Awalnya ngga sengaja melihat wall post facebooknya Mas Gol A Gong mengenai rencana kedatangan komikus yang terkenal Beng Rahadian di Rumah Dunia, untuk memberikan workshop pembuatan komik strip untuk pelajar SMA dan sederajat. Nah, tiba-tiba teringat Azka yang suka menggambar adegan sehari-hari, yang kadang suka bikin ngakak sendiri pas saya ngintip sketch book-nya dia. Gimana saya tidak tersenyum-senyum, anak kelas 5 SD ini ternyata pandai juga melakukan observasi, ayahnya digambarkan sebagia sosok laki-laki berkopiah dan berjenggot. Lucunya, jenggotnya itu dilukiskan dengan garis pendek 3 biji berjejer. Artinya janggutnya jarang. Yah, memang masih gambar anak-anak, tapi buat saya, Azka bisa menggambarkan dengan detail saja saya sudah merasa senang. Karena ingat kesenangannya menggambar, akhirnya tanpa pikir panjang, saya reply postingannya Mas Gong, untuk mendaftarkan Azka, mengikuti workshop yang dilaksanakan tanggal 6 Desember 2015 di Rumah Dunia. "Boleh daftar untuk Azka ya Mas Gong," komen saya di facebook Mas Gong, "anggap anak bawang saja."
Saya tidak berharap dengan
mengikuti workshop ini, Azka akan langsung bisa membuat komik. Saya hanya
berharap Azka mempunya kegiatan dan bersosialisasi. Saya hanya berharap
kepercayaan dirinya akan terus meningkat dengan bersentuhan dengan
komunitas-komunitas seni. Saya hanya berharap Azka bisa mempunyai pilihan
yang banyak untuk melakukan sesuatu yang dia sukai. Dan kebetulan anaknya pun
sangat antusias ketika saya bilang saya sudah mendaftarkannya mengikuti
pelatihan komik strip Beng Rahadian dan Akademi Samali di Rumah Dunia. Adiknya
manyun mendengar kakaknya akan ikutan workshop komik strip. Akhirnya, saya
daftarin keduanya.
Hari yang ditunggu pun tiba. Jam
10 waktu Indonesia Bagian Rumah Dunia, workshop dimulai dengan perkenalan
terlebih dahulu dari Rumah Dunia dan Beng Rahadian serta Akademi Samali. Ada
satu hal dari sesi perkenalan ini yang membuatku sedikit tercenung, ketika Iful
dari Akademi Samali bertanya kepada peserta mengenai komik favorit. Ada yang
menjawab Doraemon, ada beberapa judul komik yang disebutkan yang notabene komik
luar. Terus terang tiba-tiba saya teringat masa kecil saya.
KOMIK – KOMIK YANG PERNAH NGE-HIT
Zaman saya dulu, saya terpuaskan
dengan komik-komik Indonesia, seperti karya R.A Kosasih. Rasanya tidak ada
satupun yang terlewatkan. Apalagi Bapak saya penggemar buku-buku persilatan dan
perwayangan. Baru kemudian mulai kenal dengan komik Asterik, Nina, Candy Candy,
Pop Corn, dan biasanya anak-anak cowok lebih senang City Hunter, walaupun
bacanya terkadang sembunyi-sembunyi. Setelah itu dunia perkomikan Indonesia semakin
diramaikan komik-komik Jepang, seperti detektif Conan, Kindaichi, Topeng Kaca, dan
lainnya. Tetapi tetap, cerita tentang perwayangan selalu menjadi nomor satu.
Waktu itu kalau tidak salah ada
beberapa tokoh komik menghiasi koran-koran seperti tokoh Ali Oncom, kemudian ke
sini mulai ada Panji Koming, dan lain - lain. Terakhir, komik yang saya tahu
adalah Benny & Mice dengan tokoh 3 manulanya yang ngocol dan kocak mengocok
perut.
Beng Rahadian sendiri terkenal
dengan tokoh Lotif (Abdul Selotif) yang tayang mingguan di Koran Tempo. Terus
terang saya kurang mengenal tokoh Lotif ini, padahal tokoh ini sudah ada sejak
4 tahun lalu, mungkin karena saya tidak berlangganan tau membaca Koran Tempo.
Nama Beng Rahadian sendiri sebetulnya tidak asing di telinga, tapi entah kenapa
saya melewatkan tokoh Lotif yang ternyata lucu dengan segala keluguan dan
caranya menafsirkan realita yang ada.
Itulah beberapa tokoh komik yang
sempat saya ikuti.
TENTANG AKADEMI SAMALI
Kembali ke workshop kartun
strip, Beng Rahadian tidak datang sendirian ke Rumah Dunia, tetapi juga
ditemani oleh kawan-kawan dari Akademi Samali yang berjumlah 3 orang.
Menurut Beng Rahadian, Akademi
Samali awalnya merupakan komunitas penggemar komik. Dari minat yang sama
tersebut akhirnya Beng dan kawan-kawan mendirikan tempat belajar membuat komik
dan komunitas pencita komik yang bernama Akademi Samali ini. Nama Samali ini
berasal dari nama jalan dimana markas Akademi Samali berada. Awalnya hanya
terdiri dari beberapa orang dan kemudian menjadi semakin besar. Akademi Samali
sendiri sekarang telah berkontribusi dalam perkomikan nasional.
Akademi Samali ini terbentuk
sejak tahun 2005. Akademi Samali juga rutin mengadakan pelatihan yang dapat
diikuti semua kalangan usia. Workshop Akademi Samali sendiri berada di Jalan
Mampang Prapatan XVI nomor 28 Jakarta Selatan 12760, telp. 021-7919-8858.
BELAJAR KOMIK STRIP DI RUMAH DUNIA
Peserta workshop membuat komik
strip Rumah Dunia ini ternyata bukan hanya datang dari kalangan sekolah
menengah atas saja. Ternyata banyak juga seumuran Azka dan Aisya yang ikut
mendaftar. Ada dari Taman Bacaan, ada yang perwakilan sekolah, ada juga dari
kalangan umum. Mereka rata-rata antusias mengikuti workshop komik strip ini.
Aula Rumah Dunia yang terbuka itu pun penuh dengan peserta.
Nah, karena kelompok usia yang
beragam ini, Beng Rahadian dan Akademi Samali membagi peserta menjadi 2
kelompok usia, di bawah usia 12 tahun dan di atas usia 12 tahun. Masing-masing
peserta bergabung sesuai dengan kelompok usianya. Metode yang digunakan dalam
workshop ini berbeda untuk kedua kelompok usia ini.
1. Kelompok Usia Di Bawah 12 Tahun
Kelompok usia di bawah 12 tahun
digabung dalam satu kelompok. Mereka diberikan 1 lembar kertas A4, dan diminta
membuat beberapa frame (kotak) dalam kertas tersebut, untuk melukiskan adegan
yang akan dibuat.
Mereka diminta menggambar adegan
di frame yang pertama, kemudian frame kedua dilanjutkan untuk diisi oleh teman
di sebelahnya. Aisya sempat protes, karena menurutnya dia sudah gambar
bagus-bagus di frame pertama, dan teman sebelahnya yang melanjutkan frame ke
dua malah asal-asalan. “Ih, Dede sebel, masa gambarnya dijelek-jelekin deh, Bu,”
cerita Aisya pas jeda istirahat makan siang. “Bukan dijelek-jelekin, kan
namanya juga belajar. Yang penting komiknya ceritanya mengalir,” hiburku, “kalau
begitu kan seru, nanti endingnya kan Dede ngga tahu, tergantung dari yang
nerusin gambar selanjutnya.” Aisya menggangguk-angguk tanda mengerti.
Sesi setelah makan siang,
untuk kelompok usia ini hanya tinggal beberapa gelintir, karena ternyata
anak-anak di Ciloang pada hari Sabtu siang harus sekolah agama. Jadi akhirnya
Azka dan Aisya belajar mewarnai dengan gambar yang dibuat oleh Saiful, salah
satu anggota Akademi Samali yang ikut datang ke rumah Dunia. Anak-anak
terkagum-kagum, katanya kok bisa membuat gambar ngga pake dihapus-hapus,
langsung pake spidol.
Oya, anak-anak pada awalnya memang suka meniru-niru untuk menggambar sesuatu. Banyak juga yang membawa komik seperti doraemon dan lainnya, tetapi hal ini wajar, sebagai latihan tidak apa-apa, nanti dengan berjalannya waktu, anak-anak akan menemukan karakternya sendiri.
2. Kelompok Usia Di Atas 12 Tahun
Kelompok usia di atas 12 tahun
pun dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dimana tiap kelompok berisi 4
orang peserta. Setiap peserta kemudian mendapatkan 12 potongan kertas polos
kosong kecil-kecil berbentuk persegi panjang.
Sama seperti halnya
kelompok anak-anak, setiap peserta di kelompok umur di atas 12 tahun ini,
diminta untuk membuat gambar adegan pada 3 potongan kertas. Kemudian 3 potongan
kertas ini ditransfer kepada teman sebelahnya, dan teman sebelahnya ini melanjutkan
3 gambar adegan berikutnya. Begitu seterusnya, sampai masing-masing peserta
mempunyai 12 potongan kertas berisi adegan yang telah lengkap.
Awalnya tak sedikit yang
kebingungan, tetapi kemudian masing-masing kelompok menjadi terbiasa. Anak-anak
menggambar dengan cukup bagus. Ada yang menggambar dengan tokoh mirip anime di
komik-komik, ada yang sudah mempunyai karakter sendiri. Yang pasti mereka
sangat semangat menggambar adegan demi adegan, sambil bercanda, tertawa riang
dan berdiskusi dan tanpa sungkan berdialog dengan Beng Rahadian.
“Tapi punya saya tanpa
dialog, hanya gambar doang,” celetuk seorang anak. “Tidak apa-apa, kan komik
ngga mesti ada tulisan kata-kata,” komentar Beng sambil berkeliling mengamati
masing-masing kelompok yang asyik menggambar di lantai aula.
Tapi, ada juga yang masih
tetap bingung atau mungkin merasa gambarnya tidak cukup bagus, sehingga yang
seharusnya 1 kelompok mempunyai 4 jenis cerita (4 orang x 12 potong adegan),
menjadi 1 kelompok 1 cerita. Ada juga yang 1 kelompok membuat 4 jenis cerita,
tetapi saat waktu selesai, mereka baru menyelesaikan 9 potong adegan. Dan
karena waktunya sudah sore, akhirnya Beng Rahadian bertanya, “9 itu, ceritanya
bisa dianggap selesai?” Anak-anak itu melihat 9 potong adegannya. “Oh, bisa! Bisa!”
serunya, setelah menyadari bahwa potongan adegan sudah lengkap membentuk
cerita.
Setiap orang kemudian
menggantung atau menempelkan 12 potongan adegan secara berurutan, sehingga
semua bisa ikut membaca jalan cerita komik strip tersebut. Hmmm...ternyata
anak-anak pada kreatif, ceritanya sungguh beragam, ada yang girly khas
romantisme remaja, ada yang misteri berhantu-hantu, ada yang juga mengangkat fenomena
perpolitikan sekarang. Berikut beberapa contoh hasil workshop membuat komik strip di rumah dunia. Bagus-bagus kaan?
Akhirnya, berakhir juga
workshop pelatihan membuat komik strip dengan Beng Rahadian dan Akademi Samali.
Waktu menunjukan pukul 15.00, dan perutku sudah penuh dengan berbagai macam
makanan dan minuman dari Solidarnos Cafe. Sambil menunggu anak-anak belajar,
emaknya duduk di Solidarnos Cafe sambil ngga berhenti makan dan minum. Ups,
besok dijamin jarum timbangan akan bergerak naik lagi deh. Ah, itu dipikirin belakangan deh, yang penting anak-anak happy.
Waaahh seru banget nih acaranya. Anakku pasti suka kalo ikutan. :D
BalasHapusiya mbak...seru, anak2 sih suka. pada seneng sama mas y yang dr akademi samali. baek kt y..gambar y bagus..xixi.
Hapussaya baru tahu ada kegi ini di RD. Saya dulu kurang suka baca komik mba, dan anak saya pun skrg ini gak terlalu suka komik :(
BalasHapuskirain hari minggu mbak Santi ke RD ke kelas menulis. udah berharap ketemuan sambil maksi di solidarnos...
Hapusudah kelar ya mbak kelas menulisnya?
seru banget acaranya coba ada kaya gini di semarang
BalasHapuswaah..salam kenal mbak. Semarang ya mbak? Duuuh, saya pengen banget ke Semarang.
Hapuspengen ikutan akademinyaaaa.
BalasHapuskece gt
sepertinya begitu mak. mas dan mbak y pinter2 gambar. pintar ngemong anak2 lagi...
HapusKeren mak, anakku juga suka gambar. Belum ada komunitasnya.
BalasHapusdi sini juga belum ada sih mak kyk y untuk komunitas belajar komiknya. cuma klo ga salah RD punya kelas menggambar rutin, hy sayangnya waktu kerja bukan di weekend. salam kenal mak.
Hapuskeren banget acaranya
BalasHapusRD mak yang bikin acara..xixi. salam kenal mak.
HapusAw, this was a very nice post. Finding the time and actual effort to create a very good article… butt what can I say… I procrastinate a lot and
BalasHapusdon't manage to get anything done.