Sudah lama saya berangan-angan mengunjungi suatu tempat
yang bernama Bumi Sriwijaya. Dahulu kala, negeri ini terkenal ke pelosok Nusantara
dan pengaruhnya menyamai Majapahit. Jika Jawa ada Majapahit, maka Sumatera ada
Sriwijaya. Sumatera Selatan identik dengan pusat Kerajaan Sriwijaya, sehingga
sebutan Bumi Sriwijaya bukanlah hal yang mengada-ada.
Berbatasan dengan Lampung di Selatan, Bengkulu di bagian
Barat, Bangka Belitung di arah Timur dan Jambi di sebelah Utara, Sumatera
Selatan menyimpan banyak cerita tentang negeri kuliner bahari yang terkenal
wisata alam dan wisata sejarahnya. Sudah banyak cerita mengenai pesona Bumi
Sriwijaya, yang membuat saya ingin menjejakkan di tanah yang sama yang diinjak
Balaputra Dewa, Raja Sriwijaya yang kekuasaannya juga meliputi Semenanjung
Melayu, Kamboja dan sebagian Thailand.
Sebelum kamu memutuskan hendak kemana liburan selanjutnya,
yuk simak alasan mengapa saya dan juga kamu harus mengunjungi Sumatera Selatan.
Sungai Musi merupakan sungai di Sumatera Selatan yang
membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Dengan panjang 750 km, Sungai Musi
dinyatakan sebagai sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Tidaklah heran jika
dahulu Balaputra Dewa menjadikan tempat ini sebagai pusat pemerintahan kerajaan,
karena dengan adanya sungai ini, membuka akses jalur perdagangan internasional.
“Pergilah ke Jembatan Ampera Sungai Musi,” saran salah
satu teman kerja yang berasal dari Palembang, “sepanjang sungai banyak tempat
kuliner enak. Bermacam mpek-mpek tersedia.” Sungai Musi membelah Kota Palembang dan dihubungkan oleh Jembatan Ampera yang terkenal sebagai ikon Kota Palembang
Mendengar kata mpek-mpek saja, langsung indera perasa saya
bekerja. Saya memang penggemar makanan khas Palembang yang satu ini. Saya
sering mendengar bahwa Palembang adalah surga kuliner. Es kacang merah yang
makjleb, berbagai macam mpek-mpek seperti: lenjer, celimpungan, lenggang,
model, tekwan yang sudah tidak diragukan keenakannya, pindang ikan Patin,
tempoyak, dan kuliner Sumatera Selatan lainnya membuat saya tidak sabar untuk
datang ke negeri leluhur mpek-mpek ini. Apalagi menikmatinya di sore hari
menjelang malam sambil mengamati denyut kehidupan Sungai Musi yang terkenal dengan
keindahan Jembatan Amperanya. Hello
Palembang! We’ll come!
Di Sumatera Selatan terdapat berbagai macam etnis,
seperti: Melayu, Jawa, Sunda, Tionghoa, Minangkabau, Komering (Lampung), Arab, India,
dan lainnya. Ini tidaklah mengherankan, karena Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim bahari yang menjadi lalu lintas perdagangan internasional.
Banyak kaum dari belahan dunia menjelajahi negeri ini. Keberadaan etnis ini
memperkaya khasanah budaya Sumatera Selatan.
Bukti kekayaan budaya ini dapat kita saksikan di
beberapa tempat di Palembang. Diantaranya:
KAMPUNG ARAB - Perkampungan ini sering disebut sebagai Kampung Assegaf. Sebagian besar masyarakatnya adalah etnis
Arab yang berasal dari Hadramaut (Yaman). Diperkirakan beberapa ratus tahun
lampau, orang Arab datang ke Palembang untuk berdagang dan menyebarkan Agama
Islam. Banyak diantara kaum pendatang Arab ini menikan dengan orang asli
Palembang dan tinggal bersama kelompok etnisnya.
Kampung Arab terletak di sepanjang Sungai Musi, di
bagian Ilir maupun Ulu. Salah satunya adalah Lorong Al-Munawar, Kelurahan 13
Ulu.
KAMPUNG KAPITAN - Kampung Kapitan ini merupakan salah satu jejak peradaban
Tionghoa di Sumatera Selatan. Kampung ini terletak di tepi ulu Sungai Musi, Kelurahan
7 Ulu, Palembang. Warga etnis Tionghoa dari sejak 400 tahun lalu telah mendiami
kawasan ini. Dinamakan Kampung Kapitan, karena pada masa kolonial Belanda
ditunjuk seorang Kapitan yang bertugas
untuk membantu urusan administrasi pemerintahan.
Di Kampung Kapitan, kita bisa mendatangi objek wisata rumah
sang kapitan. Sekarang rumah tersebut dihuni oleh keturunan kapitan bermarga
Tjoa. Komplek rumahnya terdiri dari 2 bangunan utama, yaitu rumah hunian dan
gedung tempat sang kapitan berkantor.
PUSAT KERAJINAN SONGKET TANGGO BUTUNG – Sumatera Selatan
terkenal dengan kecantikan kain songket, kain mewah yang biasa dipakai para
bangsawan Palembang zaman dahulu. Sejak abad ke-18, pusat kerajinan Tanggo Butung telah ada dan menghasilkan kain
songket khas Palembang yang berkualitas tinggi.
Keahlian menenun songket ini diwariskan turun temurun dalam
keluarga. Nah, kalau ke Palembang, saya ingin ke Sentra Kerajian Songket. Siapa tahu saya beruntung diizinkan melihat langsung proses
pembuatan kain songket. Duh, Indonesia memang kaya akan khasanah budaya.
Palembang terkenal juga akan wisata religinya. Banyaknya etnis penduduk, otomatis dalam segi keagamaan, Sumatera Selatan menjadi daya tarik tersendiri bagi seluruh umat beragama. Pulau Kemaro, Masjid Cheng Ho, & Masjid Agung Palembang, ketiga tempat ini, adalah tempat yang ingin saya
kunjungi juga.
PULAU KEMARO - Pulau ini terletak 6 km dari Jembatan Ampera,
merupakan delta kecil di Sungai Musi. Di sini terdapat sebuah wihara Cina yang
bernama Klenteng Hok Tjing Rio. Selain kelenteng, di Pulau Kemaro juga terdapat
kuil Buddha. Setiap Tahun Baru Imlek, tempat ini tidak pernah sepi dari
pengunjung. Di pulau ini pula terdapat makam seorang putri raja dari Kerajaan Palembang
yang bernama Siti Fatimah. Konon kabarnya menurut legenda masyarakat setempat,
sang putri menerjunkan dirinya ke Sungai Musi menyusul suaminya Tan Bun An
seorang pangeran dari Kerajaan Cina yang tenggelam bersama pelayannya di sungai
ini, dan terbentuklah delta kecil di tengah Sungai Musi ini sebagai wujud cinta
kasih mereka.
MASJID CHENG HO - Bangunan masjid ini terletak di perumahan Amin Mulia,
Jakabaring. Mendengar namanya saja, pasti orang langsung teringat dengan Cheng
Ho. Siapa yang tidak mengenal Laksamana Cheng Ho, kasim muslim kepercayaan
Kaisar Yongle dari Cina, yang melakukan pelayaran mengelilingi dunia. Laksamana
Cheng Ho tidak dapat dipisahkan dari sejarah Palembang. Sedikitnya 3 kali Cheng
Ho mendarat di Pelabuhan Palembang. Kedatangan Cheng Ho mempunyai peranan dalam
penyebaran Islam di Sumatera Selatan dan Nusantara, sehingga namanya diabadikan sebagai nama salah satu masjid di Palembang. Arsitektur masjid ini
merupakan perpaduan arsitektur lokal (Palembang), arsitektur Cina dan arsitektur
Arab, yang pastinya perpaduan ketiga khasanah budaya ini akan menciptakan
perpaduan yang unik. Masjid Cheng Ho dibangun tahun 2003, dan mulai dapat
digunakan pada tahun 2008. Nah, saat mengunjungi Palembang, yuk sholat di
Masjid Cheng Ho!
Masjid lain yang ingin saya kunjungi adalah MASJID AGUNG SULTAN MAHMUD BADARUDDIN I, masjid terbesar yang ada di Kota Palembang,
Sumatera Selatan. Arsitektur masjid yang pernah menjadi masjid terbesar di
Indonesia ini merupakan perpaduan arsitektur Indonesia, Cina dan Eropa. Masjid
ini pada awalnya didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, sehingga nama masjid
ini pun mengikuti namanya, dan orang sering juga menyebutnya sebagai Masjid Sultan. Dibangun pada
tahun 1738, Masjid Sultan ini terletak di bagian Utara Istana Kesultanan
Palembang, di belakang Benteng Kuto Besak yang berdekatan dengan aliran Sungai
Musi. Masjid ini mengalami beberapa kali renovasi, terakhir dilakukan pada
tahun 2000 – 2003. Mssjid ini telah menjadi saksi perjuangan rakyat Palembang
dalam pertempuran 5 hari melawan Belanda di pusat kota. Yuk, kita mendatangi
masjid kebanggaan orang Palembang ini!
Saat mengunjungi Malaka tahun lalu, saya diceritakan
mengenai Raja Parameswara yang membangun Malaka, negeri makmur yang pada
masanya menguasai jalur perdagangan internasional. Tidak saya sangka, ternyata
Parameswara ini adalah pangeran kerajaan Sriwijaya yang melarikan diri ke Singapura,
setelah membangung kerajaan di sana, Parameswara mendirikan kerajaan besar di
Malaka. Begitupula dengan salah satu keajaiban dunia Indonesia, Candi
Borobudur, merupakan karya dinasti Syailendra yang berasal dari Palembang.
Para pencinta sejarah masa lampau seperti saya, Sumatera
Selatan, pasti masuk dalam daftar wajib tujuan wisata yang harus disinggahi.
Saya sudah mencatat tempat-tempat yang ingin saya kunjungi, sebagai berikut:
BUKIT SIGUNTANG - Bukit kecil ini terletak sekitar 3 km dari tepi Utara
Sungai Musi, masih berada dalam wilayah Palembang, sekitar 4 km dari pusat kota.
Di bukit ini banyak penemuan purbakala kerajaan Sriwijaya dari abad ke-6 sampai
ke-13 masehi. Pada puncak bukit terdapat beberapa makam yang dipercaya sebagai
tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Sriwijaya.
Dibukit Siguntang ini diduga adalah tempat pemujaan dan
keagamaan kerajaan Sriwijaya, dengan ditemukannya artefak yang bersifat
buddhisme seperti arca buddha setinggi lebih dari 200 m dalam posisi Amarawati,
arca buddha bodhisattwa dan arca budda wairocana. Terdapat pula prasasti batu
dan reruntuhan stupa.
CANDI BUMI AYU - Tempat ini merupakan komplek candi yang terletak di
kawasan Muara Enim, Sumatera Selatan, sekitar 300 km dari Kota Palembang. Bangunan
candi ini merupakan peninggalan agama Hindu, yang terdapat dekat tepi Sungai
Lematang. Diperkirakan komplek candi ini merupakan bekas istana sebuah kerajaan
yang bernama Gedebong Undang.
Candi Bumi Ayu ini adalah satu-satunya komplek
percandian di Sumatera Selatan. Saat ini telah ditemukan sedikitnya 9 bangunan
candi dengan luas lahan keseluruhan sekitar 75 hektar.
MUSEUM BALAPUTRA DEWA - Museum ini adalah salah satu tempat yang penasaran ingin
saya kunjungi. Di salah satu area museum ini katanya ada Rumah Limas, bangunan
tradisional Sumatera Selatan, yang gambarnya dipajang di uang Rp 10.000 itu
lho. Penasaran ingin melihat secara langsung dan mengetahui apa yang ada
didalamnya.
Selain Rumah Limas, tentunya keinginan saya mengunjungi
museum ini adalah ingin mengetahui sejarah panjang keberadaan Sumatera Selatan.
Dari mulai zaman prasejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan
Palembang, hingga zaman kolonialisme Belanda. Tentunya lebih asyik mempelajari sejarah
dengan berkunjung dan melihat langsung benda-benda peninggalannya. Tak sabar
rasanya menikmati kekayaan sejarah bangsa yang tersembunyi dalam museum ini.
MUSEUM TAMAN PURBAKALA KERAJAAN SRIWIJAYA - Museum ini tidak lain
tidak bukan adalah Situs Karanganyar yang merupakan bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya.
Diduga dulu di situs ini pernah terdapat kolam-kolam besar, pulau-pulau buatan
dan kanal-kanal buatan yang digunakan sebagai jalur transportasi, pengaturan
banjir atau benteng. Whuih keren ya ternyata zaman dahulu pun leluhur bangsa
ini sudah sedemikian canggih pemikirannya.
Taman Purbakala ini terletak di tepian Sungai Musi,
Karanganyar Kecamatan Ilir Barat. Pastinya
tempat ini memiliki panorama alam hijau dan asri. Di sini ada replika prasasti
Kedukan Bukit yang menjadi pertanda awal keberadaan Kerajaan Sriwijaya. Hmmm, belajar
sejarah tidak lagi membosankan dengan mendatangi Museum Taman Purbakala Kerajaan
Sriwijaya
MUSEUM SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II - Menyusuri jejak sejarah Sumatera Selatan, tidak lengkap
sebelum mengunjungi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, yang menyimpan hampir 600
koleksi dari Kerajaan Sriwijaya sampai masa Kesultanan Palembang. Museum ini
tidak jauh letaknya dari Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera. Wah, tempat
ini juga wajib didatangi saat berkunjung ke Palembang.
BENTENG KUTO BESAK - Mendengar yang namanya benteng, ingatan saya langsung
beranjak pada benteng-benteng tua peninggalan Belanda, seperti benteng
Speelwijk di Banten Lama. Ternyata imajinasi saya meleset. Benteng Kuto Besak
ini ternyata adalah bangunan keraton yang pada abad ke-18 pernah menjadi pusat
Kesultanan Palembang. Didirikan atas prakarsa Sultan Mahmud Badaruddin I dan
diteruskan pembangunannya oleh penerusnya. Seperti hanya fungsi benteng, tujuan
utamannya adalah sebagai pertahanan dari serangan penjajah. Benteng Kuto Besak
yang merupakan benteng terbesar yang
menjadi kebanggaan masyarakat Palembang ini terletak tidak jauh dari tepian
Sungai Musi dan Masjid Sultan. Menikmati matahari terbenam dari Benteng Kuto
Besak dengan latar belakang Sungai Musi pasti sangat indah. Yuk berkunjung ke
Palembang!
“Kalau mau wisata kuliner, Palembang tempatnya,” papar teman
dengan logat Palembang yang khas, “kalau mau wisata alam, Pagar Alam, kampung
halaman saya adalah tempatnya. Pokoknya indah sangat,” jelasnya lagi dengan
bersemangat.
Ya, selain wisata kuliner, budaya, religi, dan sejarah,
Sumatera Selatang juga mempunyai bentang alam yang menakjubkan. Daerah bagian
Barat Sumatera Selatan terkenal dengan dataran pegunungan. Tidak mengherankan,
karena terletak dalam jajaran Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau
Sumatera. Perkebunan teh di Lereng
Gunung Dempo di kota Pagar Alam, 318 km dari Kota Palembang, merupakan tempat
dengan pemandangan segar dan udaranya sejuk. Kamu pasti takjub melihat hamparan
hijau daun teh yang seolah terhampar bak permadani di lereng gunung.
Selain wisata perkebunan teh, di daerah Pagar Alam dan Lahat,
Sumatera Selatan, banyak terdapat air terjun yang spektakuler. Sebut saja Curug
Tenang, Curug Mangkok, Air Terjun Karang Dalam, Air Terjun Pandak, Air Terjun Sumbing, Air Terjun Bidadari. Jika kamu hanya punya waktu terbatas, tidak sempat ke
Pagar Alam atau Lahat, Kota Palembang pun mempunyai wisata alam yang menarik
seperti Hutan Wisata Punti Kayu dan Taman Kambang Iwak. Wisata alam Sumatera Selatan bisa jadi the escape gateway dari segala rutinitas harian yang padat.
Look! Wisata Sumatera Selatan lengkap kan? Segala wisata
ada, jadi tidak ada alasan buat kamu, termasuk saya untuk menunda pergi ke
Sumatera Selatan. Apalagi sebentar lagi ada fenomena alam yang hanya bisa
disaksikan secara spektakuler di beberapa tempat saja. Apa itu? Gerhana
Matahari Total! Palembang adalah 1 dari 11 tempat yang dilalui lintasan Gerhana
Matahari Total pada tanggal 9 Maret 2016 nanti, selain Bangka, Belitung, Sampit,
Palangka Raya, Balikpapan, Palu, Poso, Luwuk, Ternate, Maba, Mentawai, Halmahera.
Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) ini terjadi ketika
piringan bulan menutupi seluruh piringan matahari. Matahari akan terlihat gelap
total karena cahaya ke bumi terhalang oleh bulan. Mahkota matahari atau korona yang
biasanya tidak terlihat sehari-hari karena kalah dengan cahaya matahari yang
terang, pada saat GMT akan terlihat bersinar indah. Nah, fenomena langka ini hanya
bisa dilihat setelah puluhan tahun di suatu daerah yang sama, dan tahun 2016
ini GMT akan melintasi Indonesia. GMT terakhir di Indonesia terjadi pada tahun
1983. Kurang lebih 33 tahun kemudian GMT baru terlihat lagi, tepatnya pada tanggal 9 Maret 2016 nanti.
Jadi karena Palembang adalah yang paling dekat dari kota
tempat tinggal saya, otomatis Palembang masuk dalam daftar emergency tujuan
wisata berikutnya. Duh, kebayang ramainya suasana di Palembang nanti. Banyak
wisatawan mancanegara dan domestik yang akan tumpah ruah di sini. Ayo
teman-teman yang masih punya cuti banyak, sayang jika fenomena alam seperti ini
dilewatkan. Turis Jepang saja sudah jauh-jauh hari booking tempat untuk
mengamati GMT, masa kita ketinggalan. Penasaran melihat fenomena langka GMT? Yuk ah, meluncur ke Sumatera Selatan!
Referensi Artikel:
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan - Palembang Tourism, www.palembangtourism.com
2. Dinas Pariwisata Kota Palembang, www.dispariwisataplg.blogspot.co.id
3. Portal Resmi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, www.sumselprov.go.id
4. Portal Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan, www.sumsel.kemenag.go.id
wow, bnyak bgd ya mbak tmpat wisata di palembang, duuhhh jd pgn kesana
BalasHapusIya, ternyata banyak juga tempat wisata di Palembang. Jadi bingung ini pengen itu pengen.
HapusPaling keren itu loh, pagar alam, pasti sejjuk banget udaranya
BalasHapusKata temen sih Pagar Alam bagus banget. Cuma jangan pas musim hujan. kt y sih klo musim hujan kadang kabut menghalangi masuk lebih ke atas lagi. Saya juga jd pgn ke Pagar Alam...hehe.
HapusDuhhh tempat pertama yang jadi pingin saya kunjungi kalo ada duit
BalasHapusIya mbak Anisa...saya mupeng banget. Lagi rayu si abang nih supaya mau ke Palembang.
HapusSebagai pecinta sejarah dan alam, aku merasa malu karena belum pernah menjelajahi bumi Sriwijaya.
BalasHapusYa Mas..., paling suka kalau traveling sambil menggali-gali sejarah suata tempat. Terkadang banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Saya belum kesampaian ke Bumi Sriwijaya, pengen banget, secara sejarah panjangnya sebagai negara bahari dan kesultanan islam yang besar di nusantara.
Hapusaaahhh jadi pengen pulang kampung, inget dulu waktu gerhana matahari aku lagi di TK :)
BalasHapusSaya juga pengen Mbak ke Sumatera Selatan. Palembang dan Pagar Alam. Temen kantor promosinya meyakinkan banget. Pagar Alam indah nian katanya. Mupeng berat jadinya....Mudah-mudahan bisa kesampaian menginjak bumi Sriwijaya.
Hapusjadi pengen balik lagi ke palembang iniii..
BalasHapusyuk ke sana!
Hi Mbak...hayuuuk! Nekat ke Palembang walau ga kesusahan dapet hotel, xixixi.
Hapus