Tape Kuningan (forum.detik.com) |
Kota kecil yang
terletak di bawah kaki Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat, selain
menyimpan potensi wisata sejarah, wisata agraris dan wisata permainan juga
menyimpan segudang potensi wisata kuliner. Sebut saja hucap, makanan ketupat
dan tahu berbumbu kacang; jenifer, minuman segar jeruk nipis peras; serabi,
penganan dari tepung beras yang gurih; rengginang dan opak ketan, penganan
kering yang terbuat dari beras dan ketan; dan tape ketan yang legit laksana
madu. Tape ketan yang berasal dari kota tempat perundingan Linggarjati pernah
dilangsungkan ini mempunyai ciri khas tersendiri dan telah menjelajah negeri.
Cerita sedikit
mengenai olahan beras, singkong dan zat gula lainnya yang difermentasi, sebetulnya hal
ini telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Fermentasi karbohidrat dalam waktu
yang lama dapat menghasilkan alkohol dengan kadar tertentu. Tidak hanya di
Indonesia, di negara lain pun seperti Jepang, Cina, olahan fermentasi banyak
ditemukan. Lihat saja di film-film laga Jepang atau Cina yang berlatar belakang
zaman para pendekar-pendekar sakti, sering dijumpai adegan di kedai-kedai tuak
beras. Fermentasi karbohidrat awalnya akan merubah zat tepung ini menjadi gula
yang rasanya manis, jika fermentasi terus dilanjutkan maka gula akan berubah
menjadi alkohol (etanol).
Tape ketan
Kuningan terbuat dari beras ketan putih yang difermentasi ragi. Beras ketan
yang telah dibersihkan, kemudian dikukus dengan air yang telah dicampur ekstrak
daun katuk. Setelah matang, ditaburi ragi secara merata. Bahan tape yang
berwarna hijau tersebut kemudian dibungkus menggunakan daun jambu dan disusun
dalam ember hitam. Biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menjadi tape. Pada
umumnya, rasa tape manis setelah waktu fermentasi 3-4 hari (tergantung
temperatur). Jika rasa tape sudah berasa pahit di lidah atau rasa sedikit tidak
enak ditenggorokan, itu merupakan salah satu ciri bahwa proses fermentasi gula
menjadi alkohol sedang berlangsung pada tape tersebut.
Olahan beras
ketan putih khas Kuningan yang berwarna kehijauan alami dari daun katuk ini mempunyai
citarasa yang legit dan manis. Penganan yang satu ini biasanya menjadi salah
satu hidangan favorit pada Hari Raya Lebaran atau Hari Raya Idul Adha. Sangat
cocok dinikmati dengan semangkuk es krim di cuaca yang terik. Yummy!
Tapi bagaimana
dengan kandungan gizi tape beras ketan putih ini? Mari kita jelajah gizi yang
terkandung dalam 100 gram tape ketan ini.
Ternyata tape
ketan ini selain rasanya yang lezat terdapat manfaat lainnya yaitu sebagai
penyeimbang gizi karena tape ketan banyak mengandung vitamin yang diperlukan
untuk menjaga stamina tubuh. Dalam 100 gram olahan beras ketan ini terkandung
energi sebesar 172 kcal, protein 3 gram, karbohidrat 37,5 gram, lemak 0,5
miligram, kalsium 6 miligram, fosfor 35 miligram, dan zat besi 0,5 miligram.
Selain itu mengandung vitamin B1 0,04 miligram.
Tape Kuningan (viva.co.id) |
Fermentasi tape
dikatakan dapat meningkatkan kandungan vitamin B1 (thiamine) sampai 3 kali lipat (Applied
and Environmental Microbiology, May 1977, volume 33 (5):1072-73), dimana thiamine
ini diperlukan oleh sistem syaraf, sel otot, sistem pencernaan agar dapat
berfungsi dengan baik. Thiamine disinyalir dapat mengoptimalkan fungsi otak dan
meningkatkan memori dan konsentrasi serta berperan dalam mengurani stress.
Kekurangan vitamin B1 juga dapat menimbulkan lemahnya myelin yang berperan
sebagai lapisan pelindung syaraf. Vitamin B1 juga disebut-sebut dapat
meningkatkan selera makan sehingga menjamin kecukupan nutrisi untuk tubuh. Yang
tidak kalah pentingnya thiamine ternyata mempunyai peran dalam produksi acetylcholine
yang merupakan neurotransmitter yang juga berguna dalam sistem kardiovaskuler.
Konsumsi tape
dalam batas normal juga disinyalir dapat mengurangi aflatoksin dari tubuh. Tape
juga mengandung berbagai macam bakteri baik untuk tubuh dari proses fermentasi
ragi, sehingga tape bisa tergolong ke dalam golongan sumber probiotik. Cairan
manis tape ketan yang dihasilkan dari fermentasi ragi diketahui juga mengandung
bakteri asam laktat yang dapat melindungi dari pencemaran bakteri fatogen
dengan cara memproduksi bakteriosin, sehingga bakteri fatogen yang dapat
merusak makanan dan berbahaya bagi kesehatan manusia dapat dihambat; dengan
demikian makanan pun lebih terjamin keamanannya. Selain itu bakteri asam laktat
juga berguna dalam meningkatkan nutrisi makanan, mengontrol infeksi pada usus,
meningkatkan pencernaan laktosa, mengendalikan tingkat kolesterol dalam darah.
Walaupun
mengandung kandungan gizi yang mencukupi, tetapi konsumsi tape harus
terkendali, konsumsi yang berlebihan malah akan menimbulkan efek yang merugikan
terhadap pencernaan. Segala sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik bukan?
Daun katuk yang
digunakan dalam proses pengolahan tape ketan Kuningan mempunyai manfaat dapat
meningkatkan absorpsi saluran pencernaan. Mungkin itu sebabnya, memakan tape
ketan Kuningan tidak menyebabkan sakit perut. Daun katuk kaya akan kandungan
klorofil atau zat hijau daun yang dapat berfungsi untuk membersihkan jaringan
tubuh; sumber vitamin A yang diperlukan untuk pertumbuhan sel; sumber kalsium
juga mengandung zat besi yang berperan dalam pembentukan sel darah.
Pembuatan tape
ketan sendiri harus dilakukan dalam kondisi higienis. Kotor sedikit akan
berpengaruh terhadap pembuatan tape, terutama rasa manis yang dihasilkan. Dulu,
ketika mengamati tante membuat tape ketan ini, segala sesuatu harus dalam
keadaan bersih dan kering, bahkan beras ketan yang telah dikukus pun tidak
boleh terkena tangan langsung, dan menggunakan sendok untuk membungkusnya satu
persatu. Tape yang diproses dengan penuh kehati-hatian dan higienis akan
menghasilkan rasa manis yang legit seperti madu. Oleh sebab itu tidak heran
jika di Kuningan tape ketan ini sering disebut tape ketan madu, tiada lain
karena rasa manisnya yang semanis madu.
Tape ketan Kuningan telah menjadi favorit oleh-oleh dari Kuningan Kota Kuda. Terkenal di area Kuningan, Cirebon dan Majalengka. Setiap orang yang mengunjungi daerah Kuningan atau para pemudik pasti akan membawa pulang oleh-oleh yang satu ini. Orang Kuningan pun banyak yang tinggal di perantauan, sehingga tape Kuningan, tape ketan probiotik ini pun telah menjelajah negeri. Hmmm..., jadi ingin pulang kampung deh.
Jelajah Gizi SariHusada, Nutrisi Untuk Bangsa
Wiuh.... mantap tuh, Mbak...
BalasHapuskira2 tahan berapa lama ya??
kalau sudah matang biasanya sih ditaruh di kulkas untuk menghambat laju fermentasinya. ngga pernah merhatiin sih berapa lama. biasanya kalo kecium tajem banget, ngga makan lagi. tp ada juga yang suka dikukus lagi.
BalasHapusMemang enak tuh untuk disantap ketika lebaran, keluarga besar saya di rumah sering menghidangkan ketan dan tape kayak di atas hehe. :D
BalasHapusYup...selalu kangen sama makanan khas satu ini. Apalagi sama ember hitamnya..xixixi.
Hapusterimakasih atas informasinya , di tunggu postingan selanjutnya
BalasHapus