Perjalanan ke Bali kedua kalinya sejak hampir
15 tahun yang lalu, mau tidak mau membangkitkan kenangan pertama kali menginjak
daerah ini. Perjalanan lebih kurang 2x ... Km, 15 tahun lampau, melintasi Pulau
Jawa dan kemudian menyebrangi selat Bali menuju Gilimanuk di tengah malam buta,
dengan rute Bandung - Semarang - Surabaya - Bali - Jogjakarta - Tasik -
Bandung.
Perjalanan melelahkan sekaligus menyenangkan
bersama rekan-rekan Kimia Unpad angkatan'95, dalam rangka kuliah lapangan
(kulap), ke Ny. Meener di Semarang, Universitas Airlangga di Surabaya, dan
berwisata ke Bali juga Yogjakarta.
Agenda yang padat, dengan banyak tempat yang
dituju di Bali, dengan waktu yang singkat di masing-masing tempat wisata,
sehingga tidak leluasa menikmati keindahan Bali. Terus terang membuatku enggan
mendatangi Bali kembali. Cukup tahu satu kali pikirku. Walaupun si Akang dan
anak-anak ingin ke Bali, aku bergeming. Aku pikir, Anyer sama seperti Bali,
pantai juga. Tahun 2013, si Akang dan Caca, berangkat berdua backpack terbang
ke Bali, dan pulang melalui jalur darat melintasi Surabaya - Malang - Jakarta -
Cilegon.
Voucher Menginap Gratis
Karena ada voucher menginap gratis di daerah
Kuta, Bali, akhirnya terpaksa juga kembali ke Bali. Dipikir-pikir sayang juga dapat kesempatan menginap 2 hari 3 malam tidak dimanfaatkan. Walaupun diliputi rasa enggan, karena anak-anak terus merayu, luluh juga pertahananku. Jiaah!
"Ngga ada Ibu, liburannya ngga rame,"
rayu Azka, glendotan di tangan dengan mata penuh. Saya mengerti perasaannya. Setahun sebelumnya, saat mendapat voucher menginap gratis di Jayakarta Bali, Azka berangkat ke Bali hanya berdua dengan ayahnya. Jadi wajar kalau sekarang dia berharap dapat pergi bersama sekeluarga.
"Asyik, aku ke Bali!" seru Aisya,
begitu melihat aku mengganggukan kepalaku. Azka pun melonjak kegirangan.
"Ya sekarang, Ibu booking tiketnya,"
sela si bebeb, "jangan lupa, yang hemat ya," pesannya kemudian.
"Yang hemat turunnya di Cirebon, turunnya
loncat pakai parasut," anak-anak tertawa tergelak dan ayahnya hanya nyengir mendengar jawabku yang sedikit sewot karena si bebeb cari yang yang murah meriah melulu. Sekali-kali dong yang agak mewah dikit. #ngarepdotcom.
Booking tiket di AirAsia jauh-jauh hari, cukup
membantu menghemat anggaran. Jika mendekati hari keberangkatan, harganya
lumayan berbeda jauh. Untungnya masih tersedia kursi, walaupun lebih mahal,
ketika harus menambah tiket untuk Mamah. Jadilah kami di Bali, bersama Mamah
juga kakak iparku.
Tanah Lot, Legenda Tanah Yang Berpindah Ke Laut
Ternyata, Bali sudah banyak berubah. Salah
satunya adalah Tanah Lot. Tempat wisata yang satu ini telah dikelola lebih
baik, sehingga terlihat lebih tertata. Yang kuingat dulu pertama datang kesini
adalah melewati sebuah gua karang dimana di depannya banyak yang menawarkan
masuk ke dalam gua tersebut.
Sekarang, menuju pura terdapat jalan permanen
untuk pejalan kaki. Terlihat pohon-pohon hijau dan taman menghiasi sepanjang
jalan menuju pura. Aku baru tahu, ternyata di Tanah Lot ada beberapa pura.
Selain Pura Tanah Lot, ada juga Pura Batu Bolong. Tanah Lot terletak di atas
bongkahan batu yang apabila air pasang menyapu, pura ini seolah-olah berada di
tengah lautan. Sedangkan Pura Batu Bolong terletak di atas di atas tebing
bolong, mungkin itu pula sebabnya pura ini disebut Pura Batu Bolong. Untuk
menuju ke Pura Batu Bolong, kita seolah melewati jembatan yang menghubungkan
darat dengan laut.
Pura Tanah Lot Menurut legenda
masyarakat setempat, Tanah Lot ini dibangun oleh seorang brahmana pengelana
asal Jawa, yang bernama Danghyang Nirarta atau Dwijendra. Meninggalkan tanah
kerajaan Blambangan karena istri majikannya jatuh cinta padanya. Kedatangannya
di Bali disambut oleh Raja Dalem Baturenggong dan singkat cerita berhasil
merekrut banyak pengikut yang menimbulkan kedengkian yang mendalam di hati
Bendesa Beraben. Bendesa mengusir Dwijendra, dan dengan kekuatannya Dwijendra
memindahkan bongkahan batu ke tengah pantai dan membangun pura di atasnya.
Diceritakan juga, Dwijendra mengubah selendangnya menjadi ular yang dipercaya
masyarakat setempat sebagai penjaga pura. Sampai sekarang pun konon kabarnya ular tersebut ada di Pura Tanah Lot.
Selain ke dua pura itu, ada pura-pura lain di
sekitar Tanah Lot, yang katanya sih masing-masing mempunyai fungsi tersendiri.
Ada Pura Penataran, di sebelah Utara Pura Tanah Lot, untuk memuja Tuhan. Pura
Penyawang, di sebelah Barat Daya Pura Penataran, sebagai tempat ibadah
alternatif jika air pasang menghalangi masuk ke Pura Tanah Lot. Pura Jero
Kandang, di Barat Daya Pura Penyawang, untuk memohon supaya ternak dan tanaman
selamat. Pura Enjung Galuh yang berdekatan denga Pura Jero Kandang, sebagai
pura untuk pemujaan terhadap Dewi Sri, dewi kesuburan. Pura Batu Mejan, di
sebelah Barat Pura Karang Bolong. Pura Pakedungan, di bagian Barat Pura Tanah
Lot. Konon kabarnya di Pura Pakedungan ini tempat dimana Danghyang Nirarta
bermeditasi.
Pertunjukan Seni dan Event di Tanah Lot
Di Pura Tanah Lot, kita juga dapat menyaksikan
tari Kecak, yaitu tarian tradisional Bali. Lokasi pertunjukan di sebelah Barat
Pura Batu Bolong. Nama pertunjukannya sendiri adalah Kecak Fire Dance.
Sayangnya karena waktu itu harus mengejar penerbangan ke Ngurah Rai dan
mempertimbangkan kemacetan, kami tidak jadi menonton Kecak Dance Fire, karena
pertunjukan dimulai pukul 07.00 petang. Harga tiket masuk Rp 50.000/orang. Nah, berhubung ngga bisa nonton Kecak Fire Dance, foto di depan tulisannya pun ngga apa lah ya. Hehe.
Pertunjukan Kecak Fire Dance ini berlangsung setiap
hari, jadi jangan takut tidak bisa menyaksikannya saat datang ke sini. Adapula event-event keagamaan yang dilaksanakan pada waktu tertentu di Pura Tanah Lot,
seperti upacara Odalan, yang merupakan upacara adat memperingati hari kelahiran
pura. Upacara adat ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali (Odalan kecil),
sedangkan Odalan besar lebih jarang karena lebih memerlukan biaya yang besar dan perencanaan yang matang. Enaknya sih ke sini pada saat ada upacara seperti ini yak.
Murah Banget! Shopping Till You Drop in Tanah Lot!
Seperti halnya tempat wisata, di Tanah Lot juga
terdapat pasar seni yang menjual beraneka ragam produk Bali. Mulai dari kaos
bali, mukena, gantungan kunci, magnet kulkas, lukisan, dan banyak barang-barang
lainnya yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh.
Di Pasar Seni Tanah Lot ini ternyata harganya
murah-murah. Mukena Bali saja aja yang jual Rp 90.000/mukena. Duh, siapa yang
ngga ngiler. Akhirnya ibu saya dan kakak ipar pada borong deh di sini. Saya sih
seperti biasa, ngubek-ngubek pasar seni buat nyari magnet kulkas untuk koleksi.
Entah sejak kapan saya punya hobi ngumpulin magnet kulkas jika traveling.
Baca juga: 8 Hobi Yang Digemari Traveler
Jika kelaparan sehabis muter-muter Tanah Lot dan puas selfie di depan pura-pura yang cantik, tidak perlu khawatir karena di sekitar pasar seni banyak yang penjual makanan. Waktu itu sih saya mencoba jagung bakarnya. Siapa tahu jagung bakar Bali rasanya beda dengan jagung bakar Bandung atau Bogor. Eh, bener lho! Ternyata rasanya sama...
Selesai makan, sambil jalan menuju tempat parkiran, lanjut berbelanja. Semakin sore menjelang malam, harga barang-barang dibanting murah ternyata. Sedikit menyesal beli-beli di awal. Kakak ipar saya bisa dapat mukena bali seharga RP 50.000/buah, padahal sebelumnya ditawar cuma mentok di Rp 90.000/buah. Whuaa! Rasanya pengen ngebejek-bejek, nangis goser-goser deh. Mana belinya agak banyak. Haha, lebay deh. Tapi kata mamahku, "sudah sih, itu kan rejekinya yang tadi. Lagian Rp 90.000 udah murah kok." Hmmm..., iya juga sih. Selain magnet, ada juga yang menarik hati saya,
yaitu lukisan yang dibuat dalam beberapa frame. Saya pikir harganya mahal.
Ternyata untuk dapat 3 frame lukisan hanya Rp 100.000, waaah, gimana ngga
mupeng habis. Setelah puas belanja, waktunya kita mengejar pesawat deh, dengan tentengan di kanan kiri. Daah
Bali. Till we meet again.
Tips bagi pengunjung Tanah Lot
- Jika air sedang pasang tinggi, lebih baik menjauhi pantai. Biasanya ada pengumuman dari petugas untuk menjauhi area pantai jika air pasang mulai naik.
- Jangan memasuki pura kecuali untuk beribadah bagi yang melaksanakannya (mengenakan pakaian tradisional Bali).
- Menggunakan pakaian yang sopan.
- Tiket masuk dan parkir jangan sampai hilang dan dibawa saat memasuki Tanah Lot.
- Tiket masuk untuk domestik, anak-anak Rp 7.500 dan dewasa Rp 10.000/orang. Sedangkan wisatawan mancanegara, anak-anak Rp 15.000 dan dewasa Rp 30.000/orang.
- Untuk parkir, ada biaya tersendiri juga, yaitu Rp 2.000 untuk motor, Rp 5.000 untuk mobil dan Rp 10.000 untuk bus.
- Seperti biasa, jaga kebersihan, dilarang membuang sampah sembarangan.
Akhirnya ke Bali lagi,,, wah apalagi dapat tiket gratis ya kak? Banyak juga yang dapat dinikmati di Tanah Lot tak kira tari kecak hanya ada di Uluwatu, eh di Tanah Lot juga ada tow kak? BTW, salam kenal kak Levina :-)
BalasHapusVoucher nginepnya siih. Tiket pesawat mah belum dapat gratisan..hehe. Salam kenal juga...makasih dah mampir..
HapusWah keren jalan2nya, jadi pengen ke Bali :-D
BalasHapusMakasih. Saya juga belum puas niy. msh pengen ke daerah karang asem sama daerah lovina ..
HapusBali itu selalu ngangenin. Waktu gadis pergi ke sana. setelah emnikah bersama anak2, gak bosen2
BalasHapusAda salah satu temen juga gitu mbak..ga bosen-bosennya pergi ke bali. Awalnya saya bingung. Eh ternyata memang cakep.
HapusBeberapa kali kesana, baru tau sejarahnya setelah baca postingan ini.
BalasHapusIya Mbak...saya senang setiap kali pergi ke suatu daerah mengetahui cerita daerah tsb...xixixi.
Hapusliburan yang menyenangkan ya mbak...
BalasHapusAlhamdulillah..kali ini tidak mengecewakan...
HapusSetiap pergi ke suatu tempat, hal yang membuat saya selalu terkenang selain rekreasi itu sendiri yaitu Cerita Daerahnya :).
BalasHapusBetul mbak...selalu menarik mengetahui cerita dibalik suatu daerah
HapusPenasaran seperti apa Bali skrng, terakhir kesana kelas 2 SMA hehehe
BalasHapusTerima kasih ceritanya Mbak,terutama ttg Tanah Lot, moga bisa segera ke Bali lagi neh :D
Bali lumayan berubah banyak sejak terakhir saya kesana sekitar tahun 1999-2000 an. Makanan pun sekarang banyak yg bisa dimakan, ngga kayak dulu..kayaknya susah dapat makanan yg sesuai selera lidah. Sekarang nasi padang pun enak...
HapusApalagi th 1984.susah cari makan.sekarang kita bisa beli makan sesuai lidah kita.kapan kesana lagi?ajak donk
HapusApalagi th 1984.susah cari makan.sekarang kita bisa beli makan sesuai lidah kita.kapan kesana lagi?ajak donk
Hapussudah lama pengen jalan-jalan ke bali, tapi sampai saat ini belum kesampaian, semoga suatu saat nanti bisa ke sana,amin..
BalasHapusAamiin mbak...sapa tahu rejeki ngga ada yang tahu ya mbak. Semoga terlaksana.
HapusTerakhir kali ke Tanah Lot pas 2009. haha. meskipun aku lahir di Bali. aku baru dua kali ke sana. Menarik Mba cerita legendanya, saya malah baru tau e. hehe.
BalasHapussalam kenal ya, yuk kunjung balik