Mata uang paling berharga di dunia inj adalah waktu. Tidak seorangpun bisa membeli waktu yang sudah terpakai. (Anonim)
"Ku, balik! Ganti baju seragam. Kita ke Kramat. Kak Lani meninggal, jam 6 pagi ini," suruh suamiku tergesa-gesa setengah berlari dengan wajah panik, saat berpapasan di depan gerbang perumahan tempat menunggu bis jemputan pabrik.
"Ayo Ma, kita balik, " kataku menepuk pundak Ema yang masih bengong ria. Ema segera memutar balik scoopy-nya dan memacunya dengan kencang, ujung kemeja dasternya berkibar-kibar tertiup hempasan angin.
Berita meninggalnya kakak ipar sungguh mengagetkan. Minggu kemarin, saat berkunjung ke rumahnya, beliau masih tampak segar bugar. Perumahan kakak suamiku tidak jauh dari tempat kami tinggal, kurang lebih 15-20 menit menggunakan kendaraan. Kami sering saling mengunjungi. Karena kesibukan kami masing-masing di tempat kerja, berkumpul di hari libur merupakan momen berbagi kebahagiaan. Tidak perlu kegiatan yang mewah, terkadang memasak bersama sambil berbagi cerita dan tawa seputar keluarga atau kerja. Anak-anakpun senang bertemu dan bisa bercanda gurau dengan sepupunya.
Berbagi Kebahagiaan: Mangan ora mangan ngumpul. Eh, apa tetep mangan? |
Itu kalau kantong lagi agak kosong. Lain lagi ceritanya kalau kantong agak berisi, "Ku, makan di luar yuk sekali-sekali, ajak Kak Lani dan Teh Iroh." Tapi ini jarang terjadi, paling sering adalah masak bersama. Walaupun laki-laki, masakan kakak iparku bisa mengalahkan masakan perempuan. Aku banyak belajar dari beliau. "Ina, bikin mpek-mpek itu gampang. Kalau anak-anak ngga doyan makan, bikin saja mpek-mpek, banyak proteinnya dari ikan dan telor," nasihat beliau sambil membentuk adonan lenjer. "Kalau bikin sambal, pakai tomat yang kecil-kecil. Tambahkan irisan mangga kueni," ujar beliau di lain waktu, sambil memasukkan tomat satu persatu ke dalam cobek. Beliau, walaupun orang Palembang tulen, tetapi sangat suka peribahasa Jawa "mangan ora mangan ngumpul". Beliau bahagia jika masakannya diserbu sampai piringnya licin kembali walaupun itu hanya sekedar masakan sederhana. Yang penting rasanya cyin! Mamaku saja bilang, "Sayur buncis santan sama rendangnya enak. Laku nih kalo buka resto."
Seperti kata Sydney Smith, "If you make someone happy today, you also make him/her happy 20 years from now, when he/she remembered the incident." Rasanya tak perlu menunggu 20 tahun untuk itu, saat inipun, mengenangnya menumbuhkan semangat untuk selalu berbagi kebahagiaan. Berkumpul bersama keluarga dan kerabat, berkumpul bersama kawan-kawan, adalah momen untuk berbagi suka dan duka. Terkadang aku melewatkan berbagai kesempatan berkumpul bersama orang-orang terkasih.
Berbagi Kebahagiaan: Shopping with My Mom |
Ketika teman-temanku mengajak berkumpul, mungkin aku sering beralasan, "Aduh, tempatnya jauh. Maaf ya ngga bisa datang. Salam buat teman-teman."
Ketika adikku di Bandung bertanya, "Not, jadi ke Bandung ngga?", aku ragu-ragu, "dompet lagi tipis nih. Takut ngga bisa balik."
Ketika Caca dan Aisya memintaku mengantar mereka ke sekolah jika ada kegiatan sekolah di hari Sabtu atau Minggu, aku bilang, "Ibu menyusul yak," dan aku datang terlambat di tengah-tengah acara.
Ketika paman dan bibiku di Garut mengundang datang, aku bilang, "Maaf Mang, Bi, ngga bisa datang. Suamiku masuk kerja."
Berbagi kebahagiaan: car free day minggu pagi, pakai kostum unik, orang-orang pada senang minta foto bareng |
Don't wait. The time will never be just right.Iya juga sih apa yang dibilang Napoleon. Kita tidak perlu menunggu datangnya waktu yang tepat. Kita dapat berbagi kebahagiaan tanpa perlu menunggu waktu.
Ngomong-ngomong tentang berbagi kebahagiaan, aku juga terinspirasi oleh senior di tempat kerja. Energinya seolah tiada habisnya. Setiap Sabtu, Minggu ataupun hari libur, beliau selalu menyempatkan waktu untuk keluarga, kawan-kawan, perkumpulan ibu-ibu kantor, perkumpulan sekolah, ibadah, dan lainnya. Terbang dari ujung ke ujung. Mempunyai keluarga, teman dan sahabat yang selalu ada untuk kita pastinya menyenangkan.
Lalu apa kebahagiaan itu sendiri untukku? Adanya berbagi event kebahagiaan bersama TabloidNova.com, membuatku flashback ke belakang, ternyata banyak momen bahagia, dan terkadang momen itu hanyalah sebuah momen sederhana.
Berbagi kebahagiaan: bisa menghadiri assembly anak sampai selesai |
Membuat baju barbie bersama anak-anak di rumah bisa membuat bahagia. "Ibu, aku yang menggunting polanya ya", pinta Caca. "Bagus sekali Bu, bajunya. Ibu kok pintar jahit sih?" kata Aisya. Ekspresi bahagia yang terpancar dari wajah mereka menularkan kebahagiaan di hatiku. Inilah yang dikatakan bahagia bersama keluarga.
Berkemping di tempat yang dingin, walaupun tulang rasanya mau pecah kedinginan, melihat senangnya anak-anak menikmati alam, dan bercanda riang dengan ayahnya, membuat suhu tubuhku menghangat. Berlarian di bawah gerimis hujan, walaupun badan basah kuyup dan dingin, tetapi dinikmati dengan canda riang. Inilah yang dikatakan bahagia bersama keluarga.
Bisa berkumpul lebaran di dua tempat yang berjauhan, menyeberang pulau, dari Lampung ke Kuningan, walaupun harus menempuh perjalanan jauh, bertemu sanak saudara yang lama tak bersua menghilangkan perasaan lelah di perjalanan. Juga bisa menikmati ketupat tahu, daging kecap dan bihun masakan ibukku, inilah yang dikatakan bahagia bersama keluarga.
Bahagia bersama sahabat itu adalah berkumpul saat lama tak bersua. Backpack bersama kawan-kawan adalah momen berbagi cerita. Exciting saat mendapat bis lintas provinsi dengan seat yang luas dan sharing lewat facebook, walaupun dikatain norak abis.
Walaupun sibuk seharian tidak bertemu, masih tetap bisa bercerita, meledek, mem-bully melalui group whatsApp, line atau bbm. Itulah bahagia bersama sahabat.
Bahagia bersama sahabat itu saat berpartisipasi dalam pesta pelepasan pensiun teman tercinta. Usia tidak menjadi penghalang, semua bernyanyi riang, berfoto, dan bercerita. Walaupun nanti sudah tidak bekerja lagi, semoga kebersamaan tetap ada.
Jadi menurutku, bahagia itu bukan diukur dari banyak uang yang kita miliki. Bahagia itu bukan melihat seberapa sukses pencapaian kita. Bahagia tidak dihitung dari anak yang kita miliki.
Ayo, tularkan virus berbagi kebahagiaan. Mulailah sekarang, waktu yang hilang tak kan pernah kembali. Awali dengan senyuman tulus.
Note: Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes SEO "Berbagi Bahagia Bersama TabloidNova.com"
Berkemping di tempat yang dingin, walaupun tulang rasanya mau pecah kedinginan, melihat senangnya anak-anak menikmati alam, dan bercanda riang dengan ayahnya, membuat suhu tubuhku menghangat. Berlarian di bawah gerimis hujan, walaupun badan basah kuyup dan dingin, tetapi dinikmati dengan canda riang. Inilah yang dikatakan bahagia bersama keluarga.
Berbagi Kebahagiaan: Family Camping Ground |
Bahagia bersama sahabat itu adalah berkumpul saat lama tak bersua. Backpack bersama kawan-kawan adalah momen berbagi cerita. Exciting saat mendapat bis lintas provinsi dengan seat yang luas dan sharing lewat facebook, walaupun dikatain norak abis.
Berbagi kebahagiaan: Backpack Bandung |
Bahagia bersama sahabat itu saat berpartisipasi dalam pesta pelepasan pensiun teman tercinta. Usia tidak menjadi penghalang, semua bernyanyi riang, berfoto, dan bercerita. Walaupun nanti sudah tidak bekerja lagi, semoga kebersamaan tetap ada.
Berbagi kebahagiaan: kumpul reuni kawan-kawan tempat kerja sekaligus pesta pelepasan pensiun |
Bahagia itu simple! Mensyukuri apa yang kita miliki!Kesempurnaan itu tidak pernah ada. Saling melengkapi itu adalah kebahagiaan. Saling memahami juga kebahagiaan. Kita mempunyai hak prerogatif untuk menentukan kebahagiaan kita sendiri. Bahagia itu milik semua orang tidak peduli dia kaya atau miskin. Tularkan kebahagiaan dan semoga menjadi inspirasi kebahagiaan buat yang lain.
Ayo, tularkan virus berbagi kebahagiaan. Mulailah sekarang, waktu yang hilang tak kan pernah kembali. Awali dengan senyuman tulus.
Note: Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes SEO "Berbagi Bahagia Bersama TabloidNova.com"
bersama teman, saudara dan keluarga memang mendatangkan kebahagiaan ya mba...
BalasHapusMbak Santi...tengkyu udah mampir. Iya nih. Seneng juga dapat teman baru kayak Mbak Santi.
BalasHapus