucu dan set bantal untuk mendekorasi ruangan. Berhubung barangnya belum
datang, belum bisa pamer yaaa. Hehe.
Selamat
berbelanja online!
memang segala sesuatu tentu ada nilaipositif dan negatif nya, tinggal bagaimana kita menyikapi hal yang negatif yang bisa jadi terjadi, yang pasti kudu tetap nyantey kaya di pantey nyikapinnya ya kak?
BalasHapusHaha...iya bener..kalau nyantei di pantey yak. Iya, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Hapusbyk juga sih juga yg kena tipu hrs lebih hati2 klo belanja...
BalasHapusYang ketipu ada aja ya Mbak. Harus pinter-pinter dan jeli melihat. Jangan terlalu percaya juga dengan harga yang super murah. e-commerce yang cukup besar sih saya yakin punya sekuriti yang canggih. Beberapa waktu lalu sempat kunjungan ke salah satu e-commerce besar, ternyata pasukan IT nya banyak juga dan kompeten. Karena ini adalah jantungnya biz onshop kali ya.
HapusMembaca cerita Mbak Levana ini jadi ingat pengalaman belanja online saya beberapa tahun lalu. Waktu multiply masih aktif. Ada yang nekat menjual tas bekas yang dalam fotonya dan deskripsinya dibilang baru. Waktu saya terima jadi Nelangsa banget Ternyata itu tas bekas dan sudah kucel. Saya marah banget. Mungkin di cas Iphone Saya tidak mau memakai tas seperti itu. Waktu dikomplen penjualnya ke ke mengatakan itu tas baru. Akhirnya saya relakan saja dan berjanji dalam hati tidak mau membeli lagi barang-barang yang dijual secara personal apalagi dari akun gratisan :)
BalasHapusWaduw, lama kok dibilang baru ya Mbak, apalagi sampai kucel gitu. Akun dan rekening personal memang harus lebih berhati-hati, kecuali memang kita kenal baik dan yakin ya Mbak. Kalau masalah tas aku pernahnya pesen yang model apa yang datang beda dengan model yang saya pilih. Eh, ternyata katanya itu pesenan orang yang satu kota juga dengan saya. Akhirnya dia minta saya kirimin ke orang itu. Duitnya di refund karena barangnya ngga ada. Lah, saya kan jadi harus nganterin ke JNE plus bayar ongkirnya yak. Haha. Kalau e-commerce yang besar sih saya jarang kecewa.
HapusSelama saya belanja online, allhamdulillah saya ga mengalami kejadian penipuan. Tapi kok dilalah Pasangan saya yang kena tipu, gara2 kepingin beli kamera murah, kok ternyata yang jual penipu.
BalasHapusmalah ybs upload foto KTPnya. Pas disamperin ternyata rumah orang lain yang juga jadi korban si Penipu. Karena si pemilik rumah sering disatronin orang2 yang transaksi ke dia.
Doble hati2nya, terutama KTP, jangan sampai kesebar ya.
Iya, KTP ternyata bisa dipakai sembarang orang. Tadinya saya suka nge-scan KTP berwarna, kayak aslinya. Eh, ternyata bisa dipakai penipuan, akhirnya sekarang ngga lagi.
HapusMungkin sama kayak kasus temanku di atas yak. Si ibu disantroni banyak orang karena rekening atas nama ibu itu sendiri. Usut punya usut si ibu ternyata pernah diminta bikin rekening sama temannya, atas nama si ibu itu dengan imbalan Rp 200.000, si ibu pun mau karena katanya terpaksa, anaknya sedang sakit butuh biaya. Yang tegaan mah temen si ibu itu yak. Sungguh terlalu.
makasih udah sharing mbak
BalasHapusSama-sama. Mudah-mudahan bisa bermanfaat.
HapusSaya setuju yang mbak bilang kita harus menyimpan bukti transfer. Soalnya saya juga pernah punya kasus, dimana ada kesalahpahaman antara saya dengan OL-shop. Nah akhirnya mereka ingin bukti transfer berupa foto, waduh darisitu saya pingsan dan berdarah, soalnya si kertas udah dibuang.
BalasHapusSaya dapat pelajaran: jangan pernah kita membuang bukti transfer sebelum barang sampai ditangan kita.
Bener, itu penting juga. Menyimpan bukti transfer. Berabe kalau ngga ada itu sebelum barang diterima. Kalau bukti transfer saya memang selalu simpan sih, eh maksudnya foto atau screenshot. Soalnya ada pengalaman teman diminta beberapa kali, padahal dia udah kirim fotonya. Menangis darah deh yak.
Hapuspernah kejadiannya sama suami saya, sih. Beli barang gak dikirim-kirim. Biasanya, kalau ada OS yang memuaskan, saya memilih akan terus belanja di sana
BalasHapusKalau udah punya OS kepercayaan memang asyik ya Mbak. Kita juga enak kalau mau komunikasi dan lainnya. Biasanya saya juga begitu. Kepercayaan memang penting dalam bisnis olshop.
HapusSaya paling sering belanja online buat beli buku :D Tapi belakangan udah beli macam2 nih di online market yang menerapkan gratis ongkir. Kalau ga direm bisa kebobolan belanjanya. Maklum tinggal di Kalimantan, ongkir jadi masalah tersendiri karena bisa jadi mahalan ongkir dri harga barang.
BalasHapusSaya pernah borong buku juga, pas lagi diskon besar-besaran. Wah, itu kalap deh. Apalagi buku inceran saya ada disitu dengan harga yang super hemat. Saya ngincer buku "The Moon That Embraces The Sun", versi bukunya. Ah, itu beneran deh kalap.
HapusOngkir memang sering jadi pertimbangan juga ya Mbak. Saya pernah beli rumah boneka, karena miskomunikasi, dikirim dalam bentuk utuh bukan knock down, jadi kenanya biaya volume. Ngejeblak deh jadinya. Harga barang dan ongkir hampir sama.
Tapi beberapa e-commerce menawarkan free ongkir untuk pembelian minimum berapa gitu Mbak.
Saya jarang belanja online, mbak Levi. Paling sering kerudung karena ngga perlu pakai ukuran. Kalo baju atau sepatu yang perlu ukuran ngga berani terlalu beresiko :)
BalasHapusSepatu belum pernah juga sih. Beli lihat fisiknya aja bisa salah (jadi inget beli sepatu diskon yang cuma sebelah), apalagi online. Ya, kerudung memang paling aman ya Mbak. Lebih enak kalau kerudung belinya barengan, jadi jatuhnya lebih murah. Hadeuuuh..teteup cari diskonan. Hehe.
HapusSerem aja cc bisa digestun orang >.<
BalasHapusberarti tanda tangannya dipalsuin ya, ngelihat ttd yang dibelakang kartu mba?
Iya Mbak. Di Gestun. Untungnya ada sms notifikasi, sehingga bisa langsung blokir. Padahal paginya sempat saya blokir, cuma si CS ya mungkin berpikir saya hanya keselip, jadi ga di blokir. Sempat saya datangi. Jadi kalau gestun biasanya harus nunjukin KTP dan foto copy nya. Nah, ini tanda tangannya beda, sepertinya disesuaikan dengan KTP-nya dia. Ya saya perkarakan saja, jelas2 nama di KTP beda sama di kartu, bisa-bisanya di gestun. Alesan mereka, biasanya katanya suka ada suami istri yang kayak gitu. Jadi kartunya dikasih suaminya, trus suaminya yang gestun.
Hapussaya sering banget belanja online Mba Levi, beberapa kali pernah kecewa dengan barang yang datang tapi lebih banyak yang memuaskan :)
BalasHapuskalo mau belanja online saya pilih yang free ongkir biar lebih hemat :)
Bener Mbak, kadang memang beberapa mengecewakan. Kalau saya sih, selama dia bentuknya barang, selain pakaian atau makanan frozen, selalu memuaskan sih. Nah, yang free ongkir lebih hemat. Apalagi kalau ada promo special dari bank. Hadeuuh, bikin lapar mata. Lumayan juga promonya.
HapusAku juga serem mb leb klo pas dimintain tolong gesekin orang
BalasHapusTakut fisslahgunakan pencetan angka nolnya hihi
Hehe, harus dipelototin, nolnya kelebiha ngga. Saya juga suka tuh menghitung beberapa kali nolnya, takut salah. Tapi itu kalau mau transfer sih. Hehe.
HapusItu kenapa pakai nama samaran mba ? :)
BalasHapusBenar mba di jaman yang serba maju dan canggih ini belanja saja sudah banyak yang online kita cuma duduk manis aja barang ada yang ngantar :) Berburu promo kayaknya asik ya waktu belanja online :)
Hihihi, iya namanya ngga disebutin asli, takut terkenal ... wkwkwk.
HapusItu dia, kalau berburu promo tinggal duduk doang sama pijit-pijit pake telunjuk enak bener yak. Hehe.
Salah kemaren juga pernah beberapa kali belanja online, alhamdulillah gak ada masalah apa-apa. Barang yg di kirim sesuai dengan yg di order. Salam Blogger, mbak :)
BalasHapusSalam kembali Mas.
HapusBetul Mas, kalau dari situs yg besar2 dan kredibel saya, Alhamdulillah sih belum pernah. Paling ya komplen dikit. Hehe. Ini kebanyakan sih yang jualan menggunakan account rekening pribadi yang sering masalah. Ada kalanya udah transfer dibilang blm, dll. Tapi beberapa yg seperti itu juga trusted sih. Tergantung penjualnya yak..
Iya.. Bener banget mbak.
Hapuskaya temen ku mbak, dibilang hard disk external yang dia pesan sudah sampai, padahal belum terima sama sekali, terus penjualnya gak bisa dihubungin, ya sudah wasalam, saya berani belanja online untuk pakaian dan tas paling, kalao elektronik enggak
BalasHapusmemang asyik belanja online itu gak pke ribet ya bun, gak byk ngeluarin uang misal kita pergi ke pasar atau ke mall kan. belanja online mudahnya tinggal klik pilih, bayar transfer, sampe kerumah :D nah sialnya kmren, temen saya kena tipu olshop bun 700rebu :( dia belanja tass, prihatin ke dia kenapa coba belanja gak ke situs e commerce besar aja spt Mataharimall misalnya. pdhal dia bru kenal pertama katanya..
BalasHapusEh busyet kartu ketinggalan dan di gestun serem amat yaaaa
BalasHapusonline emang asyik tapi banyak yg perlu di hatihati kan
BalasHapusKalau dibilang belanja online itu gak boros... er... kadang justru suka kalap juga, jadinya kelewat boros huhuhu
BalasHapus