Setelah sukses
membenamkan bukunya 99 Cahaya di Langit di jajaran best seller book sekaligus
mengangkatnya ke layar lebar dengan judul yang sama dan meraup lebih dari 2
juta penonton, Hanum Salsabila Rais, kembali menggebrak dengan Bulan
Terbelah di Langit Amerika. Nah, yang mengaku penggemar 99 Cahaya tentu tidak
ketinggalan membaca kelanjutan kisah petualangan Hanum dan Rangga di Bulan
Terbelah kan? Atau terlewat seperti saya? Duh, malu mengaku sebagai fans berat mengingat baru tahu novel ini ternyata telah diterbitkan sejak Mei 2014.
Dan, buat yang belum update kekinian
nih..., Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah judul novel best seller Hanum
setelah 99 Cahaya di Langit Eropa, dan merupakan buku fiksi terfavorit API
tahun 2014, selain penulisnya juga dinobatkan sebagai penulis terfavorit 2014.
Kalau di buku sebelumnya Hanum dan Rangga menjelajah Eropa, kali ini mereka
terbang ke benua yang dipercaya orang ditemukan oleh Christoper Columbus. Ya,
benua Amerika! Tepatnya, mereka menjelajah kota New York yang terkenal dengan
sebutan The City That Never Sleep. Hebatnya buku ini, menjungkirbalikan fakta
bahwa Columbus adalah penemu pertama benua Amerika. Ternyata jauh sebelum
Columbus menginjakan kakinya di benua yang disangkanya sebagai India ini, ada
ekspedisi pelayaran lain yang telah lebih dahulu singgah di sini yang membuat
kita terperangah saat mengetahui informasi ini. Setidaknya buat saya. Entah
untuk para penggemar sejarah.
Would The World Be Better Without Islam?
Dilatarbelakangi peristiwa Black
Tuesday, atau yang lebih dikenal dengan peristiwa nine eleven yang lebih sering
juga disingkat sebagai 9/11, novel ini menawarkan sensasi yang berbeda dengan
pendahulunya yang ternyata bukan pendahulu. Ya, draft novel ini ternyata telah
ada sebelum novel 99 Cahaya. Tetapi karena kesibukan dan fokus di 99 cahaya,
novel Bulan Terbelah tertunda proses penulisannya. Jadi bisa dikatakan Bulan
Terbelah adalah kakaknya 99 Cahaya. Jika di 99 Cahaya, Hanum dan Rangga
melakukan traveling keliling Eropa untuk napak tilas jejak-jejak kejayaan Islam
di Wina, Francis dan Spanyol, maka di Bulan Terbelah, Hanum dan Rangga
melakukan traveling lintas benua untuk menemukan jawaban would the world be
better without Islam? Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?
Mencari Kebenaran Di Balik Peristiwa Black Tuesday
November 2015, dunia dikejutkan
dengan peristiwa serangan terencana di pinggiran kota Paris, Francis.
Sedikitnya 129 orang tewas dan ratusan lainnya cedera. Serentak semua telunjuk
menuding ke arah Islam. Bukan hanya kali ini saja, Islam tercoreng oleh para pelaku
yang sama sekali tidak mencermikan sikap dan prilaku seorang muslim. 2001,
Amerika diguncang serangan terencana yang menghancurkan landmark kebanggaan New
York, World Trade Center Building, menara kembar yang menjulang tinggi, kokoh
berdiri di jantung kota. Tidak hanya itu, pelaku juga berhasil menerobos dan
menimbulkan kerusakan di pentagon. Negara adidaya sekelas Amerika, rasanya
memikirkannya pun sangat mustahil untuk menerobos pertahanan yang super kuat.
Sehingga wajar menimbulkan spekulasi bahwa peristiwa-peristiwa ini hanyalah
hasil konspirasi tingkat tinggi. Sampai sekarang pun tidak habis pikir, jika
seorang muslim yang betul-betul cinta kepada Allah dan Rasulnya akan melakukan
tindakan seperti ini.
Di novel Bulan Terbelah, Hanum
menjelajahi New York, untuk menemukan kebenaran bahwa peristiwa Black Tuesday
tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi non muslim, tetapi juga bagi muslim
sendiri. Bagaimana peristiwa ini menghancurkan tolerasi umat beragama di
belahan dunia mana pun. Membaca novel ini, membuat kita terhanyut, lembar demi
lembar menunjukan bahwa Islam adalah agama cinta yang universal. Beberapa fakta
menarik terungkap seputar founding father Amerika, Thomas Jefferson, yang
ternyata fasih berbahasa Arab serta tertarik mempelajari Al-Qur'an.
Alur demi alur dalam Bulan
Terbelah dibangun dengan cantik, dari potongan-potongan yang seolah berdiri
sendiri, pada bagian akhir akan terlihat kaitan demi kaitannya. Di sini saya
kagum, entah sengaja atau tidak, Hanum seolah ingin membangun pola pikir bahwa
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ada grand design-nya. Di mulai
sejak di Wina, Austria, ketika Hanum yang bekerja sebagai wartawati koran lokal di Wina, Heute ist Wunderbar, mendapat tugas dari bosnya Gertrud Robinson untuk
menuliskan artikel "Would the world would be better without Islam?"
Yang tentu saja langsung ditolak Hanum, karena artikel ini hanya akan memojokan
Islam, agama yang dianutnya. Tetapi akhirnya Hanum menerima tugas ini setelah
menyadari bahwa Gertrud menugaskannya supaya Hanum bisa menunjukan jawaban
sebaliknya dari pertanyaan itu. Untuk mendapatkan narasumber yang relevan,
Hanum terbang ke Amerika untuk menemukan korban dari pihak non muslim juga dari
pihak muslim. Di saat yang sama, Rangga, suaminya mendapatkan tugas seminar dan
membujuk seorang pebisnis terkenal yang menjadi filantropi di Amerika.
Kebetulan yang manis bukan? Well, dalam Islam tidak ada yang namanya kebetulan.
Semua sudah ada grand design. Pun ketika akhirnya Hanum harus terpisah dari
Rangga di Amerika dan terkepung dalam lautan pendemo yang menolak pembangunan
mesjid Ground Zero. Bagaimana Hanum bertemu dengan narasumber yang
diinginkannya, mengalir secara natural dari peristiwa ke peristiwa. Membuat
mata tak jemu membaca lembar demi lembar buku yang mempunyai tebal lebih dari
300 halaman ini. Puzzle demi puzzle disusun satu persatu, sehingga di bagian
akhir membentuk keseluruhan gambar. Terus terang, saya agak sukar menebak-nebak
kelanjutan ceritanya di setiap bab.
Membaca buku ini, membuat saya
bertanya-tanya dalam hati, apakah kejadian ini fiksi atau nyata. Mau tidak mau,
saya membayangkan Hanum dan Rangga yang sesungguhnya yang sedang menjelajah
Amerika. Semua yang dituliskan seolah-olah kejadian nyata yang mereka alami
selama di New York dan Washington. Saya bertanya-tanya, apakah sosok Azima
Hussein yang suaminya dituduh sebagai teroris yang terlibat dalam peristiwa
Black Tuesday ini, betul-betul ada di dunia nyata? Apakah tokoh-tokoh lain yang
saling terkait dalam lingkaran peristiwa Black Tuesday seperti Michael Jones,
Phillipus Brown, Anna, adalah sosok nyata? Hmmm...andaikan mereka sosok nyata,
alangkah bagusnya Hanum menuliskan detail dari setiap perasaan yang mereka
rasakan. Novel ini memang sangat menguras emosi. Satu waktu kita tertawa dengan
ulah Rangga yang selalu menggoda Istrinya; satu waktu nyengir mesem-mesem saat
baca pertikaian sayang Rangga dan Hanum di bis hop-on-hop-off; satu waktu kita
tertegun dengan fakta-fakta bahwa nilai-nilai Islam sebetulnya dianut oleh para
Founding Father Amerika; suatu waktu kita marah dengan deskriminasi yang
terjadi; satu waktu meneteskan air mata membaca kisah kehidupan Azima dan
Ibrahim; aaah, pokoknya semua perasaan bercampur aduk di dada.
Akankan Hanum berhasil menemukan
jawaban atas pertanyaan "Would the world be better without Islam?"
Bulan Terbelah diangkat ke Layar Lebar
Dan seperti halnya novel 99
Cahaya di Langit Eropa yang diangkat ke layar lebar, novel best seller Hanum
yang inipun akan dibuatkan versi filmnya dengan judul sama yang rencananya akan
di rilis di bulan September 2015.
Acha Septriasa & Abimana Aryasatya, pemeran Hanum dan Rangga |
Kalau melihat trailer filmnya,
sepertinya film ini akan seru dan menegangkan. Trailer dibuka dengan layar
gelap, disusul suara anak perempuan berbicara, "They only remember, he was
a monster." Duh, siapa yang dimaksud monster ini? Layar kemudian berubah,
seorang anak perempuan seperti blasteran Timur Tengah menarasikan tentang
ayahnya yang dituduh teroris:
They thought he was terrorist
In the 9/11 tragedy
They said the Qur'an, the book he read everyday
Cause this unpeaceful world
Disusul kemudian dengan wajah
berhijab Acha Septriasa di tengah kota New York, seolah dalam ketegangan.
Kemudian wajah seorang wanita yang disusul wajah stefan, teman Rangga yang
atheis, kemudian muncul Rianti Cartwright. Scene demi scene berganti,
menggambarkan denyut kota New York, tragedy 9/11, ditutup dengan wajah serius
Rangga yang bertanya, "would the world be better without Islam?"
Perbedaan Versi Novel dan Film
Sepertinya ada perbedaan dengan
versi novelnya, dilihat dari tokoh-tokoh yang muncul di trailer. Apa saja
perbedaannya?
1. Stefan bersama Rangga mengikuti seminar di New York
Di Novelnya sendiri, tokoh
Stefan hanya ada di Wina, tidak mengikuti Rangga untuk seminar di New York. Di
versi film, tokoh ini diceritakan ikut bersama dengan Rangga dan Hanum. Stefan
bertemu dengan pacarnya Jasmine di New York. Mereka pernah tinggal satu rumah.
Jasmine yang sangat menghargai komitmen, selalu menuntut untuk menikahinya.
Sayangnya Stefan selalu merasa tidak siap. Jadi selain menampilkan konflik
pasangan Hanum dan Rangga, versi film menampilkan konflik pasangan Stefan dan
Jasmine. Seru bukan?
2. Jasmine pacar Stefan yang tinggal di New York
Di website Bulan Terbelah di
Langit Amerika, terlihat ada tambahan peran baru yang tidak ada di versi novel,
yaitu sosok Jasmine. Siapa Jasmine? Saking penasarannya, saya buka kembali
novel Bulan Terbelah di Langit Amerika, untuk membuktikan tidak ada yang salah
dengan ingatan saya.
Dalam film, diceritakan Jasmine adalah pacar
Stefan yang merupakan warga kota New York. Dia mempunyai profesi sebagai
perawat di rumah sakit terkenal. Jasmine digambarkan sebagai sosok yang ramah
dan menghargai komitmen. Awalnya Hanum sedikit tidak nyaman mengetahui fakta
hubungan Jasmine dan Stefan. Tetapi kelak, Jasmine membantu Hanum dalam mencari
narasumber sesuai keinginan Hanum.
3. Dalam trailer, Hanum berhijab
Entah kenapa, ketika
membaca novelnya, terbayang Hanum ketika meng-explore Amerika, tidak mengenakan
hijab. Karena dari percakapan-percakapan dengan Michaels Jones, seorang suami
yang kehilangan istrinya pada peristiwa 9/11 dan Nyonya Collins, ibu Azima yang
menentang anaknya memeluk Islam, terpatri dalam benak, bahwa kedua orang ini
tidak mengetahui jika Hanum seorang muslim, kecuali Hanum sendiri yang memberi
tahu keduanya. Kalau sekiranya Hanum mengenakan hijab, sudah tentu dari awal,
Michaels Jones dan Nyonya Collins mengetahui bahwa Hanum adalah muslim. Tetapi
melihat trailer film Bulan Terbelah di Langit Amerika, terlihat Hanum
berlarian dengan panik di tengah kota New York, dengan berhijab. Sepertinya,
memang jalan ceritanya agak berbeda dengan versi novel, tetapi tidak merubah
alur utama cerita.
Jadi bagaimana akhir kisah
Rangga dan Hanum beserta Stefan dan Jasmine di film Bulan Terbelah di Amerika?
Saya juga penasaran, karena ada penambahan adegan yang tidak ada sebelumnya di
novelnya. Kalau novelnya sih, jangan diragukan lagi. Penyuka 99 Cahaya, pasti
akan tambah termehek-mehek setelah membaca Bulan Terbelah. Saya juga terkejut
dengan Rima Ariandaeus, sebagai bukti mukjizat Nabi Muhammad yang membelah bulan. Siapa
atau apa Rima Ariandaeus? Penasaran dengan versi novel dan versi film Bulan
Terbelah? Baca bukunya dan tonton film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang
rencananya dijadwalkan tayang pada 17 Desember 2015.
Selain trailer-nya,
poster film Bulan Terbelah di Langit Amerika telah dirilis, walaupun poster filmnya
sempat tidak diloloskan oleh Lembaga Sensor Film, dikarenakan bendera Amerika
yang jelas terlihat membalut kepala Acha Septriasa. Padahal menurut Hanum Rais
sendiri dalam facebook resminya menyatakan pihaknya menghargai keputusan LSF,
meskipun merasa tidak ada yang salah dengan poster Acha Septriasa berhijab
dengan lambaian bendera Amerika (bukan mengenakan hijab bermotif bendera
Amerika). Hanum Rais menyatakan bahwa bentuk lambaian bendera Amerika ini bukan
pelecehan, tetapi bentuk penghargaan. Tapi bukan berarti bentuk penghambaan
pada Amerika, tapi menunjukan bahwa masyarakat Amerika menghargai Islam dan
Islam juga berkembang pesat di Amerika.
Sambil Menunggu Penayangan, Ikut Lomba Bulan Terbelah di Langit Amerika Yuk!
Duh, rasanya tidak sabar menunggu 17 Desember, untuk menonton yang disebut sebagai film termahal Maxima Picture Production ini di bioskop. Apalagi dengan banyak bertaburkan bintang-bintang papan atas dan sutradara terkenal Rizal Mantovani. Akankan versi film sama serunya dengan versi novel atau malah lebih seru? Oya, sambil menunggu filmnya tayang, ngga ada salahnya ikutan lomba Bulan Terbelah di Langit Amerika. Hadiahnya iphone 6 plus lho. Untuk mengikuti kuisnya, bisa di follow instagramnya Bulan Terbelah, juga follow facebooknya Hanum Rais, atau di www.bulanterbelah.com yang merupakan website resmi Bulan Terbelah di Langit Amerika. Di situ lengkap kok detail cara mengikuti lombanya. Siapa tahu rejeki nyangkut di kita, ya ngga? Klik gambar di bawah untuk ikutan ya.Sumber foto:
1. Website bulan terbelah di langit Amerika, www.bulanterbelah.com, dan
2. Facebook Hanum Rais
Wah nonton ah... semoga filmnya bagus, sebagus novelnya.. dan sebagus film 99 cahaya di langit eropa.. makasih mba review novel bulan terbelah di langit amerika..
BalasHapusiya nih saya juga pengen nonton. penasaran apakah seseru bukunya....
Hapus