Sudah beberapa
hari ini, pesawat tempur hilir mudik di angkasa Banten, tepatnya di langit
Cilegon. Pesawat-pesawat tersebut terbang rendah, sehingga badan pesawat
terlihat jelas dengan kasat mata. Suara mesin pesawat menderu membelah langit,
kemudian menghilang dibalik awan. Tak lama, helikopter pun muncul menyusul. Ada
apakah gerangan? Mengapa aktivitas TNI meningkat di ujung Barat Pulau Jawa ini,
hati bertanya-tanya. Aah, rupanya HUT TNI ke 70 akan dipusatkan di perairan
Merak.
Parade
peralatan tempur TNI telah mengundang rasa ingin tahu masyarakat, termasuk aku.
Yaaa, sifat dasar manusia memang kepo! Aku bersikeras meminta diantar melihat
kegiatan persiapan HUT TNI ke 70, begitu mendengar peralatan tempur TNI mulai
berdatangan dan dipamerkan kepada masyarakat di dermaga peti kemas Indah Kiat,
Merak, Cilegon, Banten.
Antusias Warga Menyambut HUT TNI Ke-70
"Duh, buat
apa liat peralatan tempur?" Tanya ayahnya anak-anak, sedikit kesal karena
perjalanan menuju Merak sangat padat, "tuh lihat! Orang Merak bingung
lihat kita bermacet-macetan seperti ini. Pasti mereka lagi mikir, mau liat apa
orang-orang ini," lanjutnya sambil menunjuk orang-orang yang nongkrong di
pinggir jalan, melihat kemacetan.
"Iiih,
udah sih jangan berisik," aku manyun, ke Merak yang biasanya hanya memakan
waktu 30 menit, sekarang sudah 2 jam masih terjebak dekat dermaga pelayaran
kapal feri. Sepertinya tidak hanya penduduk yang tinggal di Merak yang
antusias, tetapi juga Cilegon dan sekitarnya. Hari mulai gelap, duh apa yang
mau dilihat kalau sudah gelap begini? Foto-foto pun kalau memakai kamera
handphone pasti jeleknya di tengah kondisi minim cahaya. Eits, tunggu,
hmmm...sepertinya waktu yang tepat untuk menjajagi kecanggihan kamera handphone
LG nih. Betul, betul.
Benar saja,
kondisi sudah gelap saat tiba di dermaga peti kemas Indah Kiat, tepat jam 7
malam, setelah mampir sebentar di mesjid pinggir jalan untuk sholat magrib.
Tetapi, masih tampak geliat penduduk di tempat ini. Masih banyak yang
berdatangan, melihat tank-tank tempur TNI yang berjejer rapih dan sibuk berfoto
ria. Anak-anak kecil kesenangan, berlomba menaiki kendaraan-kendaraan tempur
TNI. Kaki-kaki kecil mereka lincah menari di atas lempengan baja itu. Ada juga
yang ketakutan, tapi penuh rasa penasaran ingin menaiki kendaraan tempur
tersebut.
Beberapa foto
berhasil kuambil ditengah minimnya cahaya. Kondisi malam hari menampilkan efek
yang berbeda dibanding pengambilan di siang hari. Not bad! Untuk ukuran kamera
handphone, kualitas gambar yang dihasilkan bagus.
Lapangan luas
ini penuh dengan kendaraan tempur TNI, ada tank amfibi, kapal selam, tank baja,
dan lainnya. Yang pasti, bagi ini sangat menuntaskan rasa ingin tahu masyarakat
sipil yang penasaran ingin melihat lebih dekat kendaraan tempur TNI yang selama
ini hanya bisa dilihat melalui media.
"Waaah,
ada KRI Banjarmasin!"
"Mana? Mana?"
"Itu! Kapal yang paling besar!"
"Mana? Mana?"
"Itu! Kapal yang paling besar!"
Oh, ini toh KRI
Banjarmasin buatan PT. PAL itu? Kapal perang yang pernah berhasil melintasi
zona merah Teluk Aden, Somalia? Kapal yang pernah berhasil dalam misi
pembebasan kapal yang di sandera para perompak Somalia? Yang pernah berhasil
menyelamatkan kapal milik Arab ini ada di hadapan kita?
"KRI
Banjarmasin lebih besar dari KRI Teluk Bintuni ya, Bu?" Aisya menunjuk KRI
Teluk Bintuni yang bersandar di ujung seberang.
"Itu KRI
Teluk Bintuni, kapal perang jenis pengangkut buatan PT. Daya Radar Utama (DRU),
buatan bangsa Indonesia lho," jawabku, "ada yang tahu kenapa
dinamakan Teluk Bintuni? Ada dimana Teluk Bintuni itu?"
"Mana Caca
tahu," jawab Azka sambil mengangkat kedua bahunya.
"Euh, itu mah Ibu juga tahu."
"Euh, itu mah Ibu juga tahu."
KRI Teluk Bintuni
termasuk jenis kapal perang Landing Ship Tank (LST), didesign supaya bisa
mengangkut Main Battle Tank (MBT) Leopard milik TNI AD yang berat. Menurut
kabar, KRI Teluk Bintuni bisa mengangkut 10 MBT, 2 helikopter, dan masih bisa
mengangkut 300-an pasukan marinir, 100-an kru kapal, juga peralatan logistics.
Kapal perang ini juga dilengkapi dengan persenjataan.
Semakin malam,
masyarakat tambah berdatangan, apalagi malam ini malam minggu. "Uakeh
kapal perang ning kene. Merene bae!" Terdengar seorang bapak berbicara
dalam bahasa Jawa-Serang (Jaseng) di telepon gengam, meminta entah kawannya
atau kerabatnya untuk datang ke sini. Para tentara bersabar meladeni antusiasme
masyarakat. Termasuk melayani permintaan berfoto bersama. Aisya dengan berani,
mencegat seorang TNI dan meminta berfoto bareng.
"Pak, lagi
sibuk ngga? Aku mau foto bareng," katanya polos, yang disambut ramah para
tentara tersebut. Berhasil satu, semakin menambah rasa percaya dirinya
mengobrol dengan para tentara.
"Ini apa
Pak?" Aisya bertanya pada seorang pria yang memakai kaos bertuliskan
"Pasukan Katak" pada punggungnya.
"Ini De?
Ini mobil," ada nada menggoda di suaranya, melihat Aisya bengong, dia
melanjutkan, "nah, yang ditarik di belakang mobil ini, namanya kapal
selam."
"Oooh...,
kapal selam," kata Aisya, kemudian berkeliling mengitari kapal selam yang
bertambah hitam di gelapnya malam. Aku juga baru tahu, ini toh kapal selam itu.
Kecil. Kapal selam jenis apa yak? Hanya periskop panjang yang menunjukkan bahwa
itu memang kapal selam, selebihnya bingung, apa orang muat menaiki kapal selam
ini.
Beranjak ke
tempat lain, dia pun bertanya, "Pak, ini namanya apa?"
"Ini namanya multilaras, bisa satu-satu nembaknya, atau bisa banyak sekali tembak," jawabnya. "Itu lho, De, mirip mercon," tambah temannya menambahkan. Aisya mengangguk-anggukan kepalanya. Lucu melihat gayanya. Haha.
"Ini namanya multilaras, bisa satu-satu nembaknya, atau bisa banyak sekali tembak," jawabnya. "Itu lho, De, mirip mercon," tambah temannya menambahkan. Aisya mengangguk-anggukan kepalanya. Lucu melihat gayanya. Haha.
Malam makin
larut, jam 9 malam, KRI Banjarmasin menurunkan tangganya. Aktifitas ini tidak
lepas dari tontonan masyarakat. Para tentara berbaris, siap memasuki KRI
Banjarmasin. "Kami bermalam di dalam kapal, Bu," jelas salah seorang
tentara, "sampai hari Senin, puncak peringatan HUT TNI."
Hmmm...penuh
perjuangan sekali ya, bapak-bapak ini. Selalu harus siap berhari-hari, bahkan
mungkin berbulan-bulan, jauh dari anak, istri dan kerabat demi tugas negara.
Terlihat sambil
menunggu kapal menurunkan anak tangga, para tentara saling bercanda. Ada yang
duduk-duduk dekat kendaraan tempur, ada yang riuh rendah bergurau saling
dorong. "Lagi ngapain itu Bu? Kok ramai banget," tanya Azka keheranan.
"Ya, bercanda. Sama aja kayak Caca bercanda dengan teman," jawabku.
"Kirain yang suka bercanda dorong-dorongan, anak-anak aja, Bu,"
katanya lagi. "Tentara juga manusia kali, Ca. Mereka juga suka bercanda,
berteman, ramah," jelasku. "Kirain Caca mah, tentara itu galak-galak,
Bu," bisiknya pelan. Oalah, pantes dari tadi mengkeret aja, rupanya takut
sama tentara.
"Kita ngga
bisa naik KRI Banjarmasin ini ya Pak?" Tanyaku pada salah seorang tentara.
"Hari Senin, Bu. semua terbuka untuk masyarakat umum. Nanti bisa ikut
menaiki kendaraan tempur ini," jawabnya. "Tapi kalau cuma
melihat-lihat, kapal-kapal tempur yang lebih kecil biasa diperbolehkan,"
dia menunjuk ke kapal yang lebih kecil. Dan kemudian dia pun sibuk melayani
pertanyaan-pertanyaan dari pengunjung lain yang antusias ingin mengikuti acara
puncak HUT TNI pada Senin nanti, 5 Oktober 2015.
"Udah
malam, pulang yuk. Besok ke sini lagi, pagi-pagi, sebelum steril," ajakku.
Ada kedatangan presiden hari Senin, jadi mungkin sebelumnya area harus steril
alias dipastikan aman. Tadi ada yang bilang, mulai steril jam 10 pagi, ada yang
bilang Minggu malam. Masih banyak yang belum dilihat.
***
Tak Puas Sehari Melihat Parade Alutsista
"Ngga bisa
masuk, Bu," ujar petugas jaga di gerbang, menjawab permintaan 2 orang
wanita, "sedang dibersihkan."
"Oh, sudah
tidak bisa yak? Mau dibersihkan," jawabnya kecewa. Tampak, banyak
pengunjung berdiri bergerombol di depan pagar kawat. Tidak ada yang berani
masuk.
Yaaah, udah
pagi-pagi datang, ternyata ngga bisa masuk. Duh, pengen ambil foto kendaraan
tempur dalam keadaan terang. Gagal deh rencanaku. Ayahnya anak-anak, sudah
menuju mobil kembali. Hmmm...bagaimana yak?
"Eh, lewat pintu sana yuk, siapa tau bisa masuk," ajakku pada Azka dan Aisya. Agak jauh sih. Lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali.
"Eh, lewat pintu sana yuk, siapa tau bisa masuk," ajakku pada Azka dan Aisya. Agak jauh sih. Lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali.
Dan
ternyata..., sama juga. Masyarakat hanya bergerombol di depan gerbang, menunggu
diizinkan masuk. Terlihat di dalam para tentara sedang latihan pagi. Kapal
perang terlihat jelas dari sini.
Duh, pengen
mengambil foto tebing di seberang jalan yang bertuliskanTNI ADALAH RAKYAT,
RAKYAT ADALAH TNI. kalimat berwarna kuning tersebut, terlihat jelas terpampang
di atas bukit, berseberangan dengan pelabuhan bongkar muat PT. Indah Kiat,
Merak, Banten, diikuti dengan kalimat "Dirgahayu TNI Indonesia ke 70".
Hanya agak bergeser ke dalam tulisan tersebut akan terlihat semua.
Berputar ke
samping, ternyata ada tepi pantai yang bisa dilewati menuju ke dermaga tempat
merapatnya kapal-kapal tempur. Beberapa orang telah berada di sana.
Di lambung
kapal tertuliskan nomor 354. Inilah kapal perang Oswald Siahaan, kapal fregat,
kapal perusak kawal berpeluru kendali. Di sebelahnya KRI Teluk Bintuni.
"Pak,
boleh naik ngga ke atas kapal?" Tanyaku nekat pada petugas yang berjaga di
dekat tangga kayu kecil yang digunakan untuk masuk ke kapal perang 354.
"Sebentar lagi ya, Bu. Sedang dibersihkan."
Oh, ternyata
bisa. Sekali-kali memang perlu nekat kalau menginginkan sesuatu. Kalau tidak
dicoba mana kita tahu bisa atau tidak. Dan ternyata para tentara dan marinir
ini ramah-ramah, mempersilahkan menaiki kapal perangnya. Wow! Di atas kapal
fregat Oswald Siahaan!
Eits, kenapa
yak, nama kapal perang itu ada yang namanya mengambil dari nama pahlawan, ada
nama teluk, ada juga nama daerah seperti KRI Banjarmasin.
Filosofi di Balik Nama Kapal Perang
Oh, rupanya
penamaan ini ada filosofi tersendiri.
1. Nama - Nama
Kota Besar
Contohnya KRI Banjarmasin yang sedang bersandar di dermaga Indah Kiat dalam rangka HUT TNI ke-70, merupakan jenis kapal besar Landing Platform Dock (LPD), yang bisa mengangkut pasukan dalam jumlah besar, mengangkut helikopter, dan kendaraan lainnya.
Contohnya KRI Banjarmasin yang sedang bersandar di dermaga Indah Kiat dalam rangka HUT TNI ke-70, merupakan jenis kapal besar Landing Platform Dock (LPD), yang bisa mengangkut pasukan dalam jumlah besar, mengangkut helikopter, dan kendaraan lainnya.
2. Nama - Nama
Teluk
Digunakan untuk jenis kapal Landing Ship Tank (LST), yang lebih kecil dibanding LPD, seperti KRI Teluk Bintuni, yang mengambil nama teluk di Papua ini.
Digunakan untuk jenis kapal Landing Ship Tank (LST), yang lebih kecil dibanding LPD, seperti KRI Teluk Bintuni, yang mengambil nama teluk di Papua ini.
3. Nama - Nama
Pahlawan
Nama pahlawan digunakan untuk unit satuan tempur utama jenis fregat dan korvet. Tujuannya selain untuk menghormati jasa-jasa pahlawan, juga mengandung filosofi supaya semangat para pahlawan ini menjadi motivasi para tentara dalam melakukan tugasnya.
Nama pahlawan digunakan untuk unit satuan tempur utama jenis fregat dan korvet. Tujuannya selain untuk menghormati jasa-jasa pahlawan, juga mengandung filosofi supaya semangat para pahlawan ini menjadi motivasi para tentara dalam melakukan tugasnya.
4. Nama - Nama
Senjata Dalam Pewayangan
Ini untuk jenis kapal selam besar. Contoh KRI Cakra & KRI Nanggala. Pada tahu dong senjata siapa Cakra dan Nanggala ini? Ya. Cakra adalah senjata saktinya Kresna, sedangkan Nanggala adalah senjata sakti milik Prabu Baladewa.
Ini untuk jenis kapal selam besar. Contoh KRI Cakra & KRI Nanggala. Pada tahu dong senjata siapa Cakra dan Nanggala ini? Ya. Cakra adalah senjata saktinya Kresna, sedangkan Nanggala adalah senjata sakti milik Prabu Baladewa.
5. Nama - Nama Binatang
Buas & Senjata Pusaka
Nah, ini untuk satuan kapal cepat. Ada 2 kelas, yaitu bersenjata torpedo, diberi nama dengan menggunakan nama binatang buas, contoh KRI Singa. Sedangkan untuk kapal cepat berpeluru kendali, diberi nama menggunakan nama senjata pusaka, contohnya KRI Mandau.
Nah, ini untuk satuan kapal cepat. Ada 2 kelas, yaitu bersenjata torpedo, diberi nama dengan menggunakan nama binatang buas, contoh KRI Singa. Sedangkan untuk kapal cepat berpeluru kendali, diberi nama menggunakan nama senjata pusaka, contohnya KRI Mandau.
6. Nama - Nama Pulau
Dengan Awalan R
Kapal penyapu ranjau diberi nama dengan menggunakan nama-nama pulau yang ada di nusantara yang berawalan huruf R, seperti KRI Pulau Rusa.
Kapal penyapu ranjau diberi nama dengan menggunakan nama-nama pulau yang ada di nusantara yang berawalan huruf R, seperti KRI Pulau Rusa.
Dan masih
banyak lagi nama-nama lain yang digunakan disesuaikan dengan fungsinya. Seperti
misalnya kapal patroli yang tidak berpeluru kendali ataupun torpedo diberi
nama-nama ikan atau binatang berbahaya, contoh KRI Hiu.
Hmmm...rupanya
begitu. Jadi kapal jenis fregat yang kita naiki ini, tidak heran dinamakan
dengan nama pahlawan, Oswald Siahaanm salah satu TNI AL yang gugur dalam
pertempuran Teluk Sibolga. KRI Oswald Siahaan, yang merupakan kapal fregat
bekas Belanda dan dibeli RI, turut berjasa dalam mengamankan perairan RI pada kasus
sengketa Ambalat dengan Malaysia.
Besok, Senin, 5
Oktober 2015 akan menjadi puncak perayaan HUT TNI. Parade kapal perang, pesawat
tempur juga simulasi keahlian lainnya akan dipertontonkan esok hari. Wuih,
kebayang betapa meriah dan gegap gempitanya. 155 pesawat berbagai jenis, dikabarkan
akan memenuhi langit Banten, 53 KRI menghiasi kawasan perairan Merak, belum
ditambah parade pasukan dan defile.
Terima kasih
TNI, telah memberikan kesempatan bagi masyarakat sipil untuk mengetahui
kekuatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI, pada HUT-nya yang ke-70.
Aku pribadi merasakan kesempatan seperti ini bisa dijadikan tambahan
pengetahuan buat anak-anak dan berharap bisa menambah rasa cinta dan bangga
terhadap tanah air.
Dirgahayu TNI
ke-70!
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.
Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID