Berawal
dari postingan starus Mbak Nurhikmah Imani, pemilik Pempek Arane yang
mengabarkan tentang akan adanya Serang Festival Culinary 2016 yang bertema
Serang Lautan Bandeng (bukan Bandung Lautan Api lho) yang diadakan oleh Dinas
Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kota Serang. Di statusnya Mbak Noeng,
demikian beliau sering disapa, memerlihatkan kedatangan Chef Ranu Vishuda,
pemecah rekor MURI sebagai chef tercepat Indonesia 2015 dengan memasak 100
resep mie dalam waktu yang sangat singkat. Berhubung kudet alias kurang update,
saya ngga tahu chef Ranu, tetapi satu yang saya catat adalah tanggal festival
tersebut akan berlangsung. Terus terang saya penasaran apa yang akan
ditampilkan Arane bersama Chef Ranu Visudha di festival kuliner ini. Kalau
Arane sendiri rasanya seantero Serang pasti sudah tahu lah yak. Pempek yang
paling terkenal di Serang dan sekitarnya, yang bahkan pelopor mobil pempek
keliling. Tapi kira-kira kejutan apa yang bakal ditampilkan mereka?
Hari
ini, setelah Azka selesai kelas Bahasa Inggrisnya, sekitar jam 4.30 sore, saya bersikeras
mengajak ayahnya dan anak-anak menuju Serang Culinary Festival. Tadinya sih mau
besok, hari Minggu. Tapi saya pikir, sudahlah sekarang saja sekalian keluar,
ngga ada salahnya mampir di Stadion Maulana Yusuf Serang tempat berlangsungnya
festival tersebut. Mungpung malam minggu nih, pasti ramai.
Masuk
tol Cilegon Barat, si Jenderal Hitam mulai melaju mengukur panjangnya jalan tol
sepanjang Cilegon menuju Serang. Tidak berapa lama, kami pun tiba di pintu
gerbang Serang Timur. Si bebeb menyerahkan kartu tol kepada petugas di
sampingnya. “Rp 13.000,” ujarnya. Wah? Lumayan juga ternyata biaya tol Cilegon
Barat – Serang Timur. Hello, kemana saja ya saya, baru tahu ini.
Memasuki
area Stadion Maulana Yusuf, saya celingukan, dimana ya tempat festival kulinernya?
“Coba putari saja dulu Yah,” pinta saya. Apa saya salah tanggal ya? Kok tidak
terlihat tanda-tanda festival, yang ada hanya deretan para penjual kaki lima
yang memang biasanya berada di area itu. Tapi dimana festival kulinernya?
Setelah
berbelok ke kiri dan berjalan beberapa meter, terlihat gerbang kayu dengan
deretan payung warna-warni dan tampah bambu yang dijadikan dekorasi untuk
menghias gerbang masuk ke Serang Culinary Festival 2016. “Itu tuh Yah,
tempatnya. Cari parkir deket situ Yah,” seru saya girang, karena ingatan saya
masih bagus, tidak salah tanggal.
Dekorasi
gerbang Serang Culinary Festival eye catching, dan cakep untuk dijadikan
background selfie. Hanya saja, mungkin karena pengunjung sudah mulai ramai,
agak sulit mencari posisi yang bebas dan bersih dari pemeran-pemeran tambahan
yang menghiasi foto. Seorang ibu berkerudung modis, tampak mendominasi spot
yang menarik. Suaminya mengambil foto dengan menggunakan phone camera. “Ka,
nanti foto dulu di situ ya,” ajak saya pada
anak-anak, “setelah Ibu itu.”
Duh,
ternyata menunggu ibu itu lama juga, perut keburu keroncongan. Akhirnya si ibu
pun selesai berpose. Giliran kita dong berfoto. Azka dan Aisya sudah berada di
posisi siap berpose, tapi saya masih sedikit kesulitan mengambil foto dengan
angle yang pas, karena si Bapak malah tetap berdiri diposisinya, sambil
memperlihatkan hasil foto-foto yang diambilnya kepada sang istri. Dan tampaknya
sang istri kurang puas dengan hasilnya, ingin difoto kembali. Belum juga saya
ambil foto anak-anak, si ibu mendekati kembali ke posisi dekat anak-anak, masuk
di frame saya, dan menyerobot posisi anak-anak. Anak-anak pun bingung setengah
terusir. Duh, please deh, saya pun belum sempet pijit shutter kamera, udah
diserobot. Terlanjur ill feel, saya
batalkan berfoto ria di situ.
Tenda-tenda
makanan berderet di posisi kanan dan kiri, sedangkan di area tengah terdapat
deretan meja kursi. Para pengunjung bergerak di antara tenda-tenda dan meja
kursi. Di ujung terdapat panggung, sepertinya dipergunakan untuk
perlombaan-perlombaan ataupun performance art.
Di
festival kuliner ini bukan hanya ada kuliner khas Banten, tetapi juga kuliner
dunia, aneka olahan kreatif dari UKM-UKM di Banten, juga beberapa produk
sponsor. Alfamart pun ada juga buka stand di sini. Ada stand Rumah Makan
Sambara yang menyajikan makanan khas Sunda, ada Stand Pempek Arane yang ramai
dikunjungi orang, ada stand Pecak Bandeng Sawah Luhur dengan menunya yang unik:
cumi ngidam (hahaha); ada juga stand Garasi Spaghetti yang menjual aneka
spaghetty dengan menu special spaghetti bandeng, ada juga stand Hongdae yang
menghidangkan aneka menu makanan Korea, dan masih banyak lagi stand-stand lain
yang ngga kalah menariknya.
Apa
yang saya beli? Awalnya sih pengen icip Pempek Arane, duh, tapi antreannya
lumayan. Akhirnya saya lihat-lihat dulu ke lebih ke dalam lagi. Beberapa stand
tenda kosong. Saya kurang tahu apakah memang tenda ini telah kehabisan menu,
atau memang kosong dari awal. Anak-anak tertarik mencoba Makaroni panggang.
Ukuran besar Rp 10.000/porsi, lumayan murah. Saya sendiri bingung mau makan
apa, ini pengen, itu pengen. Akhirnya kaki berhenti di Garasi Spaghetti. Menu
spaghetti bandengnya menurut saya anti mainstream, banyaknya kan daging sapi
dan ayam yak. Jadi tertarik mencoba, bandeng kalau dipadu dengan spaghetti
seperti apa ya rasanya? Western meets Eastern, hehe.
Harga
spaghetti dipatok Rp. 15.000/porsi. Saya beli satu porsi spaghetti bandeng.
Saya pun mencari tempat duduk di depan Garasi Spaghetti tersebut. “Kok Ibu beli
Garasi Spaghetti sih? Kata Ibu kan waktu itu ngga enak?” Azka kebingungan
kenapa saya membeli makanan di Garasi Spaghetti. Saya teringat, waktu saya
mengatakan hal tersebut. “Duh, maaf, Ibu waktu itu berbohong,” jawab saya
tersenyum kecut. “Tuuh kan Ibu! Biar Caca, ngga maksa minta ya, makanya Ibu
bilang spaghettinya ngga enak?”
Tak
lama, mbak cantik yang sepertinya pemilik Garasi Spaghetti mengantarkan pesanan
saya ke meja. Hmmm, ini dia penampakan dari spaghetti bandeng. Daging ikan
bandeng disuwir-suwir kecil dan dicampur bumbu spaghetti. Baunya sih meyakinkan.
Azka yang langsung menyambar sumpit untuk memakannya. “Hmmm, enaaak Bu,” Azka
menguasai semua spaghetti bandeng yang saya beli. Adiknya pun hanya diberi
sedikit, dan akhirnya manyun karena tidak diberi sama sekali.
“Ya
sudah, Ade beli lagi ya, spaghettinya. Ibu beliin,” saya menghibur Aisya. Saya
pun memesan kembali 2 porsi spaghetti bandeng. Kreasi yang unik, perpaduan
gurihnya bandeng dengan lezatnya spaghetti. Ternyata bandeng cocok juga dengan
spaghetti.
Semakin
sore semakin ramai orang berdatangan di Serang Culinary Festival 2016. Festival
ini tidak hanya memberi keuntungan untuk penyewa tenda-tenda, tetapi juga
pedagang-pedagang kecil disekelilingnya pun ikut kena imbas. Pengunjung pun
beragam, dari mulai yang datang bersama keluarga, teman, suami atau istri, tetangga,
sampai muda-mudi bersama pasangannya.
Meja
di depan saya, ditempati sepasang remaja. Salah seorang penjaja stand tenda
membawakan piring kecil berisikan penganan mirip dengan yang ada di drama-drama
korea itu. Tteokbokki!! Wah, stand yang mana yang jualan itu? Ealah, ternyata
tendanya tidak jauh dari kami duduk. Tidak boleh dilewatkan nih! Saya pun
segera meluncur menuju tenda tteokbokki.
Di
depan tenda saya celingukan lagi. Lah mana yang tadi dibeli sama anak-anak
remaja itu? Kok ini dagangannya risol, makaroni panggang, agar-agar, tidak ada
tanda-tanda si kue beras pedas Korea.
“Mbak,
dijual juga apa tuh, kue beras pedas?” Dengan ragu saya bertanya. Mau nyebutin
namanya takut salah, soalnya ngga bisa pelafalannya. “Itu loh yang panjang-panjang,
kue beras Korea,” saya berusaha mendeskripsikannya pada si Mbak yang tampak
kebingungan, “apa tuh, tekbokki gitu deh,” sambung saya setengah tengsin, aduh
mak, ini niat ngga sih jualan, kok ngga ada menunya sama tulisannya. Kan kalau
ada menunya bisa pake bahasa isyarat, nunjukin tulisan dan fotonya.
“Tteokbokki,
Bu?” si Mbak memastikan, “yang gambar ini kan?”
“Iya!
Itu!” Sambar saya segera. “Oh, ada. Mau berapa Bu?”
Saya
kegirangan, akhirnya bisa mencoba tteokbokki juga. Harga satu piring kecil
tteokbokki Rp 17.000, dan porsi itu adalah yang terakhir. The last plate!
Setelah saya tidak kebagian tteokbokki, karena bumbunya kehabisan.
Ini
dia, tteokbokki ala Serang Culinary Festival 2016! Tteokbokkinya bukan hanya
berisi kue beras yang panjang-panjang, tapi sedikit bercampur dengan bakso ikan
yang dipotong kecil. Kue berasnya sendiri terasa kenyal, empuk dan padat.
Dipadu dengan saus pedas, rasanya memang nendang. Duh, gimana rasa tteokbokki
aslinya ya? Jadi pengen pergi ke Korea deh. Aisya juga ternyata suka dengan
tteokbokkinya. Yang ngga suka Cuma ayahnya saja, “apaan, ini mah beras aja
dikasih sambal,” ledeknya. Iiih apaan kali, ndeso deh.
Selesai
makan tteokbokki, adzan Magrib pun berkumandang. Waktunya sholat. Terpaksa deh kita
sudahi pesta kulinernya sampai di sini. Dan sebelum pulang, kami sempatkan
berfose di gerbang payung berderet.
By
the way, kejutannya apa yak dari chef Ranu? Kok tidak tampak sesuatu hal yang
spesial di festival ini? Sampai saya pulang pun saya tidak menemukan pusat
keramaian dan kehebohan dari chef Ranu. Sesampainya di rumah saya baru sadar
bahwa festival kuningan diselenggarakn pada tanggal 18 – 19 Maret 2016. Oalah, salah
tanggal! Mungkin chef Ranu adanya kemarin saat pembukaan kali yak? Haha.
Weh keren ya mbak,,, tak hanya menghidangkan kuliner khas Banten aja. Dari Korea pun ada,,,, hahaha,,, malah salah tanggal mbak, jadi nggak ketemu Chef Ranunya... hehehe, aku malah penasaran ama chef Ranu ini,,, :-)
BalasHapusIya..saya pikir tadinya acaranya sabtu minggu, taunya jum'at sabtu, lah klo jum'at saya ngga bisa datang.
BalasHapusEntah chef Ranu datang apa ngganya. Kalau datang bisa jadi hari jum'at nya atau pas malam minggu y..tp pas saya dah pulang. atau bisa jad sabtu pagi nya...xixi.
hehehe,,,, yang sabar mbak, siapa tahu ntar bisa ketemu lagi :-)
HapusAamiin. Btw trus kalo ketemu mau ngapain yaaak? minta tanda tangan apa ngumpet apa minta welfie
HapusAamiin. Btw trus kalo ketemu mau ngapain yaaak? minta tanda tangan apa ngumpet apa minta welfie
HapusWah seru sekali acaranya ya mbak, banyak macam makanan yang dijajakan. Bontot itu apa ya mbak, saya baru dengar nih. Dan penasaran juga dengan makanan Korea yang dari beras itu. Mungkin rasanya hampir mirip putu bumbung, makanan dari beras yang dimasukkan wadah dari bambu kemudian dimasak diberi kinca gula merah tapi tanpa saus? Hehe kayaknya enggak deh.
BalasHapusTapi spageti bandengnya menarik ya, hasil inovasi lain dari bandeng :)
Bontot itu kalo sudah digoreng mirip goreng aci Mbak, cuma berasa ada ikannya. Kalo bentuk mentahnya panjang2 seperti di gambar. Nanti pas mau di goreng dipotong potong kira kira 1 cm, tidak terlalu tipis tidak terlalu tebal.
HapusKalau tteokbokki kue berasnya mentahnya panjang-panjang, mirip lem tembak itu Mbak, cuma lebih putih. dipotong-potong sepanjang korek api. Kalau bumbunya kurang begitu tau, hehe. Jadi kepikiran googling. Rasa kue berasnya kenyol2 gitu.
Spaghetti bandengnya bisa dicoba di rumah Mbak, tinggal modifikasi daging sapi sama suwiran bandeng. Kayaknya sih gituh...xixi.
Duuuh jadi pengen juga cobaik tteokbokki nih Maaak. Kalo di drama korea kayanya enak banget yaaaaa.
BalasHapusEnak nih Mbak Tteokbokkinya (bener ga ya nulisnya). Pengen lagi. Iya nih gara2 drama korea jd pengen makan ini. Iklan terselubung nih...drakor ternyata menerapkan softselling ya sepertinya..bikin orang penasaran pengen beli.
Hapusbiasanya kalo di festival kuliner emang ngantrinya ya, masyaalloh bener deh hihi
BalasHapusbetewe saya penasaran dengan taebokki, apa itu semacam macaroni ya, aku taunya topoki
nulisnya sih tteokbokki, pelafalannya mirip2 tekpoki atau mungkin topoki..hehe. kalo makaroni kan tengahnya bolong, yg tteokbokki ini yg panjang2nya itu padet, lembut tapi kenyol2. Aduuh maaf kalau desripsiinnya kurang jelas. hehe.
Hapusharus siap denagn perut kosong kalau datang ke acara ginian
BalasHapusIya betul Mbak. Ini pengen itu pengen jadinya. Kalap....
HapusAda tteokbokki juga, ini bener-bener bikin saya yang notabennya doyan makan ga bisa berenti :D
BalasHapus