"Eh, tadi di musium
Cipari seru yak, " kata Amrita (7), "itu batunya asli katanya."
"Iya, seru. Katanya batunya itu digali dari dalam tanah," sambung Azka (9).
"Itu bukan asli kata petugasnya. Yang asli cuma peti kubur batu," kata Aisya (8) ikut nimbrung.
"Eh, kamu lihat batu tinggi yang berdiri ngga?"
"Oh, itu! Aku ingat!" seru Azka, "itu tuh, mirip di komik Asterik lho. Namanya menhir."
Aku tertawa sendiri mendengar celotehan Azka, Aisya dan Amrita di ruang depan. Mereka saling menyampaikan kesan yang mereka rasakan saat berkunjung ke Taman Purbakala Cipari, Kuningan, Jawa Barat. Aku mendengarkan dengan seksama dari ruang tengah. Celotehan mereka lebih menarik dari breaking news yang sedang lewat. Tak menyangka, ada yang menyangkut di benak mereka saat mengunjungi situs megalitikum Cipari.
Situs
purbakala Cipari terletak di daerah Cipari, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Di sini tempat
ditemukannya peti kubur batu, peninggalan jaman megalitikum.
Tidak adanya papan petunjuk tempat wisata ini, sedikit menyulitkan. Dari daerah Cigugur, akhirnya kami menemukan di sisi kiri ada gapura bertuliskan Taman Purbakala Cipari. Menyusuri jalan masuk, tidak ada petunjuk lainnya. Ibarat pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Begitu jalanan di depan menunjukan tanda-tanda mencurigakan, saatnya untuk mencolek orang untuk bertanya. Benar saja, sudah terlewat agak jauh. Seharunya di perempatan sebelumnya belok ke kiri.
Suasana relatif lebih sepi dibandingkan tempat wisata lain seperti Palutungan atau Taman Gunung Batu Mayasih. Area parkiran lumayan luas dan suasananya lebih senyap serta adem karena banyaknya pepohonan disekeliling situs. Cocok untuk tempat bersantai.
Di gerbang depan, kami disuguhkan oleh tembok tumpukan batu-batu yang mengelilingi area situs. Tidak ada loket pembayaran tiket. Membuatku sedikit bingung, jalan masuknya sebelah mana? Akhirnya, kami memasuki area situs yang katanya berukuran 700m2 dari keseluruhan luas 2.500m2. Seluas mata memandang yang tampak hanya bebatuan yang tersusun.
"Iya, seru. Katanya batunya itu digali dari dalam tanah," sambung Azka (9).
"Itu bukan asli kata petugasnya. Yang asli cuma peti kubur batu," kata Aisya (8) ikut nimbrung.
"Eh, kamu lihat batu tinggi yang berdiri ngga?"
"Oh, itu! Aku ingat!" seru Azka, "itu tuh, mirip di komik Asterik lho. Namanya menhir."
Aku tertawa sendiri mendengar celotehan Azka, Aisya dan Amrita di ruang depan. Mereka saling menyampaikan kesan yang mereka rasakan saat berkunjung ke Taman Purbakala Cipari, Kuningan, Jawa Barat. Aku mendengarkan dengan seksama dari ruang tengah. Celotehan mereka lebih menarik dari breaking news yang sedang lewat. Tak menyangka, ada yang menyangkut di benak mereka saat mengunjungi situs megalitikum Cipari.
Situs Megalitikum Cipari
Batu di Pintu Masuk Taman Purbakala Cipari |
Tidak adanya papan petunjuk tempat wisata ini, sedikit menyulitkan. Dari daerah Cigugur, akhirnya kami menemukan di sisi kiri ada gapura bertuliskan Taman Purbakala Cipari. Menyusuri jalan masuk, tidak ada petunjuk lainnya. Ibarat pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Begitu jalanan di depan menunjukan tanda-tanda mencurigakan, saatnya untuk mencolek orang untuk bertanya. Benar saja, sudah terlewat agak jauh. Seharunya di perempatan sebelumnya belok ke kiri.
Suasana relatif lebih sepi dibandingkan tempat wisata lain seperti Palutungan atau Taman Gunung Batu Mayasih. Area parkiran lumayan luas dan suasananya lebih senyap serta adem karena banyaknya pepohonan disekeliling situs. Cocok untuk tempat bersantai.
Di gerbang depan, kami disuguhkan oleh tembok tumpukan batu-batu yang mengelilingi area situs. Tidak ada loket pembayaran tiket. Membuatku sedikit bingung, jalan masuknya sebelah mana? Akhirnya, kami memasuki area situs yang katanya berukuran 700m2 dari keseluruhan luas 2.500m2. Seluas mata memandang yang tampak hanya bebatuan yang tersusun.
Museum Purbakala Cipari
"Sebelum keliling, kita masuk musium dulu di sana," tunjuk Ayahnya Azka ke arah bangunan yang terbuka bertuliskan musium, "supaya bisa tahu apa arti tumpukan batu-batu ini."Museum Taman Purbakala Cipari |
Benar juga, pikirku. Ini batu-batu ini apa artinya? Kalau tidak tahu artinya, pemandangan tumpukan
batu-batu tidak ada menariknya sama sekali.
Rasa kebingunganku tentang tidak adanya loket tiket terjawab saat di dalam gedung ini.
"Silahkan Bu, mengisi daftar hadir. Untuk tiket, seiklasnya saja, di sini memang tidak seramai tempat wisata lainnya," jelas petugas saat kami memasuki bangunan musium di dalam area situs.
Salah seorang petugas langsung menemani kami, berkeliling dan menjelaskan seputar proses penggalian situs ini.
Menurut Bapak Pemandu, diperkirakan penemuan benda-benda purbakala ini berasal dari jaman peralihan batu ke logam (perunggu), karena selain batu - batu, ditemukan pula kapak perunggu yang digunakan pada waktu itu untuk memotong sesuatu.
Rasa kebingunganku tentang tidak adanya loket tiket terjawab saat di dalam gedung ini.
"Silahkan Bu, mengisi daftar hadir. Untuk tiket, seiklasnya saja, di sini memang tidak seramai tempat wisata lainnya," jelas petugas saat kami memasuki bangunan musium di dalam area situs.
Salah seorang petugas langsung menemani kami, berkeliling dan menjelaskan seputar proses penggalian situs ini.
Menurut Bapak Pemandu, diperkirakan penemuan benda-benda purbakala ini berasal dari jaman peralihan batu ke logam (perunggu), karena selain batu - batu, ditemukan pula kapak perunggu yang digunakan pada waktu itu untuk memotong sesuatu.
Gelang Batu |
Hal ini ditandai dengan adanya penemuan menhir, yaitu tempat pemujaan. Juga adanya
dolmen, yaitu meja persembahan kepada leluhur yang berbentuk batu datar.
"Yang ada di situs ini adalah tiruan, kecuali sarkopagus yang ada disebelah sana," tunjuk petugas pemandu.
"Oh, ini semua tidak asli?" tanyaku bengong, "terus yang aslinya ada di mana?"
"Yang ada di sini adalah replika, tapi barang aslinya ada, hanya saja terpencar-pencar. Ada yang jauh di pedalaman," jelasnya lagi, "kalau yang kubur batu (sarkopagus), bentuk, letak serta posisinya percis seperti pertama kali ditemukan."
"Kubur batu? Jadi itu kuburan donk?", Aisya ikut nimbrung, keningnya berkernyit mendengar kata kubur.
"Peti untuk mengubur mayat, De," jelas si petugas.
"Kalau ini apa?" Amrita menunjuk benda dalam kaca display yang berbentuk seperti gelang setengah.
"Itu gelang perhiasan dari batu. Jaman dahulu perhiasannya seperti ini. Terbuat dari batuan kalsedo," jelas si petugas dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak-anak.
Di dalam museum purbakala Cipari ini terpajang dalam kotak kaca display barang-barang penemuan penggalian, dari mulai perhiasan seperti gelang batu, berbagai peralatan gerabah yang mungkin pada waktu itu digunakan untuk makan minum ataupun memasak, kapak batu dan kapak perunggu yang kemungkinan digunakan para nenek moyang kita untuk berburu ataupun bercocok tanam, menebang pohon dan lainnya.
Kita juga dapat menjumpai berbagai tulisan mengenai sejarah penemuan situs purbakala ini, yang bermula dari penemuan Wijaya yang menemukan sejenis batuan andesit mirip dengan yang dipamerkan di Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur. Sejak itulah dilakukan penggalian di area tersebut, yang kemudian menemukan peti kubur batu dan benda-benda galian lainnya yang sekarang terdisplay di museum purbakala Cipari.
Setelah puas berkeliling ruangan museum yang tidak begitu besar, saatnya menuju ke lapangan untuk melihat kubur batu dan benda-benda lainnya seperti menhir, dolmen, batu temu gelang.
Di luar bangunan museum, terlihat situs yang keseluruhan terdiri dari batu-batu tipis yang tersusun dan tanah. Turun dari museum, kita berhadapan dengan bebatuan yang tersusun melingkar. Inilah yang dinamakan batu Temu Gelang. Pada waktu dulu, berfungsi sebagai tempat musyawarah atapun berkumpul. Semua berhadapan dan duduk membentuk lingkaran. Langsung imaginasi melayang, terbayang suasana berkumpul orang-orang purba waktu itu dengan pembicara atau ketua suku yang mungkin berada di tengah-tengah lingkaran dan anak-anak jongkok bermain bebatuan. Atau bahkan mungkin upacara-upacara adat yang memerlukan tari-tarian juga dilakukan di sini.
Paling ujung situs yang beseberangan dengan gedung musim, terdapat punden berundak atau altar batu. Di atasnya terdapat batu datar seperti meja. Ini yang dinamakan dolmen atau meja untuk persembahan. Tempat menyimpan sesajen untuk para leluhur yang dianggap keramat. Di bawah batu datar ini terdapat kotak, yang konon kabarnya bisa dijadikan tempat untuk menyimpan jenazah juga sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah.
Tak jauh dari dolmen, di posisi ke bawah, terdapat kubur batu yang terbuat dari batuan andesit tipis. Ini dia penemuan yang disebut-sebut asli berasal dari situs purbakala Cipari. Dimana yang menurut petugas posisi kubur batu ini pun sama seperti saat penemuan yaitu dengan posisi miring mengarah Timur Laut dan Barat Daya. Yang mungki bisa diambil kesimpulan bahwa alam merupakan pedoman hidup manusia purba saat itu. Kehidupan diibaratkan seperti matahari ataupun bulan. Terbit dan kemudian tenggelam, begitulah perjalanan kelahiran sampai kematian.
Saat ditemukan dalam proses penggalian, tidak ditemukan adanya sisa-sisa kerangka manusia dalam peti kubur batu tersebut, tetapi ditemukan sejumlah benda-benda peninggalan seperti gelang batu dan lainnya. Diperkirakan saat meninggal, selain jenazah juga dimasukkan benda-benda kesayangan atau berharga kedalam kubur batu tersebut. Mirip-mirip dengan kebudayaan China atapun Mesir Kuno yak, dimana orang yang meninggal ditemani berbagai perhiasan, baju, dan benda berharga lainnya.
Kemudian beranjak ke sebelah pintu menuju keluar, tak jauh dari posisi museum, terdapat batu besar yang menjulang tinggi. Inilah yang dinamakan menhir, yaitu batuan yang menjulan tinggi dan biasanya ditempatkan di ketinggian. Menhir ini berfungsi sebagai media penghormatan terhadap arwah para leluhur yang dituakan. Menhir ini dianggap sebagai tempat pemujaan dan media kedatangan arwah. Dipercaya masyarakat purba waktu itu arwah dapat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada keturunannya yang masih hidup.
Menhir berasal dari kata dalam bahasa Francis yaitu maen yang berarti batu dan hir yang berarti berdiri. Jadi menhir bisa disebut sebagai batu berdiri. Hmmm..., lihat menhir, jadi ingat Obelix. Itu lho, Obelix sahabatnya Asterix yang keman-mana memanggul menhir dipunggungnya disebabkan ramuan kuat yang diminumnya sehingga menhir yang berat pun menjadi ringan buatnya. Suka sekali sama komik yang satu ini.
Mencari tempat ini agak-agak sulit karena minimnya papan petunjuk. Satu-satunya petunjuk yang besar tertera jelas adalah saat masuk ke pintu gapura menuju Taman Purbakala Cipari. Dari Pintu Gapura ini kita melewati deretan rumah penduduk dan tidak ada petunjuk lain setelahnya.
Sebetulnya letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Kuningan, kurang lebih 30 menit dengan berkendaraan. Jika jalanan lancar mungkin lebih cepat lagi. Dari pertigaan jalan Cirebon - Kuningan - Ciamis di Cigugur, jika kita dari arah Kuningan kota, ambil belokan ke kanan menuju arah Cirebon. Setelah beberapa saat akan terlihat gapura besar dengan tulisan Taman Purbakala Cipari di sebelah kanan jalan.
Minimnya papan petunjuk dan juga pengunjung, sepertinya sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah Kuningan untuk mengembangkan potensi wisata di sini sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak dan juga penghasilan daerah. Apalagi letak tempat ini berdekatan dengan tempat wisata lainnya seperti kolam ikan Cigugur, Taman Mayasih, Buper Palutungan, satu jalur dengan gedung bersejarah Linggarjati juga di area ini terkenal penghasil susu sapi murni. Hmmm...kalau seandainya diolah menjadi kawasan wisata terpadu, perpaduan antara wisata sejarah, permainan, juga kuliner mungkin Kuningan akan semakin berjaya yak.
Jika kita mengharapkan suasana tempat wisata yang ramai, banyak fasilitas dan kuliner, siap-siap untuk kecewa telah datang ke tempat ini.
Tapi tempat ini bagus untuk menambah wawasan anak-anak bahkan mungkin orang dewasa untuk mengenal satu momen yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Terbukti Azka, Aisya dan Amrita antusias mendengar penjelasan petugas di museum Cipari, dan kalaupun mereka sepertinya bermain-main tidak mendengarkan, tapi ternyata anak-anak adalah observer ulung.
Yuk, ajak anak-anak wisata ke Taman Purbakala Cipari. Murah meriah, karena untuk masuk tidak dipungut bayaran. Hanya saja saat di museum, walaupun tidak diminta bayaran, tetapi kita bisa memberi tips sekedarnya untuk pemandu yang telah bersemangat menceritakan sejarah penggalian situs purbakala ini.
"Yang ada di situs ini adalah tiruan, kecuali sarkopagus yang ada disebelah sana," tunjuk petugas pemandu.
"Oh, ini semua tidak asli?" tanyaku bengong, "terus yang aslinya ada di mana?"
"Yang ada di sini adalah replika, tapi barang aslinya ada, hanya saja terpencar-pencar. Ada yang jauh di pedalaman," jelasnya lagi, "kalau yang kubur batu (sarkopagus), bentuk, letak serta posisinya percis seperti pertama kali ditemukan."
"Kubur batu? Jadi itu kuburan donk?", Aisya ikut nimbrung, keningnya berkernyit mendengar kata kubur.
"Peti untuk mengubur mayat, De," jelas si petugas.
"Kalau ini apa?" Amrita menunjuk benda dalam kaca display yang berbentuk seperti gelang setengah.
"Itu gelang perhiasan dari batu. Jaman dahulu perhiasannya seperti ini. Terbuat dari batuan kalsedo," jelas si petugas dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak-anak.
Peti Kubur Batu |
Di dalam museum purbakala Cipari ini terpajang dalam kotak kaca display barang-barang penemuan penggalian, dari mulai perhiasan seperti gelang batu, berbagai peralatan gerabah yang mungkin pada waktu itu digunakan untuk makan minum ataupun memasak, kapak batu dan kapak perunggu yang kemungkinan digunakan para nenek moyang kita untuk berburu ataupun bercocok tanam, menebang pohon dan lainnya.
Kita juga dapat menjumpai berbagai tulisan mengenai sejarah penemuan situs purbakala ini, yang bermula dari penemuan Wijaya yang menemukan sejenis batuan andesit mirip dengan yang dipamerkan di Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur. Sejak itulah dilakukan penggalian di area tersebut, yang kemudian menemukan peti kubur batu dan benda-benda galian lainnya yang sekarang terdisplay di museum purbakala Cipari.
Setelah puas berkeliling ruangan museum yang tidak begitu besar, saatnya menuju ke lapangan untuk melihat kubur batu dan benda-benda lainnya seperti menhir, dolmen, batu temu gelang.
Kubur Batu, Temu Gelang, Menhir, dan Dolmen Bukti Keberadaan Manusia Purba di Kuningan
Punden Berundak |
Paling ujung situs yang beseberangan dengan gedung musim, terdapat punden berundak atau altar batu. Di atasnya terdapat batu datar seperti meja. Ini yang dinamakan dolmen atau meja untuk persembahan. Tempat menyimpan sesajen untuk para leluhur yang dianggap keramat. Di bawah batu datar ini terdapat kotak, yang konon kabarnya bisa dijadikan tempat untuk menyimpan jenazah juga sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah.
Dolmen |
Saat ditemukan dalam proses penggalian, tidak ditemukan adanya sisa-sisa kerangka manusia dalam peti kubur batu tersebut, tetapi ditemukan sejumlah benda-benda peninggalan seperti gelang batu dan lainnya. Diperkirakan saat meninggal, selain jenazah juga dimasukkan benda-benda kesayangan atau berharga kedalam kubur batu tersebut. Mirip-mirip dengan kebudayaan China atapun Mesir Kuno yak, dimana orang yang meninggal ditemani berbagai perhiasan, baju, dan benda berharga lainnya.
Menhir Tiruan |
Menhir berasal dari kata dalam bahasa Francis yaitu maen yang berarti batu dan hir yang berarti berdiri. Jadi menhir bisa disebut sebagai batu berdiri. Hmmm..., lihat menhir, jadi ingat Obelix. Itu lho, Obelix sahabatnya Asterix yang keman-mana memanggul menhir dipunggungnya disebabkan ramuan kuat yang diminumnya sehingga menhir yang berat pun menjadi ringan buatnya. Suka sekali sama komik yang satu ini.
Bagaimana Menuju Situs Megalitikum, Taman Purbakala Cipari?
Di Tengah Batu Temu Gelang |
Sebetulnya letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Kuningan, kurang lebih 30 menit dengan berkendaraan. Jika jalanan lancar mungkin lebih cepat lagi. Dari pertigaan jalan Cirebon - Kuningan - Ciamis di Cigugur, jika kita dari arah Kuningan kota, ambil belokan ke kanan menuju arah Cirebon. Setelah beberapa saat akan terlihat gapura besar dengan tulisan Taman Purbakala Cipari di sebelah kanan jalan.
Batu Temu Gelang |
Apa Yang Kita Dapat di Taman Purbakala Cipari?
Anak-anak bermain di Situs |
Tapi tempat ini bagus untuk menambah wawasan anak-anak bahkan mungkin orang dewasa untuk mengenal satu momen yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Terbukti Azka, Aisya dan Amrita antusias mendengar penjelasan petugas di museum Cipari, dan kalaupun mereka sepertinya bermain-main tidak mendengarkan, tapi ternyata anak-anak adalah observer ulung.
Yuk, ajak anak-anak wisata ke Taman Purbakala Cipari. Murah meriah, karena untuk masuk tidak dipungut bayaran. Hanya saja saat di museum, walaupun tidak diminta bayaran, tetapi kita bisa memberi tips sekedarnya untuk pemandu yang telah bersemangat menceritakan sejarah penggalian situs purbakala ini.
ijin nyimak artikelnya gan
BalasHapusmenambah wawasan banget buat yang baca
terimakasih atas informasinya