Jelajah Gizi |
Di salah satu
pojok, di tengah hiruk pikuknya jantung kota Singapura, terlihat
kedai masakan Padang yang ramai dikunjungi orang. Dan seperti halnya di
Nusantara, menu rendang menjadi andalan kedai masakan Padang bagi para penikmat
kuliner di sini. Rupanya rendang pun merantau ke negeri seberang dan menjadi
populer. Tak heran jika CNN pada tahun 2011 menempatkan rendang pada urutan
pertama dari 50 makanan terlezat di dunia.
Sejarah Panjang Rendang
Olahan daging
sapi bersama santan dan bumbu rempah yang lezat ini telah melintasi ruang
sejarah yang cukup panjang. Namanya bahkan tertera dalam catatan sastra Melayu
'Hikayat Amir Hamzah' dan diduga rendang telah menjadi masakan populer pada masa
kesultanan Malaka.
Rendang berasal
dari kata 'marandang' yang artinya memasak dengan cara perlahan sampai
menghitam. Kalau boleh dimodernisasi, istilah marandang mungkin identik dengan teknik
memasak karamelisasi. Jadi kata rendang sendiri lebih merujuk kepada cara
pembuatan daripada nama suatu makanan.
Teknik
marandang ini muncul diprediksi karena nature atau sifat alamiah suku bangsa Minangkabau yang
gemar merantau. Awal mulanya, mereka merantau di luar wilayah Minangkabau yang
sering diistilahkan tanah rantau. Lama kelamaan daerah rantau inipun masuk
menjadi area Minang, sehingga mereka pun pergi merantau ke area yang lebih luar
lagi, ke seluruh penjuru kesultanan Melayu di Singapura dan Malaysia. Tak
mengherankan jika sebagian warga Singapura dan Malaysia mempunyai nenek moyang
dari Pulau Sumatera.
"Darimana?"
Pertanyaan dalam bahasa Indonesia ini beberapa ditujukan padaku saat berada di MRT
ataupun stasiun MRT Singapura. Sedikit heran karena kulit muka dan mata
sipitnya tidak menunjukan ciri-ciri Melayu sedikit pun. Keriput di wajahnya
mencerminkan bahwa dia telah melewati tahun yang cukup panjang untuk
menyaksikan perubahan Singapura dari masa ke Masa. "Saya mempunyai sanak
saudara di Sumatera," jelasnya lagi, seolah melihat raut muka kebingungan
di wajahku.
Orang Sumatera memang terkenal dengan sebutan suku bangsa perantau. Mungkin karena sifat ini pulalah
yang menyebabkan mereka menciptakan teknik marandang untuk menjaga makanan awet
selama dalam perjalanan menuju tanah rantau.
Jenis-Jenis Rendang
Menikmati Rendang di Singapura |
Rendang yang
kita kenal umumnya di luar Sumatera Barat adalah rendang daging. Tetapi di
daerah asalnya, terdapat berbagai jenis rendang. Bahkan daun-daunan sekalipun
bisa dijadikan rendang yang lezat. Hmmm...pernah terbayang bagaimana rasanya
memakan rendang daun paku/pakis? Pada awalnya saya pun merasa aneh, ada rendang
pakis. Bagaimana rasanya pikirku. Belum lagi rendang nangka, kentang dan
buncis.
"Bagi
orang Padang, semua jenis makanan gulai yang ngga habis dimakan, dikeringkan.
Istilahnya di randang," jelas Uni Liza, yang mendapat ilmu merandang turun
temurun. Rendang buatan ibunya membuat lidah bergoyang, terutama rendang pakis yang
menggunakan bahan utama udang dan daun pakis.
Menurut Uni,
rendang daging bisa dicampur dengan kacang buncis dan kentang bulat kecil-kecil,
sedangkan rendang nangka mengunakan campuran nangka dan jeroan atau tulang.
Rendang daging buatan Uni dan ibunya mempunyai tekstur dan bentuk yang berbeda
dengan kebanyakan rendang yang dijual di warung nasi Padang. Dagingnya utuh,
tidak hancur. Jika dipegang tangan terasa keras, tapi di mulut dapat dikunyah
dengan mudah. Warna rendangnya coklat tua cenderung hitam, tapi bukan hitam
gosong. Rasanya jangan ditanya, paduan santan yang manis legit alami dan bumbu
yang berlimpah, seperti ada rasa galendo yang rasanya tak asing buat orang
Sunda. Enak sekali. Dijamin ketagihan.
Tapi, tahukah
kamu bagaimana membuat rendang seperti yang disebutkan di atas? Nah, untuk
menghasilkan rendang yang bercitarasa istimewa ini, menurut Uni Liza, kebanyakan
para orang tua di Minangkabau menggunakan cara tradisional yang telah diajarkan
turun temurun.
Cara Tradisional Asli Membuat Rendang di Minangkabau
Tidak seperti
halnya rendang di kota-kota besar yang dimasak menggunakan kompor, orang tua di
Padang dahulu, lebih memilih menggunakan tempurung kelapa, sabut kelapa dan
kayu bakar sebagai sumber api untuk mengolah rendang. Sampai saat ini pun,
teknik merandang semacam ini masih dipraktekan di beberapa daerah. Sumber api
diatur sedemikian rupa, besar kecilnya api berpengaruh terhadap pembuatan
rendang. Menurut Uni, saat awal menggunakan batok kelapa dan sedikit kayu
bakar. Begitu sudah menjadi kalio (semi rendang), sumber bahan bakar
menggunakan sabut kelapa, sehingga proses memasak bisa lama tanpa membuat
gosong masakan dan rendang yang dihasilkan pun betul-betul matang sempurna.
Rendang Sabar Menanti |
Santan yang
digunakan pun mengunakan santan asli dari kelapa yang diparut, dan tidak diberi
tambahan air. Jadi air santan yang digunakan hanya seadanya dari hasil perasan
kelapa parut menggunakan sehelai kain bersih. Kalaupun ditambahkan air, hanya
sedikit sekali. Oleh sebab itu diperlukan banyak kelapa untuk membuat rendang,
kira-kira 1:3, 3 butir kelapa untuk 1 kg daging.
Untuk menghasilkan
rendang yang enak, daging dan bumbu halus dicampurkan bersama dan dibiarkan
meresap sambil menunggu perasan air santan siap. Barulah setelah itu
ditambahkan air santan dan dirmasak menjadi kalio, yang menurut Uni Liza,
bentuk kalio ini seperti gulai ayam tetapi sedikit lebih kental dengan warna
kecoklatan. Untuk menjadi rendang sempurna, biasanya kalio didiamkan seharian,
baru besoknya dirandang. Nah, merandang ini yang membutuhkan waktu cukup lama,
karena dimasak dengan cara diaduk perlahan sampai mengering. Api yang digunakan
harus api kecil supaya tidak gosong. Oleh sebab itu, menurut Uni pada saat ini
diperlukan campuran sabut kelapa sebagai sumber api, agar api tidak terlalu
besar.
Hmmm...ternyata
merandang dibutuhkan ekstra sabar. Mungkin ini juga salah satu filosofi dalam
merandang, bagaimana mengatur besar kecilnya api, mengaduk perlahan dalam waktu
yang lama, kehati-hatian supaya santan tidak pecah saat dimasak. Semua ini perpaduan
harmonisasi dengan alam dan hubungan antar manusia.
Kandungan Gizi
Rasanya yang
enak tentunya tidak perlu diragukan lagi, dan sepertinya kebanyakan orang
setuju bahwa masakan daging gurih dengan citarasa pedas ini memang lezat.
Buktinya, survey pembaca CNN Travel pun mengatakan demikian, urutan teratas di 50 most delicious foods, lho!
Tapi adakah
yang tahu kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram rendang daging sapi?
Menurut
beberapa sumber rujukan, 100 gram rendang daging sapi mengandung energi sebesar
193 kcal dengan kandungan protein sebesar 22,6 gram, karbohidrat 7,8 gram, lemak
7,9 gram, kalsium 474 miligram, zat besi 14,9 miligram, juga fosfor 211 miligram.
Tidak heran jika kandungan protein sebagai zat pembangun tumbu cukup tinggi
melihat bahan utamanya adalah daging. Mineral seperti kalsium, fosfor dan zat
besi juga tetap diperlukan tubuh walaupun dalam jumlah sedikit sebagai zat
pengatur. Sedangkan karbohidrat dan lemak diperlukan sebagai sumber tenaga
untuk melakukan aktivitas.
Selain
kandungan gizi yang disebutkan diatas, ternyata rendang juga memiliki kandungan
vitamin yang dibutuhkan sebagai zat pengatur dan pelindung tubuh, seperti
vitamin A sebesar 69 IU, vitamin B1 0,12 miligram. Dengan adanya vitamin,
tentunya lengkap sudah kandungan gizi rendang daging sapi ini. Eits, tapi
tetaaap, selalu perhatikan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Jika
berlebihan juga tentunya tidak baik untuk kesehatan tubuh ya. Bergizi dan enak
bukan berarti dapat dikonsumsi sebanyak-banyaknya, tapi harus berimbang.
Sifatnya yang
tahan lama, membuat rendang praktis untuk dibawa bepergian jauh. Banyak orang
yang membawa rendang kering sebagai bekal berhaji ataupun saat bepergian ke
luar negeri. Tak jarang orang Indonesia mengalami kesulitan beradaptasi dengan
makanan di daerah baru, tetapi rendang bisa menjadi solusi untuk tetap
mendapatkan asupan gizi selama di negeri seberang.
Rendang Eksistensi Suku Bangsa Perantau
Marantau, Malay Heritage Centre |
Di kawasan
Bugis, Singapura, di dekat Kampong Glam, selain terdapat kedai nasi Padang, di
situ terdapat Malay Heritage Centre. Di sini tersisa sekelumit kisah perjalanan
para leluhur Minangkabau yang merantau ke negeri seberang. “Marantau”, itulah
istilah yang terpatri di sana. Dan, rendang pun menjadi bukti eksistensi dari
suku bangsa perantau, bangsa Indonesia. Sebagai orang Indonesia, rasa bangga menyeruak di relung hati, melihat jejak-jejak peninggalan melayu yang asal muasalnya berasal dari Minangkabau di Malay Heritage Centre, Singapura. Begitu khasanah budaya Indonesia telah mewarnai peradaban.
Nenek moyangku seorang perantau*
Gemar mengarung luas dunia*
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
(lirik asli perantau = pelaut, dunia = samudra)
Nenek moyangku seorang perantau*
Gemar mengarung luas dunia*
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
(lirik asli perantau = pelaut, dunia = samudra)
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba "Jelajah Gizi" Sari Husada Nutrisi Untuk Bangsa
Klik banner berikut untuk keterangan lebih lanjut mengenai lomba "Jelajah Gizi"
Infonya lengkap banget mbak levinaaa... sampai ada kandungan gizinya juga... bikin saya yang ngeblog tentang masakan jadi malu *blushed* Pengalaman bikin rendang sendiri (saya suka bikin rendang ayam dibanding daging karena lebih murah, hihihi), prosesnya yang lama sering bikin perut kerncongan di tengah masak, kadang masih jadi kalio uda dicemal cemil... hihihihi... tapi masak rendang walaupun lama dan bikin lengan berotot emang worthy!!!!
BalasHapus