Jembatan Cinta dilihat dari arah laut |
Pulau Tidung, Berlabuh Hati di Jembatan Cinta
"Love isn't something you find. Love is something that finds you."
Loretta Young
Mungkin hal itu yang tersirat dari The Bridge of Love Pulau Tidung. Cinta adalah sesuatu
yang mempertemukanmu. Jembatan yang terdapat di pulau ini seolah mengisyaratkan
pertemuan cinta antara dua pulau.
Pulau Tidung merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu. Pulau ini
terdiri dari Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Kedua pulau ini
dihubungkan oleh jembatan panjang yang dikenal dengan Jembatan Cinta atau The
Bridge of Love. Namanya terukir pada tugu di tepi pantai Pulau
Tidung Besar.
Panjang Jembatan Cinta sekitar 800 meter. Dilihat dari arah lautan, terlihat bagaikan garis yang menghubungkan dua titik. Semakin mendekat ke garis pantai, terlihat pangkal jembatan berbentuk melengkung, sehingga permukaannya lebih tinggi dibandingkan garis jembatan. Jembatan terbuat dari kayu, menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil.
Lengkungan Jembatan Cinta |
The Bridge of Love, Wooden Bridge |
Di sepanjang jembatan cinta, kulihat di beberapa spot, orang berdiri ditepi
jembatan memegangi batang pancing menunggu kail di sangkut ikan. Air laut di bawah jembatan sangat jernih. Kulongokkan kepala, dasarnya terlihat
jelas. Kulirik orang memancing disebelahku, kulongok kembali ke arah ujung
pancingnya. Tidak ada satu ikan pun terlihat. Bingung! Hmmm...mancing apa yak
dia? Mencoba memancing cinta barangkali, pikirku sambil beranjak ke spot yang
lain.
Pemandangan dari Jembatan Cinta |
Cuaca sedikit cerah, sang sinar kehidupan pun masih malu-malu keluar dari peraduannya.Awan kelabu tipis masih menggelayut, seolah masih rindu meninggalkan kekasihnya di atas Jembatan Cinta, walaupun sepanjang malam telah menemaninya diiringi dengan lantunan simfoni titik titik air yang membasahi bumi. Kuharap kelabu akan semakin memudar dan sinar kuning berpendar di ujung Tidung Kecil.
Tap, tap, tap. Bunyi kaki-kaki kecil Naylal dan Aisya terdengar makin kerap. Terlihat mereka berlarian sepanjang Jembatan Cinta. Oh, what a kid's world! Dunia selalu penuh warna bagi mereka. Tanpa takut menghadapi jalan panjang menghadang di depan. Aku tersenyum melihat keriangan mereka.
Mendung di atas Jembatan |
"Ayo lari!" ajakku, kututupi kepala dengan kedua tangan, sambil berlari ke arah Tidung Kecil. Di kelokan jembatan yang terletak di tengah jembatan, terlihat tempat bernaung. Anak-anak di depan bukannya berlari menuju shelter, malah semakin bersenda gurau. "Ayo, buruan! Hujannya semakin besar!" teriakku dari belakang mereka.
Dan, akhirnya kami pun berlabuh di shelter Jembatan Cinta, sambil menunggu hujan reda. Kutengok, ke arah Tidung Kecil, masih agak jauh. Kulirik beberapa remaja, menuruni anak tangga menuju laut. Area sekitar shelter tidak terlalu dalam, sehingga banyak orang turun untuk sekedar foto-foto.
Shelter Jembatan Cinta |
Seorang traveler (musafir), tidak pernah terikat oleh tempat yang didatanginya, selalu rindu pulang kampung. Mungkin begitu pula perumpamaan musafir di dunia. Hati tidak terikat dengan dunia. Mengumpulkan sebanyak mungkin amal perbuatan untuk kembali ke tempat asal. Seorang musafir tidak kenal lelah berjalan, begitu pula di dunia ini, tidak kenal lelah untuk selalu mengisi kehidupan dengan amal perbuatan yang baik.
Hujanpun mulai reda, handphone berdering, ayah bilang, "sudah ditunggu, jadwal kepulangan dimajukan."
Prasasti The Bridge of Love |
Tidung kecil tidak sempat kami singgahi. Sebuah sepeda melintas di depan kami, menuju Tidung Kecil dengan cepatnya. Sekantung plastik ikan jatuh berserakan di atas kayu jembatan. Sayang, sang pengayuh sepeda, mengayuh sepedanya dengan kencang, sehingga teriakan kami hilang terbawa angin. Sepeda semakin menjauh, sehingga tinggal titik kecil dikejauhan. Ada apakah gerangan di sana? Menurut tour guide, Tidung Kecil tidak berpenghuni dan hanya diperuntukan untuk pertanian, perkebunan,
budidaya terumbu karang juga pengembangbiakan mangrove. Kelak, mendengar cerita teman seperjalanan yang sempat singgah di Tidung Kecil sehari sebelumnya, terdapat satu warung kecil di Tidung Kecil. Artinya, pulau ini tidak benar-benar tidak berpenghuni. Masih ada kehidupan di sana.
Inilah kisah Tidung Besar dan Tidung Kecil yang dihubungkan oleh Jembatan Cinta. Mereka saling menemukan, seperti yang tertulis dalam tugu Jembatan Cinta di pantai Tidung Besar. Inilah bunyi tugu prasasti Jembatan Cinta:
Jembatan Cinta
Menurut cerita yang beredar. Suatu waktu di Pulau Tidung bertemulah seorang pria dan seorang wanita yang identitasnya masih misteri. Mereka pun saling jatuh cinta dan menjadikan jembatan kayu yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil sebagai tempat memadu kasih. Mereka menyapa matahari terbit, berpegangan tangan, dan melewati jembatan dari awal hingga akhir. Akhirnya mereka pun menikah dan hidup bahagia. Jembatan yang telah menjadi saksi cinta sejati mereka dikenal dengan sebutan Jembatan Cinta.
The Bridge of Love
Based on a public story. Once upon time, there were unknown man and woman met in this island. They fell in love and made the wooden bridge that connects big island with the little one as a dating place. They saw sunrise together, holding hands, and crossing the bridge together from the beginning till the end. Finally, they married and happily ever after. The bridge has been a witness to their true love known as The Bridge of Love
Entahlah kebenaran dari kisah Jembatan Cinta. Yang pasti ketika aku bertanya pada tour guide, "kenapa dinamakan Jembatan Cinta, Pak?"
"Entahlah, tiba-tiba terkenal saja namanya dengan nama Jembatan Cinta," jawab bapak pemandu kami.
Whatever the name, this island is so beautiful. This is Indonesia in my eyes. Beautiful you!
artikel di blog ini sangat menarik dan bagus
BalasHapusterimakasih gan