Penampakan Curug Putri |
Jika sudut pengamatan
pas, melihat Curug Putri, seolah sedang melihat seorang wanita sedang
berkeramas dengan kedua tangan terangkat ke atas seolah memegang rambutnya. Ssst...katanya itu bidadari dari
kayangan lho.
Dimana Letak Curug Putri?
Curug ini terlekat di daerah Palutungan, desa Cisantana, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.Dalam ingatan masa kecilku, pergi ke Palutungan identik dengan naik angkot pedesaan berwarna kuning seperti mobil chiki. Itupun hanya sampai daerah Cisantana, dimana ada tempat pencucian sayur mayur segar, seperti wortel, sawi, dan tomat. Setelah desa Cisantana, selebihnya kita berjalan kaki menuju ke dan dari Palutungan.
Saat ini, tidak perlu lagi berpayah berjalan kaki menyusuri jalanan yang menanjak. Kendaraan bisa sampai ke dalam area Palutungan.
Menuju Curug Putri |
Palutungan terkenal sebagai bumi perkemahan. Palutungan juga merupakan salah satu jalur pendakian Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat, karena memang letaknya yang berada persis di kaki Gunung Ciremai.
Dipenuhi pohon pinus yang menjulang tinggi, tempat ini menjadi favorit tersendiri bagi pencinta petualang. Ditambah adanya sumber mata air, air terjun (curug) dan cuaca yang dingin, menambah daya pikat wanawisata yang satu ini.
Sebetulnya ada 2 air terjun yang berada di area inj, yaitu: Curug Putri dan Curug Mangkok. Hanya saja yang lebih terkenal adalah Curug Putri, karena lebih dekat.
Air curug yang dingin tidak menghentikan langkah Naylal, Aisya dan Amrita untuk mendekati dan merasakan derasnya cucuran Air Terjun Putri. Awalnya mereka ragu mencelupkan kakinya ke dinginnya air.
"Ibu, nanti basah! Ngga bawa baju ganti."
Menuju Curug Putri |
Tanpa komando, langsung pada nyemplung dan bersenda gurau saling mencipratkan air.
"Brrrh ... dingin banget!" teriak Naylal.
"Kakimya sakit, kena pasir dan batu. Ibu, pinjam sendalnya," pinta Aisya, yang kebetulan tidak memakai sendal.
Sedangkan Naylal dan Amrita asyik minta difoto dengan latar belakang air terjun.
"Nanti yang upload ke instagram aku ya, Bu," kata Aisya. Aissh...kecil-kecil udah ngerti instagram.
Melihat mereka menikmati alam, semakin bertekad bahwa mereka harus lebih sering diikutsertakan dalam aktivitas seperti ini. Walaupun awalnya berat, karena mereka lebih condong memilih televisi, menonton kartun kesukaan mereka.
"Asyik ngga?" tanyaku menggoda Aisya.
Tiga bidadari berkerudung |
"Asyik banget!" jawabnya spontan, "tapi bajuku basah dan kotor," lanjutnya lagi, memberengut memandang rok panjangnya yang basah kuyup dan kotor.
"Ngga apa-apa. Basah bisa kering. Kotorpun bisa dibersihkan," terangku.
"Ibu, aku mau bersihkan kaki di sana!" tunjuk Aisya, antusias. Sepertinya sudah lupa mengenai bajunya yang basah dan kotor, malah minta nyemplung kembali ke genangan air yang lebih dangkal.
Dia pun lari menyusul kakaknya Naylal dan sepupunya Amrita yang sudah lebih dahulu bermain di air dangkal. Aku tertawa melihat tingkah polah mereka mengejar sendal jepit yang hanyut terbawa arus air.
Air Curug Kecil |
Legenda Curug Putri
Curug yang berada dalam kawasan hutan Gunung Ciremai ini, dipercaya merupakan tempat mandi para putri dari khayangan. Sesaat setelah hujan turun, timbul pelangi yang menjadi jembatan bagi para putri untuk turun ke bumi.Curug Putri |
Hmmm...emang di kayangan tidak ada kamar mandi atau kolam? Kenapa yak, cerita legenda mengenai putri kayangan, selalu punya hobi mandi di bumi? Ingat kisah Joko Tarub, cerita legenda masyarakat Jawa Timur, yang menyembunyikan selendang bidadari mandi? Ada juga legenda serupa seperti cerita rakyat Gorontalo: Lahitole dan Putri Lo Owatu (Bidadari), juga legenda Bujang Enok dan Putri Mambang Linau yang mempunyai hobi serupa, mandi di bumi.
Ya, mungkin bidadari kadang merasa bosan di kayangan, ingin suasana baru dengan traveling ke bumi. Hihihi. Bumi ternyata indah sekali, sampai bidadari pun jatuh cinta.
Selfie Latar Pohon Tua |
Nyeri-nyeri sedap! Kaki rasanya cekot-cekot kerendam air terjun yang dingin laksana air es, belum lagi telapak kaki kena pasir dan kerikil-kerikil kecil di dasar kolam air terjun. Tapi, cantiknya cucuran air yang tumpah dari sela bebatuan di antara rimbunnya pepohonan hijau, mengalahkan segalanya.
Cantiknya alam ciptaan-Nya. Berlatarkan hijaunya daun-daun, dihiasi dengan akar pepohonan besar yang menjulur panjang yang seakan berkata bahwa kami telah berada di sini sejak ratusan tahun lampau. Air terjun yang terus menerus mengalir di sela bebatuan. Maka nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan?
"Ibu, kenapa orang itu membuang kulit jagung dekat air terjun?" tangan Aisya menarik ujung bajuku, aku menoleh ke arah matanya memandang.
Bingung juga menjawab pertanyaannya yang polos. Bukan hanya kulit jagung, tetapi juga bungkus-bungkus plastik banyak berserakan. Alam yang indah ini menjadi terkotori dengan ulah-ulah manusia sendiri yang tidak peduli dengan lingkungan. Jangan salahkan alam jika terjadi bencana, karena bukan alam salah, tetapi kita yang menciptakan bencana.
"Kan jadi kotor ya Bu," tambah Naylal. "Iya, jadi kotor ya," mendukung perkataannya.
"Membuang sampah sembarangan tidak bagus. Sudah pada belajar di sekolah belum?" aku malah balik bertanya.
"Sudah. Kalau buang sampah sembarangan kata Bu Guru bisa banjir."
"Betul! Ade sudah mendengarkan dengan baik penjelasan Bu Guru. Tapi kalau tidak ada tempat sampah bagaimana?"
"Dibawa dulu sampai kita menemukan tempat sampah," jawab Naylal dengan cepat.
Berwisata seperti ini ternyata bisa sambil mengajarkan anak mengenai lingkungan sekitar, dan mengarahkan mereka supaya mencintai lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar di kelas, bermain pun bisa menjadi pelajaran sekaligus mempraktekannya.
Semakin
siang, kawasan Curug Putri semakin ramai dikunjungi orang. Saat Lebaran
apalagi. Banyak pengunjung dari berbagai tempat menyambangi daerah ini.
Akses ke Palutungan bisa dilalui oleh kendaraan pribadi, angkot, juga motor. Dari arah Cirebon melalui Cipari, sampai pertigaan Cigugur (kolam pemandian), belok kanan, lurus menuju desa Cisantana. Dari arah Kuningan kota, menuju Cigugur, lurus terus ke desa Cisantana, jika datang dari arah pertanian Cipondok, di pertigaan Cigugur, belok kiri menuju desa Cisantana.
Dari desa Cisantana, diteruskan perjalanan naik ke atas, ada beberapa bagian jalan yang sedikit rusak, menanjak dan jalanan berkelok-kelok. Ujung dari jalan ini adalah Palutungan. Kecil kemungkinan untuk salah jalan, karena jalanan lurus tidak ada persimpangan yang membingungkan.
Tips:
1. Bawa baju ganti, walaupun tidak ada rencana bermain basah-basahan.
2. Datang pagi-pagi jika ingin menikmati alam dalam kesunyian tanpa banyak orang, atau datang selain hari-hari libur seperti libur lebaran.
Cantiknya alam ciptaan-Nya. Berlatarkan hijaunya daun-daun, dihiasi dengan akar pepohonan besar yang menjulur panjang yang seakan berkata bahwa kami telah berada di sini sejak ratusan tahun lampau. Air terjun yang terus menerus mengalir di sela bebatuan. Maka nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan?
Mengajari Anak Mencintai Alam
Air Curug & Bebatuan |
Bingung juga menjawab pertanyaannya yang polos. Bukan hanya kulit jagung, tetapi juga bungkus-bungkus plastik banyak berserakan. Alam yang indah ini menjadi terkotori dengan ulah-ulah manusia sendiri yang tidak peduli dengan lingkungan. Jangan salahkan alam jika terjadi bencana, karena bukan alam salah, tetapi kita yang menciptakan bencana.
"Kan jadi kotor ya Bu," tambah Naylal. "Iya, jadi kotor ya," mendukung perkataannya.
"Membuang sampah sembarangan tidak bagus. Sudah pada belajar di sekolah belum?" aku malah balik bertanya.
Brrrrh..dingin |
"Sudah. Kalau buang sampah sembarangan kata Bu Guru bisa banjir."
"Betul! Ade sudah mendengarkan dengan baik penjelasan Bu Guru. Tapi kalau tidak ada tempat sampah bagaimana?"
"Dibawa dulu sampai kita menemukan tempat sampah," jawab Naylal dengan cepat.
Berwisata seperti ini ternyata bisa sambil mengajarkan anak mengenai lingkungan sekitar, dan mengarahkan mereka supaya mencintai lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar di kelas, bermain pun bisa menjadi pelajaran sekaligus mempraktekannya.
How to Get There
Pohon Pinus Palutungan |
Akses ke Palutungan bisa dilalui oleh kendaraan pribadi, angkot, juga motor. Dari arah Cirebon melalui Cipari, sampai pertigaan Cigugur (kolam pemandian), belok kanan, lurus menuju desa Cisantana. Dari arah Kuningan kota, menuju Cigugur, lurus terus ke desa Cisantana, jika datang dari arah pertanian Cipondok, di pertigaan Cigugur, belok kiri menuju desa Cisantana.
Dari desa Cisantana, diteruskan perjalanan naik ke atas, ada beberapa bagian jalan yang sedikit rusak, menanjak dan jalanan berkelok-kelok. Ujung dari jalan ini adalah Palutungan. Kecil kemungkinan untuk salah jalan, karena jalanan lurus tidak ada persimpangan yang membingungkan.
Tips:
1. Bawa baju ganti, walaupun tidak ada rencana bermain basah-basahan.
2. Datang pagi-pagi jika ingin menikmati alam dalam kesunyian tanpa banyak orang, atau datang selain hari-hari libur seperti libur lebaran.
3. Bawa tikar, nasi serta lauk-pauk! Selesai berenang, enaknya gelar tikar dan makan botram di bawah rimbunnya pohon pinus.
huwaaa seger banget kalo berwisata di air tejun itu ya... anak2 saya blm pernah ke tempat air terjun, memang harus ngedatangin tmpt wst air terjun sama anak2 nih....
BalasHapusBetul Mbak..udah nyemplung mah sueger banget. Ngga mau udahan kalo ngga karena dah menggigil dingin...hihi.
Hapusartikel nya sangat bagus
BalasHapussaya senang berkunjung ke blog anda