Menyusuri Banten, Menengok Kaibon
Pintu Besar Keraton Kaibon |
Kali ini, aku menyengajakan diri bersama anak-anak mengunjungi
tempat ini. Selain memang sudah niat, ditambah penjelasan penjaga mesjid agung
Banten yang bilang bahwa tempat ini bagus untuk tempat berfoto-foto.
Matahari sudah sedikit terik menyengat saat si hitam memasuki
jalan lintasan keraton Kaibon. Sempat agak bingung untuk memarkir si hitam
karena di depan penuh dengan truk-truk besar. Si hitam berbelok ke jalan kecil,
"lho, ini jalanan kecil, kalau tidak ada putaran balik bagaimana?"
seruku pada sang pengendara si hitam, yang duduk tenang di sebelahku. Matanya lurus memandang ke depan.
Seperti biasa sang pengendara memang selalu mengandalkan
instingnya. Disaat istrinya kebingungan, dia dengan cuek melanjutkan
mengendarai si hitam tanpa menghiraukan kekhawatiran istrinya. Dan, ternyata
setelah beberapa saat, terlihat area parkiran di ujung dalam keraton Kaibon.
Fuih! Lega.
Gerbang Bentar Kaibon |
"Wow! Ibu, bagus sekali!" teriak dua anak. Tak sabar
menunggu ayahnya parkir, keduanya berebutan memijit power window melihat ke
arah reruntuhan Kaibon. Tumben mereka suka dengan reruntuhan lampau.
Hmmm...amazing! Kalau mereka aja suka, apalagi aku.
Dan aku pun langsung jatuh cinta dengan pemandangan di bawah
parkiran. Sebatang pohon besar, rimbun dan tinggi, berdiri di pinggir sungai
yang airnya berwarna kehijauan. Sulur-sulurnya yang panjang menandakan bahwa
pohon ini telah berada di sini beberapa dekade lampau, menyaksikan sejarah
kehidupan manusia. Terlihat sepasang remaja bercengkrama di bawah pohon tua
ini, duduk di atas akar-akarnya yang menonjol ke luar tanah. Whatta perfect
life!
Jendela Menghadap Sungai |
"Ibu, aku mau jadi putri kerajaan dulu ya ceritanya!"
teriak Aisya yang langsung membuka pintu mobil dan berlari saat ayahnya selesai
parkir. Di susul oleh kakaknya, Azka yang juga berlari mengejar adiknya.
Tidak seperti halnya keraton Surosowan yang hanya meninggalkan
reruntuhan datar dan gerbang masuk yang utuh, keraton Kaibon masih menampakan
bentuk-bentuk sebagian bangunan walaupun tidak utuh. Struktur bangunan masih
terlihat pada beberapa bagian kecil dengan adanya anak tangga, jendela, dan
juga dinding. Terbayang betapa cantiknya Kaibon pada waktu itu.
Ibukota Banten, Surosowan, menurut literatur diperkirakan
dikelilingi oleh kanal-kanal air. Sisa-sisa kemajuan teknologi kanal dan
jembatan masih terlihat di sisi utara mesjid agung Banten. Kapal-kapal dari
pelabuhan Karang Hantu memasuki ibukota Surowosan melewati Jembatan rantai yang
terletak di sebelah utara keraton. Begitu pula perjalanan dari Kaibon menuju
keraton sultan ditempuh melalui aliran air disepanjang Kaibon dan Surosowan.
Gaya Loncat Kekinian di kaibon |
Lamunanku terhenti ketika terdengar teriakan Azka, "Ibu, aku
ingin di foto sebelah sini," tunjuknya sambil berlari ke arah sisa-sisa
jendela keraton yang menghadap ke arah pohon besar di samping sungai yang
airnya menghijau.
Seperti halnya Surosowan, keraton Kaibon menyimpan sejarah masa
lalu Banten.
Sejarah Kaibon & Para Sultan Penghuninya
Kaibon
mengandung arti keibuan. Keraton kaibon ini didirikan untuk ibu sultan
syafiudin, yaitu Ratu Aisyah. Sultan Syafiudin kala itu masih berusia 5 tahun,
belum cukup umur untuk memegang tampuk kerajaan.
Landscape Keraton Kaibon |
Kelihatannya Bekas Pemandian |
Setelah penghancuran Keraton Surosowan, para sultan setelah Sultan
Aliuddin II, berkedudukan di Keraton Kaibon. Belanda mengangkat Sultan Wakil
Pangeran Suramenggala sebagai pengganti sementara.
Pada tahun 1809, Belanda membagi wilayah kesultanan Banten menjadi
3 kabupaten, yaitu: kabupaten Ilir, kabupaten Ulu dan kabupaten Anyer. Belanda
mengangkat Sultan Syafiuddin sebagai sultan bupati Banten yang berkedudukan di
Keraton Kaibon Kasemen.
Paling Suka Pohon Rindang Tua Ini |
Sultan Syafiuddin berakhir di pengasingan di kota Surabaya,
disebabkan Belanda mencurigai sultan berada dibalik pemberontakan-pemberontakan
di Banten, sehingga beliau diasingkan ke Batavia pada tahun 1832.
Sungai Hijau sebagai Latar |
So, silahkan berimajinasi sendiri mengenai kemungkinan-kemungkinan
ini. Berimajinasi tidak disalahkan kok. Siapa tahu malah bisa menjadi suatu cerita
fiksi yang hebat, seperti cerita Shine or
Go Crazy, novel fiksi korea tentang hidup seorang pangeran yang kena
kutukan, dimana alur cerita mengambil dari salah satu alur sejarah Joseon.
Yang pasti, Keraton Kaibon ini pernah menjadi saksi bahwa kesultanan
Banten yang gemilang akhirnya terbagi menjadi wilayah-wilayah jajahan berbentuk
kabupaten-kabupaten. Pula, keraton Kaibon ini menjadi rumah bupati pertama
Banten, sebelum pindah ke Serang.
Cara Menuju Keraton Kaibon
Akar Pohon Yang Menjulur dan Kuar |
Bagimana bagi
yang tertarik napak tilas sejarah Banten untuk mengunjungi Kaibon? Ada beberapa
alternatif:
1.
Naik angkot jurusan Karangatu
dari Pasar Lama (Pocis), minta tolong turun di Kaibon. Letaknya percis di
pinggir jalan sebelah kiri.
2.
Yang dari arah Kramatwatu, bisa
melalui pasar Kramat, menyusuri kawasan Pasir Luhur dan Tasik Kardi ex tempat
wisata para anggota kerajaan Banten, kemudian mengambil belokan ke kanan menuju
Surosowan. Dari Surosowan lurus terus dan mengambil belokan ke kanan, mengikuti
jalur mencapai jalan raya. Letak Kaibon di sebelah kanan, tidak jauh dari
belokan jalan raya ini.
3.
Dari arah tol Serang Timur,
kalau tidak ditutup, bisa langsung belok kanan menuju arah Banten Lama. Jika di
tutup, berarti harus berputar terlebih dahulu mengelilingi Mall of Serang.
Hotel – Hotel di Serang dan Sekitarnya
Di Serang kota
terdapat beberapa hotel dari mulai yang harganya miring sampai yang harganya lumayan.
Nah, ini adalah beberapa hotel yang ada di daerah kota Serang.
1.
Hotel Taman Sari, Jl. Tirtayasa
No. 112, Serang, Banten 42111
Telp. : (0254)204184
Harga : Mulai Rp. 250.000 - an
2.
Hotel Puri Kayana, Jl. KH. Abdul
Hadi (Samping MAN 2), Serang, Banten,
Telp : (0254)229474, Email: infokayana@gmail.com
Harga : Mulai Rp. 300.000 - an
3.
Hotel Mahadria, Jl. Ki Mas Jong
No.12 (Depan Alun-Alun), Kotabaru, Serang, Banten 42112
Telp. : (0254)200527, 218881, 203881
Harga : Mulai Rp. 350,000 - an
4.
Ratu Hotel Bidakara, Jl. KH.
Abdul Hadi No. 66, Serang, Banten 42117
Telp. : (0254)218800
Harga : Mulai Rp. 900.000++
5.
Le Dian Hotel, Jl. Jend.
Sudirman No. 88, Serang, Banten
Telp. : (0245)210777
Harga : Mulai Rp. 1.000.000 – an
Jika menyukai
daerah perkotaan, hotel Mahardia dapat dipertimbangkan, karena lokasinya yang
berhadapan langsung dengan alun-alun dan dekat dengan pusat pertokoan seperti
Ramayana Mall.
Do & Don't
Pohon Rindang Asri |
1.
Jaga kebersihan, jangan buang
sampah sembarangan, apalagi buang ke aliran sungai.
2.
Siapkan kantong plastik untuk
tempat sampah
3.
Jangan melakukan aksi vandalisme
ya..., lindungi tempat bersejarah.
4.
Kaibon bagus sebagai latar
belakang foto. Prawed disini bagus niih...Prawed yaaa...hehe.
5.
Oya, datang kesini enaknya pagi
atau sore. Kalau siang, puanaas bingitz.
6.
Bawa buku cerita roman, duduk di
bawah pohon rindang. Hmmm...kondisinya mendukung sekali.
7.
Siap-siap baterai cadangan untuk
kamera atau hp. Sayang banyak moment yang bisa diabadikan.
Nah, begitulah do & don't
nya. Yuk jaga dan lestarikan situs sejarah ini, sebagai refleksi untuk diri
kita sendiri dan belajar kearifan lokal.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar. Silahkan tinggalkan jejak, ya.
Follow my media social for any update of articles
Twitter: @mandalagiri_ID
Instagram: mandalagiri_ID