Source Picture: Clipartsheep.com |
Bagi mommy yang full time di rumah, sangat memungkinkan untuk memberikan ASI
ekslusif. Berbeda halnya dengan ibu bekerja, yang harus kembali ke rutinitas
pekerjaan di kantor setelah 3 bulan cuti melahirkan. Nah, mungkinkan ibu
bekerja memberikan ASI ekslusif?
Mungkin sekali mom! Sudah banyak
wanita yang kembali bekerja, berhasil membuktikan untuk memberikan ASI ekslusif,
nutrisi yang penuh gizi, bagi balitanya. Ibu bekerja, memerah ASI di tempat
kerja, untuk kemudian dibawa pulang.
Rempong ngga sih memerah ASI di kantor? Bisa iya bisa tidak. Tergantung
dari kesiapan para mommy. Kesiapan bukan berarti siap peralatan untuk memeras
ASI, tetapi juga tekad dan pengetahuan. Dahulu, saat kelahiran anak pertama,
terus terang awalnya saya pikir, menyusui adalah hal yang tidak perlu dipelajari.
Tetapi ternyata saya salah, menyusui ternyata tidak semudah yang saya
bayangkan. Sampai akhirnya si bayi frustasi, saya pun frustasi. Anak pertama
saya hanya minum ASI selama 6 bulan, itu pun mix dengan formula. Berkaca dari pengalaman yang pertama, saya pun
mempelajari seluk beluk ASI, pada kelahiran anak kedua. Alhamdulillah, bisa
memerikan ASI ekslusif, dan menyusui sampai 2 tahun.
Perjuangan banget ngga sih? Jelas mommy, perjuangan sekali, layaknya para
pahlawan yang memanggul senjata ke medan juang. Hanya bedanya di sini mommy
tidak membawa pistol sebagai senjata, tetapi mommy membawa gadget memerah.
Apalagi kalau telat memeras ASI, dan terjadi blockage di saluran air susu,
aduuuh...nikmatnya luar biasa, Alhamdulilah. Belum lagi kalau suasana hati yang
suram, karena stress banyak kerjaan, atau takut keburu dipanggil Pak Bos,
dijamin deh malah tambah lama waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan ASI.
Sebanding ngga perjuangannya dengan manfaat
yang diberikan? Menurut saya sih sebanding, banyak manfaat dari memerah ASI di
tempat kerja. Coba kita lihat manfaatnya...
1. Menyediakan nutrisi terbaik untuk bayi
2. Kedekatan akan tetap terjaga walaupun mommy dan bayi terpisah
selama bekerja.
3. Hemat mom, karena tidak mesti membeli susu formula.
4. Mengurangi resiko kesehatan sehubungan dengan pemberian formula.
Ada lho, bayi yang alergi formula.
5. Mengurangi pekerjaan juga, karena bayi yang diberi ASI ekslusif
jarang sakit. Kebayangkan kalau bayi atau anak sering sakit? Mommy pasti jadi
banyak begadang :)
Sekarang, memeras ASI telah menjadi
kekinian. Setiap mommy pasti bangga
membawa sekantung oleh-oleh berisi botol-botol susu di sore hari. Belum lagi,
di zaman kondisi ekonomi yang sedang mengalami perlemahan seperti saat ini,
pasti sangat membantu.
"Hemat, Mbak. Kebayang deh kalau harus
membeli susu formula di hari gini," kata seorang ibu muda dari 2 balita.
Bagaimana Cara Memeras ASI?
Lain busui (ibu menyusui), lain pula teknik
yang digunakan untuk memeras ASI. Di pabrik kebetulan ada 3 orang busui yang
sangat bersemangat untuk tetap memberikan ASI ekslusif walaupun mereka bekerja
meninggalkan bayinya seharian. 3 busui ini memiliki cara yang berbeda-beda.
"Awalnya karena pompa ketinggalan,
terpaksa manual. Eh, sekarang malah lebih gampang manual menggunakan tangan,"
jelas Indah, ibu muda dengan 2 orang anak.
"Kalau memeras menggunakan tangan,
sakit," kata Mimin, ibu muda yang baru saja melahirkan bayi laki-laki,
"lebih cepat pakai pompa elektrik," lanjutnya.
Sedangkan Eka, ibu muda dengan 3 orang anak,
lebih memilih menggunakan pompa manual untuk memeras ASI.
Nah, mau teknik yang mana pun sebetulnya
selama busui nyaman sih, ngga masalah. Buktinya busui-busui ini bisa
menghasilkan ASI yang cukup banyak. Bahkan Indah sudah bisa membantu bayi lain
yang memerlukan ASI.
Yuk, kita intip masing-masing metoda yang
digunakan para busui ini!
1. Metode Manual, Teknik Marmet
Metode manual adalah memeras ASI secara manual, alias menggunakan tangan. Keuntungan dari metode manual ini adalah adanya kontak langsung antar permukaan kulit, yang memungkinkan stimulasi atau rangsangan sehingga ASI dapat keluar alamiah (let down reflex).
Teknik yang banyak digunakan untuk memeras
ASI adalah teknik marmet. Teknik marmet ini ditemukan oleh seorang ibu dan konsultan laktasi, Chele Marmet.
1. Posisi: jempol dan dua jari pertama (telunjuk dan tengan) diletakkan di
payudara, sekitar 2,5 – 2,75 cm, dari puting. Bukan dari tepi luar areola
(lingkaran hitam), karena ukuran areola biasanya berbeda-beda pada setiap wanita.
Letakan jempol pada posisi jam 12, sedangkan dua jari lainnya apa posisi jam 6,
membentuk huruf “C”. Jempol dan kedua jari membentuk garis sejajar dengan
puting.
2. Dorong: ke arah dinding dada. Hindari jari-jari meregang terpisah. Untuk
payudara yang besar, pertama-tama angkat kemudian dorong ke arah dada.
3. Gulung: jempol digulung ke depan, ubah tekanan dari jari tengah ke jari
telunjuk pada saat jempol menggulung ke depan. Gerakan menggulung dari jempol
mensimulasikan gerakan mirip ombak dari lidah bayi dan tekanan dua jari lainnya
mensimulasikan langit-langit bayi. Video berikut bukan pornografi yaaa..., tapi bagaimana melakukan teknik Marmet untuk memerah ASI.
2. Pompa
Pompa untuk memeras ASI ada yang
manual ada pula yang elektrik. Mana yang lebih baik? Hal tersebut juga
tergantung dari kenyamanan masing-masing ibu. Ada yang tidak suka menggunakan pompa
elektrik, karena terlalu kencang daya hisap sehingga menimbulkan rasa sakit.
Dulu saya mencoba menggunakan pompa manual sampai elektrik. Pompa manual yang
saya gunakan adalah model jadul sekali yang berbentuk corong kaca dengan
bulatan merah di ujung corong. Duh, tapi ngga tahan lama, bukannya air susu
yang keluar, yang ada malah sakit. Akhirnya beralih ke pompa elektrik.
Dulu 8 tahun lalu, saat menggunakan pompa
ASI elektrik, terlebih dahulu merangsang saluran susu dengan menggunakan
sentuhan, pijitan tangan atau lap menggunakan air hangat, sampai air susu
menetes. Pasa saat itu, dipompa menggunakan pompa listrik. Hasilnya, botol
lebih cepat penuh.
Peralatan-Peralatan yang diperlukan
1. Botol susu untuk tempat menampung ASI
2. Botol kaca untuk menyimpan ASI
4. Pompa ASI (elektrik atau Manual)
5. Tissue
6. Cooler atau tas yang bisa menahan suhu (mirip tas es krim).
7. Kulkas, untuk menyimpan ASI
8. Segelas air putih hangat untuk minum
9. Handphone untuk menyetel musik :)
Tips Menghasilkan ASI Banyak
1. Minum banyak air, usahakan minum air putih 8 gelas per hari
2. Susui bayi ASI sesering mungkin. Semakin sering bayi menyusu, ASI
akan semakin banyak diproduksi. ASI diproduksi berdasarkan prinsip supply dan
demand. Semakin sering dikeluarkan, ASI akan semakin melimpah.
3. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Busui memerlukan minimum 1.800
kalori per hari
4. Pijatan lembut pada payudara. Pelajari teknik memeras ASI yang
benar. Katanya, jika masih meninggalkan memar pada kulit payudara, berarti
teknik memeras masih kurang benar.
5. Menyusui bayi dengan teknik yang benar. Posisi menyusui yang
salah, hanya akan membuat bayi frustasi karena ASI tidak keluar atau keluar
terhambat. Pada akhirnya bayi sedikit menyusui yang otomatis akan mengurangi
produksi ASI.
6. Perah ASI, setiap 2 jam sekali. Perah ASI sebelum dan sesudah bayi
menyusui. Jangan khawatir payudara yang lembek tidak mengandung ASI. Justru
isapan bayi akan merangsang ASI berproduksi kembali. Terkadang, beberapa ibu memeras ASI sebelum
beranjak tidur.
7. Bagi ibu bekerja, perahlah ASI seminggu sebelum mulai masuk kerja.
Seperti hanya keponakan suami, yang rajin memeras ASI walaupun berada di rumah.
Katanya, untuk persiapan saat masuk kerja. Dan hasilnya? ASI-nya berlimpah
ruah.
8. Hindari penggunaan dot. Pada saat bayi lahir, banyak yang
berpikiran bahwa ASI belum keluar. Ternyata, produksi ASI memperhitungkan
kebutuhan bayi. Bayi yang baru lahir tidak memerlukan ASI yang banyak, karena
ukuran lambung bayi kecil sekali, seukuran biji kedelai. Untuk membedakan ASI
sudah keluar tidaknya, perhatikan pup bayi, jika berwarna kuning terang,
artinya ASI sudah masuk. Bila berwarna coklat, berarti bayi minum susu formula.
9. Rileks, tidak stress. Stress dapat menghambat produksi ASI, karena
ASI dipengaruhi secara hormonal. Jadi usahakan pada waktu memeras ASI, pikiran
senang.
Kisah Di Balik Busui Sukses Memeras ASI
Cooler tempat menyimpan botol ASI |
Pompa elektrik, salah satu jenis pompa ASI |
Tapi ada repotnya juga kalau
seperti ini. Kebayang kalau botolnya sama, disimpan dalam kulkas yang sama.
"Oh, tidak! Botol ASI kita ketukar!"
"Kemarin kayaknya botol ASI
ku kebawa."
"Masa sih? Oya? Waduh! Bagaimana dong? Sudah di campurin," ibu muda yang satu panik, mukanya tegang. "Gimana dong, Mbak?
"Ya, gimana, kan udah kecampur," ibu muda satunya menenangkan.
"Masa sih? Oya? Waduh! Bagaimana dong? Sudah di campurin," ibu muda yang satu panik, mukanya tegang. "Gimana dong, Mbak?
"Ya, gimana, kan udah kecampur," ibu muda satunya menenangkan.
Hmmm...untungnya bayi-bayinya
sama jenis kelaminnya, laki-laki. Bagaimana coba seandainya kalau bayinya
berlainan kelamin? Jadi saudara persusuan donk, yang artinya haram dinikahi.
Itu sih gampang. Dengan
menerapkan prinsip labeling yang baik tentunya.
Akhirnya, setelah pengalaman
botol ASI tertukar, setiap busui menandai botolnya masing-masing. Ada yang
sederhana dengan cara menuliskan menggunakan spidol, ada juga yang menggunakan
label cantik di botol susunya. Well, yang manapun pilihan label yang digunakan,
yang penting adalah identifikasi, sehingga memudahkan untuk first in first out.
Selalu ada cerita dibalik busui
bekerja. Bagaimana pengalaman breast feeding
teman-teman?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.
Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID