Satu hal yang saya amati
saat traveling jalur sutra bersama rombongan Gong Traveling adalah keindahan
mural street yang banyak bertebaran di kota-kota yang kami singgahi, sepanjang
Singapura - Malaka - Kuala Lumpur.
Tidak hanya mural dua dimensi, tetapi juga
murah tiga dimensi memanjakan para wisatawan yang gemar ber-selfie ria. Terus terang saya mengagumi kreatifitas-kreatifitas street art di kota-kota yang saya singgahi ini. Saya merasa mural atau lukisan dinding ini dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata.
SEJARAH MURAL
Mural berasal dari Bahasa
Yunani, murus, yang mempunyai arti dinding; maka mural, seperti yang kita tahu
merupakan lukisan atau gambar pada dinding, tembok, langit-langit atau
permukaan datar lainnya yang bersifat permanen. Mural dipercaya telah ada sejak
zaman prasejarah, dengan ditemukannya gambar-gambar pada dinding gua-gua yang
diperkirakan telah berumur puluhan ribu tahun.
Lukisan prasejarah di gua-gua,
banyak ditemukan di daratan Eropa, seperti gua Altamira di Spanyol, Chauvet
d'arch di Francis, El Castillo Cantabria di Spanyol, Lascaux di Francis. Yang
tak kalah menarik adalah penemuan lukisan prasejarah tertua di dunia ternyata
berada dalam gua karst di daerah Maros Pangkep, Sulawesi Selatan, yang
diperkirakan berasal dari zaman 40,000 tahun yang lampau. Artinya bahwa seni
melukis dinding telah dikenal nenek moyang kita. Dari fakta-fakta penemuan
inilah dapat disimpulkan bahwa mural telah dikenal sejak puluhan ribu tahun
lampau. Dan ternyata Indonesia boleh berbangga, karena perababan nenek moyang
kita tidak kalah dibandingkan benua lainnya.
Seni melukis dinding terus
mengalami perkembangan, dari mulai bentuk gambar sederhana seperti gambar
cetakan telapak tangan, kemudian gambar binatang seperti kuda, kerbau dan
lainnya, sampai kemudian menjadi semakin canggih baik dari segi gambar maupun
media yang digunakan untuk menggambar. Perkembangan di zaman modern, ada yang
menekankan pada gambar yang kita kenal dengan mural, dan ada yang lebih
menekankan aspek tulisan yang kemudian kita kenal dengan graffiti. Ternyata
berbeda ya antara mural dan graffiti, walaupun sebetulnya sama-sama
dikategorikan sebagai seni menggambar di dinding.
MURAL SEBAGAI PENYALUR KREATIFITAS DAN KOMUNIKASI
Di kota-kota besar, saat ini
mural tidak hanya sebagai media penyalur kreatifitas, ataupun penyampaian
komunikasi, tetapi juga telah menjadi ikon wisata. Mural tidak hanya terdapat
pada dinding-dinding kecil, mural telah meluas menghiasi setiap pojokan kota,
di sepanjang jalan, bahkan di trotoar. Sebetulnya masih agak bingung, apakah
lukisan-lukisan di trotoar juga termasuk mural. Kalau dari definisinya,
termasuk juga ya. Yang pasti ini semua termasuk kategori street art.
Kalau beberapa tahun lampau,
orang cukup puas dengan gambar dua dimensi, sekarang para street artis sudah
mengadopsi teknik tiga dimensi untuk lukisan-lukisan jalanan. Sering kan kita
melihat foto-foto yang tersebar di internet, lukisan di trotoar yang kelihatan
seperti sungguhan? Dan pasti kita berdecak kagum melihat kepiawaian menggambar
para street artis ini. Salah satu yang menjadi favorit adalah street artist
Julian Beever.
MURAL SEBAGAI DAYA TARIK KOTA WISATA
Kota Tua Malaka, Malaysia, tidak
terlalu besar. Kita bisa berkeliling jalan kaki ataupun menyewa sepeda yang
banyak terdapat di kawasan Jongker Street dan sekitarnya sambil menikmati
mural-mural yang bertebaran di setiap sudut kota. Harga sewa sepeda bervariasi,
sekitar RM 10 (Rp 30.000) seharian, atau setengah hari kira-kira RM 6 (Rp
18.000), atau bisa juga sewa per jam, dimana per jamnya kira-kira RM 2,5 (Rp
7.500). Dengan harga yang relatif murah ini, mata kita terpuaskan dengan
objek-objek wisata dan keindahan art street Kota Malaka.
Malaka mungkin memang
bukan kota mural street seperti halnya Berlin, San Paulo atau Melbourne, tetapi
buat saya yang belum pernah mengunjungi kota-kota yang terkenal sebagai city of
art street, Malaka cukup memuaskan mata saya. Sungguh menyenangkan berjalan di
lorong-lorong jalan kecil yang penuh mural dan graffiti ini. Ya, mungkin bagi
sebagian orang art street di Kota Malaka sedikit menghilangkan kesan kota
sejarah atau mungkin identik dengan vandalisme, tapi buat saya, graffiti dan
mural bisa disebut sebagai modern art, mempercantik dan menambah daya tarik
kota wisata, walaupun mural untuk disebut sebagai modern art juga kurang tepat,
karena seperti yang kita tahu sudah terkenal dikalangan nenek moyang kita zaman
dahulu.
Di Kuala lumpur, mural
ataupun graffiti tidak sebanyak di kota tua Malaka. Di sekitar China Town
menuju Kasturi Walk, terdapat beberapa lukisan 3D dan graffiti, menghiasi
bangunan-bangunan. Di pusat kota Kuala Lumpur, berjalan kaki menuju Tanah
Merdeka, juga ada 1 atau 2 mural 3D yang cantik. Langsung deh bawaannya selfie mode on. Jepret sana jepret sini.
Tidak hanya Singapura, Kuala Lumpur ataupun Malaka yang mempunyai mural untuk mempercantik kota.
Di belahan Eropa ataupun Amerika apalagi, tidak perlu diragukan, banyak street artist yang mempunyai kemampuan membuat hasil karya yang indah. Dan sepertinya, fenomena street art mural ini juga banyak di kota-kota lainnya. Seperti halnya di Taiwan. Ternyata di Taiwan banyak juga mural yang cantik-cantik. Saya sampai ngiler melihat mural yang dipamerkan Gol A Gong saat kunjungan literasi di Taiwan baru-baru ini. Gol A Gong berbagi kisah melalui facebooknya seputar keindahan mural Taiwan. 2 contoh gambar mural di Taiwan ini, sumbernya dari facebook Mas Gong. Keren kan? Duh, kapan ya saya mempunyai kesempatan berkeliling Taiwan? Semoga ada jalur baru Gong Traveling ke Taiwan ya, supaya bisa menyusuri kota-kota atau desa-desa di Taiwan dengan kecantikan muralnya.
MURAL DI INDONESIA
Sebetulnya Indonesia juga tidak
kalah kalau urusan street art ini. Di Bandung, di daerah kebun binatang
Bandung, dindingnya penuh dengan lukisan-lukisan lucu. Atau pada saat
peringatan Konferensi Asia Afrika beberapa bulan ke belakang, daerah Braga,
Asia Afrika dan sekitarnya, banyak tempat penuh lukisan. Saat itu, Bandung
berubah jadi Lautan Selfie. Hmmm..., sebetulnya gambar yang di Bandung ini bukan langsung menggambar di dinding sih, tapi media semacam plastik PVC yang bergambar. Hehe...ngga apa-apalah, saya sebut mural juga (maksa dot com).
Di kota Jogja yang
terkenal sebagai kota pelajar pun, konon kabarnya cukup banyak street art yang
bertebaran. Sayang saat berkunjung ke Jogja beberapa tahun lalu, saya kurang
memperhatikan seperti apa kehidupan street art di sana. Belakangan saya dengan
banyaknya street art yang terkena sensor.
Di Indonesia, street art
tidak hanya sebagai bentuk kreatifitas seni, tetapi juga kelihatannya sebagai
bentuk kritik terhadap kondisi sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga
tidak jarang mural, graffiti ataupun street art mengalami sensor. Juga
terkadang art ini terkontaminasi oleh bentuk-bentuk vandalisme, apalagi di area
situs sejarah. Ada baiknya mungkin jika street art ini diberi tempat dan
ditujukan untuk hal-hal yang positif. Sebagai contoh, kota tua Malaka. Bangunan
heritage tetap terjaga, dan street art dikembangkan di area-area tertentu tanpa
merusak bangunan warisan sejarah tersebut. Saya pikir jika street art bisa diberikan
tempat dan dikembangkan, para street art berkerjasama dengan dinas pariwisata
setempat, tidak menutup kemungkinan pariwisata akan berkembang. Lihat saja
Singapura, negara kecil yang menjadi destinasi favorit para wisatawan
mancanegara termasuk Indonesia. Singapura senantiasa bersolek, selalu ada
street art yang berbeda setiap kali berkunjung ke sana. Mungkin itu sebabnya, travel mania tidak pernah bosan untuk berkali-kali mendatangi negara tetangga tersebut, selain tentu saja infrastrukturnya yang bagus.
Hmmm...saya jadi
kepikiran, apa jadinya yak, jika setiap kota di Indonesia punya ciri khas
lukisan jalanan 3D yang bisa dijadikan ikon wisata? Seru kali yaaa...
Hmmm...jangan-jangan saya yang ndeso, bahwa mungkin sudah banyak kota di Indonesia yang menerapkan mural sebagai daya tarik bagi traveler. Ada yang tahu, kira-kira di kota mana saja ya, di Indonesia yang mempunyai street art mural yang keren?
Di sini belum ada yang gituan. Pingin banget deh ada.
BalasHapusIya, saya paling seneng kalau jalan2 nemu banyak street art kayak gini. Rasanya gimana gitu, colorful...
BalasHapusIya, saya paling seneng kalau jalan2 nemu banyak street art kayak gini. Rasanya gimana gitu, colorful...
BalasHapus