Mabuk laut itu berjuta rasanya. Kalau naik
mobil atau kendaraan darat, kita mabuk, masih bisa minta berhenti, istirahat
sebentar menghirup udara segar, rasa mual pun berangsur hilang. Lah, kalau di
tengah laut, bagaimana cara menghentikan kapal? Kalaupun kapal berhasil berhenti
tetap saja terombang-ambing ombak, apalagi jika ombak besar, duh rasanya isi
perut mau keluar semua. Sebetulnya baik mabuk laut maupun mabuk darat,
sama-sama menjengkelkannya. Dan biasanya orang mencoba berbagai macam cara atau
tips untuk mengurangi kadar mabuknya. Ya, kalau mabuk terus menerus, kapan
travelingnya dong? Hehe.
Dulu, teteh yang suka nemenin anak-anak,
kalau mabuk sudah ngga ingat apa-apa. Sepanjang jalan muntah terus menerus.
Makanya si teteh, jarang pulang kampung. Saya pun dahulu seperti itu. Saat saya
masih kuliah di Bandung, ketika balik ke Bandung selepas pulang kampung sering
saya menggunakan travel dari Kuningan. Biasanya travel berangkat dini hari,
karena saya mengejar kuliah pagi. Entah karena jalanan yang berliku-liku, saya
sering mengalami mabuk di kendaraan, dan biasanya senjata andalan saya adalah antimo
dan kantung kresek hitam. Herannya kalau arah sebaliknya, dari Bandung menuju
Kuningan, sedikit pun saya tidak pernah mengalami mabuk.
Penyebab Mabuk Laut & Akibat Yang Ditimbulkan
Fenomena mabuk ini sepertinya ada hubungan
dengan getaran ataupun goncangan dari kendaraan ataupun kapal. Jadi sistem
sensorik kita tidak sejalan dengan goncangan tersebut. Jadi otak menerima hal
yang berbeda antara yang dirasakan dengan apa yang kita lihat. Misalnya, saat
berada di dalam kapal, kita merasakan kapal naik turun atau goyang mengikuti gelombang
di lautan. Apa yang kita rasakan itu dicatat di salah satu bagian telinga, dan
telinga kita mengirim pesan syaraf ke otak bahwa kita memang bergerak naik
turun. Tetapi, mata kita justru menangkap bahwa ruangan tidak bergerak, dan
kedua mata kita mengirim sinyal syaraf mengatakan kepada otak bahwa kita tidak
bergerak. Nah, bentrok deh itu sinyal! Satu bilang bergerak, satu bilang ngga
bergerak. Kebayangkan kalau kita terima
informasi kanan dan kiri berbeda? Yang ada kepala mumet ngga tahu mana yang
benar. Itu juga yang terjadi saat kita mabuk. Hmmm...mungkin itu sebabnya, saat
kita pejamkan mata, perasaan mual agak sedikit berkurang ya. Ketika otak
menerima sinyal yang berbeda, mungkin otak akan merespon SOS kali ya, sehingga
merangsang produksi zat histamin, yang ujungnya menimbulkan reaksi mual dan
ingin muntah.
Atau bisa jadi alasan psikis seperti saya
tempo dulu. Giliran pulang kampung happy, jadi ngga merasakan mabuk, tapi
giliran balik buat kuliah, sepertinya langsung stress berat, sehingga
diperjalanan mabuk tidak berdaya. Haha, itu namanya mabuk karena alasan psikis.
Yang pasti sih faktor pencetus utama adalah karena faktor keturunan, faktor
kondisi tubuh yang tidak fit dan faktor perut dalam kondisi kosong.
Jangan sepelekan mabuk laut lho. Jika
mabuknya berat, tekanan darah bisa anjok sehingga bisa menyebabkan seseorang
pingsan. Demikian jika muntah-muntah hebat terus menerus. Tubuh akan mengalami dehidrasi
dan kekurangan mineral. Nah kalau sudah sampai kekurangan mineral, katanya itu
bisa berpengaruh terhadap kinerja jantung dan otot.
Tips Mengurangi dan Mencegah Mabuk Laut
Jadi apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi
mabuk laut? Berikut tips untuk mengatasi mabuk laut:
1]. Jangan biarkan
perut kosong
Sebelum berangkat, isi perut terlebih dahulu hingga
kenyang.Tapi jangan sampai kekenyangan lho. Malah kalau kekenyangan akan memicu
mual juga. Biasanya saya minta anak-anak minimal makan barang 5 suap nasi,
walaupun terkadang mereka protes ngga mau makan, karena ingin makan pop mie
hangat di atas kapal. Eh, sebetulnya yang hangat-hangat seperti itu juga membantu
mengatasi mual di perut sih.
2]. Pejamkan Mata
Kalau rasa mual menyerang dengan hebat, lebih baik
pejamkan mata. Seperti saat kemarin menyeberang dari Merak ke Bakauheni,
anak-anak sudah ribut saja merasa mual.
“Ibu, mual,” keluh mereka, “ombaknya besar ya?”
Kalau sudah begitu, biasanya saya meminta mereka untuk
memejamkan mata dan tidur. Enaknya, mereka gampang tertidur. Bangun-bangun
sudah sampai di Bakauheni. Ntar mereka dengan bangganya bilang, “sebentar amat
Bu, udah sampai, kok aku ngga mual sama sekali?” Jiaah, padahal tadi siapa yang
ngeluh mabuk laut.
3]. Gunakan Minyak
Kayu Putih atau Balsam
Menghirup uap kayu putih atau balsam, katanya bisa
mengurangi gejala mabuk, disebabkan aromanya yang segar. Bagi saya, prinsip ini
tidak berguna. Aroma minyak kayu putih, hidung saya masih bisa menerima. Tapi
jika sudah berurusan dengan bau balsam, duh rasanya kepala mendidih, saking
ngga sanggupnya mencium aroma balsam yang menyengat.
4]. Mendengarkan
Musik atau Melakukan Kegiatan yang Disukai
Nah, kalau ini cara yang asyik mengatasi mabuk laut.
Tidak hanya mendengarkan musik sih, apa saja yang ingin didengarkan boleh,
seperti misalnya murotal Al-Qur’an. Mendengarkan musik atau muratal Al-Qur’an,
membuat kita lebih rileks, dan hal ini ternyata terbukti ampuh dapat mengurangi
mabuk laut. Musik, murotal Al-Qur’an adalah salah satu hal yang berguna untuk
traveling.
5]. Berjalan ke
Buritan Kapal dan Menghirup Udara Laut
Dulu, saya pernah mengarungi samudera di sisi Barat Pulau
Sumatera, traveling dari Teluk Bayur menuju Tanjung Priok bersama seorang
teman. Gelombang samudera lebih besar ketimbang gelombang Selat Sunda, sehingga
perasaan mual tidak berhenti-berhenti. Biasanya, untuk mengurangi rasa mual,
saya menuju buritan atau geladak kapal. Berada di luar dan menghirup udara laut
sedikit membantu menghilangkan mabuk laut. Hanya saja kelemahan cara ini
adalah, muka menjadi gosong terbakar sinar matahari, apalagi jika berada di
buritan atau geladak kapal saat matahari meninggi. Nah, kalau ingin mencoba
cara ini untuk mengurangi mabuk laut, jangan lupa pakai sunblock dan pakaian
tebal (jaket) untuk menghindari masuk angin karena angin laut sangat kencang. bekerja.
6]. Pilih Posisi
Dengan Goncangan Terkecil
Carilah kabin penumpang yang berada di tengah-tengah
jika naik kapal laut, karena posisi ini sangat kecil goncangannya. Dengan
goncangan yang minim, diharapkan mabuk laut dapat dikurangi. Hmmm..., kalau
kebetulan kapal lagi kosong sih dapat bebas milih di mana saja, tapi kalau
kondisi lebaran yang sangat padat, kita tidak bisa memilih, kecuali dulu-duluan
datang.
7]. Jahe Hangat
& Buah-Buahan
Jika anak kita tipenya mudah mabuk laut, tidak ada
salahnya membawa jahe hangat dan buah-buahan. Katanya jahe telah terbukti
efektif dapat mengurangi perasaan mual-mual selama dalam perjalanan / traveling
menyeberangi lautan. Untuk balita, bisa juga menggunakan parutan jahe dibadannya.
Jika mual muncul, tawarkan buah-buahan untuk menghindari dehidrasi akibat mabuk
laut.
8] Pijitan Mesra
Jika anak kita merasa tetap pusing dan mual, lalukan
pijatan mesra di jemari tangan dan telapak tangan anak. Minta juga mereka menggerak-gerakan
tangan dan kakinya guna memperlancar peredaran darah.
9]. Minum Obat Anti
Mabuk
Buat saya, ini adalah cara terakhir jika segala macam
cara tidak berhasil mengurangi mabuk laut. Hehe, sebenernya sih karena saya ngga
suka minum obat sih. Bila ingin minum obat anti mabuk, sebaiknya diminum satu
jam sebelum berangkat, sebab jika kita minum saat kapal akan mulai berangkat
maka obat tidak akan efektif bekerja.
Zaman saya kecil dulu, saya masih ingat, selain minum
obat anti mabuk, biasanya orang tua saya menutupi udel dengan salompas.
Entahlah, bagaimana hal itu berpengaruh untuk mengurangi rasa mual akibat mabuk.
Tetapi saya rasakan memang ada pengaruhnya juga.
Nah itu 9 langkah mudah untuk mengurangi mabuk laut pada anak-anak. Semoga bermanfaat ya.
Tips menarik, rasanya bisa di terapkan juga ke orang dewasa. Saya sendiri kalau naik kapal masih sering mual-mual. Salah satu cara yg saya lakukan biasanya cuma tidur. :)
BalasHapusDulu sering mabuk mbak, darat maupun laut. Apalagi perut kosong ditambah jalanan melingker lingker kayak ular. Tiap bepergian ngga pernah lepas dari yang namanya bawa kantong kresek hitam kecil. Biasanya beli satu pak. Haha. Lucu kalau ingat itu. Sekarang sih Alhamdulillah ngga terlalu sering mabuk jika bepergian, entah karena sdh keseringan mungkin.
Hapusini yang bikin saya masih suka ragu kalau mau ajak anak-anak naik kapal. Tapi terima kasih tipnya, ya :)
BalasHapusBetul Mbak. Anak-anak sih mungkin karena dari kecil beberapa kali naik kapal (ferry sih, hehe), ngga terlalu parah mabuknya. paling pusing dan merasa mual. Kalau udah begitu saya suruh tidur, kalau ngga saya ajak ke luar ke buritan atau geladak. Yang parah itu kalau pas dulu pulang kampung jalanan kayak ular meliuk liuk.
HapusKalau dulu saya selalu membiasakan minum air putih yang banyak dan nomor dua di atas (tidur). Nanti kalau sudah agak lama sedikit adaptasi bisa membuka mata dan melihat langsung suasana laut.
BalasHapusTipsnya sangat berguna bagi yang harus bepergian naik kapal nih mbak :)
BalasHapusAlhamdulillah selama ini saya tidak pernah bepergian yang mengharuskan naik kapal mbak Levi, karena lihat laut dari pinggir pantai aja sudah pusing seolah-olah ikutan terombang-ambing, hehe.
Apalgi saya nggak bisa berenang jadi lengkaplah sudah alasan saya menjauhi kapal. Cukup mabuk darat aja deh kayaknya.
Tapi kalau sekali-kali naik kapal sepertinya seru juga ya :)
wah ini bisa jadi referensi nih pas perjalanan via laut
BalasHapuskebetulan aku juga mabokan mbak, nggak laut ga darat ataupun udara heheheh
tapi biasanya yang paling ngefek sih pakai balsam dan inhaller (khususnya merek dragon entah sekarang masih ada apa engga
Betul, betul. Beberapa orang memang suka pakai balsem atau inhallerinhaller, katanya byk membantu. Saya paling cuma kayu putih, kalau balsem ga tahan...hehe.
Hapusterima kasih. informasinya telah memberikan pencerahan pada saya. di tangan saya, informasi simple ini bisa berubah menjadi suatu program kemanusiaan yg luar biasa karena saya membacanya menggunakan sudut pandang yg lain.
BalasHapus