"Sebelum acara selesai, nanti Mbaknya ngga bisa
pulang duluan. Menunggu kita selesai ritual, baru Mbaknya bisa pulang,"
kata seorang pria yang menggunakan rompi dengan tanda pengenal dibelakangnya.
Sepertinya pria tersebut tergabung dalam komunitas masyarakat Bali di Lampung.
Saya kaget, termangu mendengar penjelasannya. Menunggu selesai ritual Melasti
di Pantai Pasir Putih Lampung? Jam 12.00 saja acara masih belum dimulai karena
masih menunggu kedatangan masyarakat Bali dari seluruh pelosok Lampung.
Tampak rombongan pembawa tandu dan sesajian mulai
berdatangan. Sang pengatur acara terpaksa harus berteriak-teriak supaya
orang-orang memberikan jalan kepada rombongan yang datang untuk menaruh di
dekat tepi laut. Di bagian Selatan, sesajian sudah tertata rapi di meja-meja
hantaran, didominasi warna kuning keemasan. Hampir seluruh yang datang ke pantai
ini mengenakan kain atau pakaian khas Bali.
Para wanita mengenakan kain batik dan baju berwarna
warni ceria, bentuknya mirip kebaya dilengkapi kain pengikat pinggang (stagen).
Rambut mereka ada yang terikat sebagian, tergerai ada pula yang bersanggul.
Sedangkan kaum pria mengenakan kain seperti kain sarung dengan lipatan
meruncing di depan, dan kepala mereka berhiaskan udeng (ikat kepala bali) berwarna putih.
“Mbak bawa mobil kan?” Tanya Bapak yang tadi bilang
bahwa saya tidak bisa pergi sebelum acara selesai. Saya mengangguk, masih
dengan perasaan was-was, bagaimana saya akan meneruskan perjalanan jika harus
menunggu acara selesai. “Mobilnya susah keluar, jadi ya mau ngga mau, nunggu
acaranya selesai,” jelas si Bapak dengan seringai jahil. Oalah, maksudnya itu
toh! Kirain beneran saya ngga boleh pergi sebelum mereka menyelesaikan upacara
Melasti. Upacara yang diadakan menjelang Hari Raya Nyepi.
Kedatangan saya ke sini sebetulnya tidak sengaja.
Dalam perjalanan kami ke Palembang untuk mengejar wonderful eclipse, saya
melihat ada petunjuk Pasir Putih di Google Map yang sedari tadi terpasang.
Walaupun sedikit ragu dengan keindahannya, karena kanan kirinya industri, saya
memaksa mampir. Suamiku sedikit enggan, karena pengalaman ke pantai di daerah
Anyer, harganya masuknya lumayan. Akhirnya dengan berat hati, dia pun mengalah.
Baca juga: Benarkah
Tidak Ada Pantai Gratis di Anyer
Memasuki pintu masuk menuju pantai, jalanan terbagi
menjadi dua jalur, masuk dan keluar. Terlihat sedikit sepi, sehingga si ayah
pun sedikit mengomel, “sepi lho, balik lagi aja yak?”
“Ih, penasaran sih, pengen lihat,” rajuk saya,
setengah memaksa.
“Ah, paling sama kayak di Anyer, pantainya pasti
putiiiih banget (ngeledek maksudnya).”
“Ya mana tahu bagus atau ngga, kalau masuk pun ngga.
Udah sih, namanya juga traveling.”
Tak berapa lama, kami dicegat, sepertinya dimintai
biaya untuk memasuki pantai. Tidak seperti perkiraan kami, untuk masuk Pantai Pasir
Putih ini kami hanya dipungut Rp 5.000/orang. Jadi kami berempat hanya bayar Rp
20.000, termasuk si Jenderal Hitam. Dan, jauh perkiraan kami pun meleset lagi,
saat masuk ke area parkir. Susah sekali mencari lahan parkir untuk si Jenderal
Hitam, karena rupanya hari ini bertepatan dengan berlangsungnya upacara Melasti,
yang tahun ini dipusatkan di Pantai Pasir Putih Lampung.
“Mbak, sengaja datang ke sini?” Tanya si temannya si
Bapak yang tadi mengecoh saya. “Ngga sengaja Pak. Saya hanya sedang lewat dalam
perjalanan menuju Palembang,” jawab saya. Sepertinya dia juga menyadari bahwa
saya datang untuk mengikuti upacara Melasti, melihat dari busana yang saya dan
anak-anak kenakan.
“Kebetulan sekali Mbak. Baru pertama kalinya upacara
Melasti dilangsungkan di pantai ini,” jelas si Bapak, “kalau besok Mbak masih
ada di Lampung, Mbak bisa menyaksikan pawai Ogoh-Ogoh di Tugu Gajah.” Wah, andaikan
tidak mengejar waktu ke Palembang, ingin rasanya memperpanjang waktu singgah di
Lampung untuk melihat keanekaragaman budaya di Lampung ini.
Melasti adalah ritual yang dilaksanakan umat Hindu Bali, menjelang Hari Raya Nyepi. Melasti merupakan merupakan ritual untuk mensucikan diri, menghanyutkan kotoran menggunakan air kehidupan, seperti air laut dan danau. Pada upacara ini, masing-masing desa mengusung benda suci (pratima dan pralingga), sesajian, umbul-umbul, payung dan perlengkapan ritual lainnya diiringi dengan musik gamelan. Benda-benda ini diletakan di depan menghadap ke laut. Umat Hindunya sendiri duduk berjejer di belakangnya dengan menghadap ke laut.
“Sama kayak kemarin,” jawab si Bapak yang di awal
bercanda bahwa saya tidak bisa pulang sebelum selesai. Saya bengong, kemudian
tertawa terbahak-bahak setelah menyadari. Rupanya bapak yang satu ini senang
bercanda. “Aduh, Bapak! Maksud saya, jam berapa upacaranya akan dimulai.”
“Mungkin sebentar lagi. Masih menunggu dari beberapa
tempat lagi,” si Bapak yang satunya menerangkan. Setelah itu mereka asyik
mengobrol mengenai daerah-daerah mana yang mengirimkan utusannya, daerah mana
yang ngga ikut serta tahun ini, dan lainnya terkait persiapan untuk Hari Raya
Nyepi yang jatuh besok lusa, bertepatan dengan gerhana matahari.
Kugenggam Erat
Tanganmu
Hari ini sepertinya merupakan berkah bagi penjual
pecel lontong dan teman-temannya. Dagangannya laku keras. Saya pun hanya
kebagian dua porsi pecel lontong dari empat yang saya pesan. Entah karena enak
atau saya yang kelaparan, atau karena 2 porsi harus dibagi bertiga, pecel
lontong di Pantai Pasir Putih ini bikin pengen nambah. Sayangnya itu pecel
penghabisan yang dijual si Ibu pada hari ini.
Setelah selesai makan pecel lontong, saya pun
penasaran untuk melihat-lihat area pantainya. Di tempat saya berada saat ini,
tepi pantai sudah penuh dengan orang-orang yang akan melaksanakan Melasti. Saya
menggandeng tangan Azka dan Aisya, menggenggamnya erat-erat, berjalan melawan
arus, menyelinap di sela-sela kerumunan orang. Cukup susah, karena sudah cukup
padat, sampai akhirnya kami tiba di pinggiran pantai yang landai dan berpasir
putih. Mata langsung terbelalak melihatnya. “Ini baru namanya pasir putih!”
Seruku. Anak-anak kegirangan menemukan pantai. “Ayahnya telepon, Ka. Suruh ke
sini. Pantainya bagus banget!” ujar saya sambil memberikan handphone pada Azka.
Jika dilihat, dari sebelah sini, ternyata sisi pantai
yang dipakai untuk upacara Melasti, adalah area yang tidak berpasir, alias di
bawahnya langsung batu karang dan air laut. Saya sempat bingung, kanan kiri
bangunan industri, dan pantai pasir putih ini seperti terkurung di dalamnya.
Air lautnya jernih dan pasirnya lembut di kaki. Ombaknya pun bersahabat. Sungguh
asyik melihat anak-anak mengenakan pakaian tradisional Bali bermain di tepian
pantai. Begitu pula dengan para remaja putra dan putrinya. Dengan udeng di kepala,
mereka berjalan di tepi pantai sambil mengobrol. Azka dan Aisya pun tidak ketinggalan
berlarian, yang tanpa saya sadari Aisya sudah mencapai air laut sebatas betis,
dan terus bergerak lebih jauh lagi. Dia tertarik menaiki perahu kecil yang ada
di situ. Saya pun berteriak.
“Aisya! Stop!” Dia tidak mendengar suara saya. Saya
pun berlari mengejarnya. Saya tarik lengannya supaya tidak bergerak lebih jauh
lagi.
“Mainnya di sini saja yak. Di sana agak dalam,” ajak
saya menggengam tangan mungilnya. Dia pun menurut. Tapi tak lama kemudian,
Aisya kembali terlihat mengejar-ngejar sesuatu. Kakinya menari-nari di atas air
laut. “Ada ikannya Bu, kecil-kecil,” teriaknya. Saya pun terpaksa mengejarnya
kembali. Saya ajak ke sisi pantai yang air lautnya mengalir ke dalamnya, mirip sungai
kecil dan dangkal. Di situ dia kesenangan mengejar ikan-ikan kecil mungil.
Pantai ini indah. Tidak menyangka ada pantai bersih
dimana kanan kirinya terapit industri. Tidak menyesal rasanya mampir di sini,
cukup dengan mengeluarkan Rp 5.000 per orang, kita dapat menikmati alam yang
aduhai ini.
Moral of the travel kali ini:
1.
Jangan
pernah menilai suatu tempat wisata sebelum kita merasakan sendiri atau memang
kita yakin bahwa tempat itu memuaskan atau tidak memuaskan.
Enaknya gitu ya mbak kalau bawa kendaraan pribadi sendiri,,,, bisa mampir - mampir dulu dimana gitu,,, Hahaha,, inilah yang dinamakan terjebak tapi mendatangkan berkah, baru pertama kali upacara ini diadakan disini,,,,
BalasHapusDuh jadi keinget waktu SD dulu mbak, aku pas SD pernah 2 kali ke Pantai Pasir Putih ini,,, selebihnya hanya lewat dan lewat saja sambil baca plank dari jalan raya,,, hahaha
Saya sering lewat sini pas ibu mertu masih ada di Lampung, dan beberapa kali juga ke Lampung karena ada kakak ipar juga di Bandar Lampung. Tapi baru kali ini saya masuk sini. Itupun setelah ragu2. Eh, pas bener ada upacara melasti. serasa dapat bonus jadinya. Lumayan tapi yak...pasirnya putih bersih. Menurut saya sih lumayan keren.
HapusWa terjebak di acara yg ga kunjung diketahui durasinya ya mb levi, hihi
BalasHapusDan aku baru tau klo mobilnya dikasih nama jenderal hitam
Sayang ga bisa ikut liat pawai ogoh ohohnya ya
Haha..iseng namain mobilnya. Abis itu mobil setia setiap saat dari sebelum ada anak2. Susah senang bersama. Jiaaah..lebay banget yak.
HapusYup...pengen juga liat ogoh2...cuma harus memilih salah satu.
Cantik banget pantainya levina..adem lihatnya. Ceritanya apik
BalasHapusMenurut saya juga cantik mbak..terutama karena byrnya murah. haha. Ini lebih cantik dari pantai yang berbayar lebih mahal. makanya saya satisfy bgt..dengan harga segitu dapet merasakan pasir pantai yg cakep. Padahal katanya daerah pantai Barat Lampung, pantainya bagus2..seperti pantai teluk kiluan dll. Di sini saja saya senang, apalagi ke daerah pantai Baratnya yak...
HapusBtw, meskipun kalo hari-hari biasa pantai Levina tetep banyak pengunjung ya mbak?
BalasHapusNama pantainya Pantai Pasir Putih kalo liat di google map.Hihi
HapusKalau hari biasa kurang tahu juga sih penuh atau tidaknya. Pas ke sini hari Minggu, selain ada upacara Melasti, banyak juga pengunjung yang datang ke sini.
Wow pemandangannya indah kapan ya saya bisa kesana (ngimpi mungkin).
BalasHapusKeindahan ditengah himpitan kota....hehe.
HapusPasirnya lembut dan putih..pantes disebut Pantai Pasir Putih,
PASIR PUTIH LAMPUNG ... oh !indah sangat.
BalasHapusKan ku genggam erat kenangan manis di pasir putih
Pasirnya yang putih ... es kelapa, ikan bakar ...
Pernah ke sana ... duh terimakasih jadi mengingatkan.
Di Lampung klo gak salah ada perkampungan org2 Bali ..
Iya banyak perkampungan Bali. Kalau ngga salah daerah Sukadana banyak juga perkampungan Bali. Dari Menara Siger lewat lintas pantai timur juga ada perkampungan Bali. Lampung ternyata keren juga..hehe.
HapusWiiih pantainya luar biasa. Jadi pingin ke sana juga
BalasHapusHayuk Mbak, eksplor Lampung. Banyak tempat eksotis di sini. Salah satunya Teluk Kiluan tempat bisa melihat lumba-lumba berakrobat di lautan lepas ...
HapusTerakhir aku ke pantai Pasir Putih Lampung tahun 2000..dah lama banget ya.. Duh jadi kangen ke sana lagi..
BalasHapusSudah 17 tahun ya Mak tahun ini. Lampung sekarang banyak berubah. Jalan-jalannya pun lebar-lebar. Saya saja tercengang-cengang melihat perubahan Lampung. Semoga diikuti juga fasilitas ke tempat-tempat tujuan wisatanya biar lebih mudah aksesnya. Saya juga jadi pengen eksplor Lampung Mak.
Hapuspantainya begitu indah
BalasHapusIya, indah. Saya tadinya tidak punya ekspektasi lebih saat memutuskan berbelok di sini. Suatu keputusan yang saya syukuri, ternyata tidak diluar ekspeksai saya, pasir putihnya lumayan banget.
HapusWaw pantainya bersih sekali tidak ada sampah yang berserakan, jadi bakal betah lama2 kalo main ke pantai ini :)
BalasHapusSampah masih ada sih satu dua benda yang dibuang sembarangan. Tapi ngga parah banget untuk masalah sampah di sini. Relative lebih bersih sekali. Terawat. Bikin betah berlama-lama.
HapusBenar juga ya mba, Jngn pernah menilai tempat wisata sebelum kita merasakannya..
BalasHapusTapi sayangnya saya belum pernah seumur hidup yang namanya ke pantai. Doain ya mba klo udah punya rejeki sendiri buat wisata ke pantai yang deket daerah saya :)
Semoga terwujud ya segala keinginananya, termasuk menjelajah pantai. Btw tinggal di daerah mana? Pantai terdekat dimana?
HapusAmiin..
HapusDi daerah sampit Kalimantan Tengah, Pantai terdekat di Ujung Pandaran.
Bisa juga ne buat destinasi selanjutnya
BalasHapusYuuuk mari berkunjung di mari.
HapusMurah meriah juga, sambil lewat. Apalagi Lampung punya banyak pantai indah, seperti pantai pulau pahawang, teluk kiluan, pantai krui, dll.
Duh, ngeces deh...
Wak okeh juga nih mbak pantainya disana disediakan papan selancar ga kayanya ombaknya bagus tuh ?
BalasHapusSepertinya sih ombaknya relative lebih tenang, kalau cuma seluncuran bisa kali yak, tapi buat selancar kayaknya sih ombak lebih tenang...
HapusCeritanya enak di baca mbak... :)
BalasHapusOya...Pantai pasir putih di Kota Panjang Lampung ya..saya sudah beberapa kali ke pantai ini...kebetulan jika saat musim mudik tiba...pantai ini saya jadikan tempat beristirahat melepas lelah dan kantuk...ya...hampir setiap melintas, dalam setahun bisa 2 sampai 3 kali..kebetulan kampung saya di BUKIT KEMUNING Lampung Utara.
Tentunya mbak sangat menikmati sekali Travel kala itu karena bertepatan dengan upacara Melasti..jarang-jarang loh bisa begitu :)
Lampung Utara itu yang berbatasan dengan Sumsel dan Bengkulu ya? Dekat ke Kotabumi atau ke Pantai Krui dan Biha ya? Waah, katanya disana bagus-bagus yaa. Pengen loh berkunjung ke bagian Lampung Utara...
HapusIya mbak...Kotabumi itu ibukotanya Lampung Utara..kalau di lampung utara dan Way kanan kebanyakan Air terjun..nah kalau lampung barat dan krui baru banyak pantai...Coba dech ke Danau Ranau atau Tanjung setia di krui, pemandangannya eksotis banget.. :)
BalasHapusPengen banget tuh ke Danau Ranau dan Tanjung Setia. Katanya bagus banget. Duuuh, kapan yaaa...., ya Allah, mudahkan langkah kami menjelajahi bumi-Mu dan mentaddaburi ciptaan-Mu.
HapusAmin...Dengan izin Allah, suatu saat pasti bisa mbak.
HapusOya...suka dengan lumba-lumba? Di Tanggamus tepatnya Teluk kiluan Lampung, jika ingin menyaksikan Migrasi lumba-lumba yg konon terbesar di dunia. Mbak bisa coba kesana...selain lumba-lumba, di Teluk Kiluan juga terdapat LAGUNA yang keren, dijamin dech mbak tidak akan menyesal :)
pemandangannya sangat eksotis. dan ceritanya sangat lah singkat padat dan jelas. pengen menikmati keindahan seperti apa yang anda sampaikan itu.
BalasHapusTerima kasih Mas, tiada habisnya panca indera mengagumi Sang Pencipta.
HapusPantainya bikin orang penasaran ingin melihatnya langsung :D
BalasHapusKalo saya baca judulnya malah jadi teringat masa2 lalu Mba hahahaha #gagalfocus kayaknya
BalasHapus